Anda di halaman 1dari 34

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL

LATAR BELAKANG: KENAPA PERLU


KONAS?
• Alasan medis
– 25-40% dari populasi dunia tidak memiliki akses ke obat-obatan
– sampai dengan 50% dari obat-obatan dunia digunakan secara
tidak tepat
– di bawah standar dan obat palsu
• Alasan harga
– Biaya obat mencapai 20-40% anggaran kesehatan - antibiotik &
suntikan yang paling mahal
• Perlunya intervensi dari berbagai sektor yang terkoordinasi
– Intervensi tunggal tidak perubahan perilaku jangka panjang
30 sd 60 % diterapi dengan antibiotik

2 - 40% primary multi-


drug resistant TB
5 - 98% N.Gonorrhoea
resistant to penicillin
10-90% Shigella
resistant to ampicillin
and cotrimoxazole

% pasien menerima antibiotik


5-50 % pasien menerima injeksi
90% diantaranya mungkin tidak diperlukan

 15 billion injections per year globally


 half are with unsterilized needle/syringe
 2.3-4.7 million infections of hepatitis B/C
and up to 160,000 infections of HIV per
year associated with injections

% perawatan pasien yang menerima injeksi


% obat yang tidak perlu diresepkan
estimated by a comparison of expected versus actual prescription

Chalker HPP 1996, Hogerzeil et al Lancet 1989, Isah et al 2000


Diperlukan Kebijakan Obat Nasional
Konas mencerminkan tujuan yang ditentukan oleh
pemerintah di bidang obat dan identifikasi terhadap strategi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
– Menentukan peran dari semua stakeholder (publik dan
swasta)
– Pemerintah menetapkan tujuan, keputusan & komitmen
harus memperhatikan:
– akses yang adil,
– memastikan obat yang berkualitas baik, aman dan
memiliki efikasi yang baik,
– mempromosikan penggunaan obat yang benar
TUJUAN KEBIJAKAN OBAT NASIONAL
 Ketersediaan , pemerataan, dan keterjangkauan obat
esensial
 Keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang beredar
serta masyarakat terlindung dari salah penggunaan dan
penyalahgunaan obat;
 Penggunaan obat yang rasional.
ANALISIS MASALAH TERKAIT OBAT DI
INDONESIA
• Harga obat di Indonesia bervariasi dan relatif mahal.
Untuk obat yang sama dengan merk berbeda memiliki
harga berbeda (1:2 – 1:5).
• Mekanisme harga di sektor swasta terserah kondisi pasar,
pemerintah tidak mampu mengontrol
• Lemahnya layanan publik dibawah kendali pemerintah,
perubahan GPK ----- IFK?
• Obat beredar 13.000 merk, 400 tersedia dalam DOEN,
220 dalam dafter esensial generik. Kepatuhan terhadap
DOEN rendah (kurang dari di rs pemerintah 76%, rumah
sakit swasta 49%, dan apotek kurang dari 47%)
LANJUTAN
• Industri farmasi nasional dalam posisi ancaman
persaingan global, persaingan kualitas, harga?
• Anggaran negara untuk obat masih rendah rata-rata Rp.
5000 rupiah per kapita, WHO memberikan standar 2
dolar (Rp. 20.000)
• Penggunaan obat yang tidak rasional (polifarmasi,
antibiotik, injeksi dan swamedikasi)
• Pelayanan kefarmasian belum mengikuti GPP dalam hal:
sistem pengelolaan obat, ketersediaan komoditi farmasi,
kurangnya ketersediaan, pemerataan dan profesionalisme
tenaga farmasi
STRATEGI KEBIJAKAN YANG
DIKEMBANGKAN:
 Strategi untuk tujuan 1:
 Sistem pembiayaan berkelanjutan baik untuk sektor swasta
maupun sektor publik
 Rasionalisasi harga (Bagaimana analisis anda terhadap
pengaturan harga obat generik? Relevankah?)
 Rasionalisasi pemanfaatan obat generik
 Implementasi DOEN
 Pengadaan jumlah besar
LANJUTAN
 Strategi tujuan 2
 Penilaiankhasiat, keamanan dan mutu melalui pendaftaran
 Penegakan hukum untuk memberikan aspek jera
 Penyempurnaan standar sarana produksi, distribusi dan
pelayanan
 Pemberdayaan masyarakat
LANJUTAN
 Strategi tujuan 3
 Implementasi DOEN
 Analisis Farmakoekonomi
 Pharmaceutical care
 Pemberdayaan masyarakat melalui KIE
POKOK-POKOK KEBIJAKAN
 PEMBIAYAAN OBAT
 Sasaran : Masyarakat, terutama yang tidak mampu dapat
memperoleh obat esensial yang diperlukan setiap saat
diperlukan.
 KETERSEDIAAN OBAT
 Sasaran: Obat yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
terutama obat esensial senantiasa tersedia di seluruh wilayah
Indonesia
LANJUTAN…
 KETERJANGKAUAN
 Sasaran : Harga obat terutama obat esensial generik terjangkau
oleh masyarakat.
 SELEKSI OBAT ESENSIAL
 Sasaran : Diterimanya secara luas Daftar Obat Esensial
Nasional ( DOEN)
 PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
 Sasaran : Penggunaan obat dalam jenis bentuk sedian, dosis dan
jumlah yang tepat dan disertai informasi yang lengkap, benar
dan tidak menyesatkan.
LANJUTAN…
 REGULASI OBAT
 Sasaran :
 Obat yang beredar memenuhi syarat keamanan, khasiat dan mutu dan
didistribusikan sesuai dengan ketentuan.
 Masyarakat terhindar dari penggunaan obat yang salah dan penyalah gunaan

obat.
 Sumber daya manusia yang terlibat dalam penanganan obat harus

memenuhi persyaratan kompetensi


LANJUTAN…
 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
 Sasaran: Peningkatan penelitian di bidang obat untuk
menunjang penerapan KONAS.
 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
 Sasaran : Tersedianya SDM yang menunjang pencapaian
sasaran KONAS.
 PEMANTAUAN DAN EVALUASI
 Sasaran : Menunjang penerapan KONAS sebaik-baiknya
melalui pembentukan mekanisme pemantauan dan evaluasi
performa serta dampak kebijakan, guna mengetahui hambatan
dan penetapan strategi yang efektif
ISU UTAMA KONAS
Komponen Harga Obat
• Harga produksi
• “profit margin” distributor
• “profit margin” pengecer
• Pajak (import & PPN)
• Biaya distribusi dapat meningkatkan harga hingga
50 %
• Pajak bahan baku: 30 %
WHO: Upaya menjamin
terjangkaunya harga obat
• Kompetisi harga (terutama obat generik)
• Pembelian secara “bulk”
• Kebijakan obat generik (menurunkan harga obat
“branded” menjadi 60 % (1 kompetitor) dan 29 %
(10 kompetitor)
• Harga “equitable” untuk negara berkembang
• Pengurangan pajak dan bea masuk untuk
bahan/obat generik & esensial
• Jaminan mutu produksi obat lokal (GMP)
Pengembangan Kebijakan:
• Terdapat kebutuhan untuk merasionalisasikan
harga obat di Indonesia
• Perlunya ditinjau kembali sistem perpajakan untuk
obat, khususnya obat generik
• Diperlukan peningkatan efisiensi dalam produksi
obat
• Pengadaan yang mejamin harga murah
• Pengobatan rasional
PENGGUNAAN
OBAT YANG RASIONAL

Sasaran :
Penggunaan obat dalam jenis, bentuk sediaan, dosis dan
jumlah yang tepat disertai informasi yang benar, lengkap dan
tidak menyesatkan
MANFAAT PENGGUNAAN
OBAT YANG RASIONAL

1. Meningkatkan mutu pelayanan


2. Mencegah pemborosan sumber dana
3. Meningkatkan akses terhadap obat esensial
SIKLUS MANAJEMEN OBAT

Seleksi

Manajemen pendukung
- Organisasi
Penggunaan - Anggaran
- M. Informasi Pengadaan
- SDM

Distribusi
ISU YANG HARUS DIANTISIPASI
DALAM PENGGUNAAN OBAT

 Di era desentralisasi : pelayanan kesehatan menjadi salah


satu aset sumber PAD
 Pergeseran nilai sosial obat ke arah komoditas bisnis,
mengakibatkan kepentingan pasien dapat terabaikan
 Pengobatan tidak berdasarkan bukti/data ilmiah (evidence
based treatment) sehingga tidak rasional
Strategi untuk menjamin
penggunaan obat yang rasional
 Penerapan penggunaan DOEN dlm setiap upaya pelayanan
kesehatan
 Penerapan pendekatan farmakoekonomi melalui analisis
biaya-efektif dengan biaya-manfaat pd seleksi obat yg
digunakan di semua tingkat pelayanan kesehatan
 Penerapan pelayanan kefarmasian yang baik
(pharmaceutical care), perubahan dari product oriented ke
patient oriented
 Pemberdayaan masyarakat melalui KIE
KEPMENKES NO:
1009/MENKES/SK/X/1995

SEMUA RS PEMERINTAH
DIWAJIBKAN MEMBENTUK KFT

BERTUGAS MEMBANTU DIREKTUR


MENENTUKAN KEBIJAKAN DI BIDANG OBAT,
PENGOBATAN , DAN FARMASI

UNTUK MENINGKATKAN MUTU, EFISIENSI DAN


EFEKTIVITAS PELAYANAN RS
SK BERSAMA
MENKES DAN MENDAGRI

NO: 394/MEN.KES/SK/VII/1981DAN
NO: 196 TAHUN 1981

TENTANG PENGADAAN OBAT UNTUK


UNIT PELAYANAN PEMERINTAH
PUSAT & DAERAH

PENGADAAN DG MENGGUNAKAN APBN DAN APBD


DILARANG MENYIMPANG DARI KETENTUAN DAFTAR
OBAT ESENSIAL NASIONAL (DOEN)
PENGADAAN HARUS DALAM BENTUK ESENSIAL
GENERIK
FAKTOR PENUNJANG PENINGKATAN
PENGGUNAAN OBAT YANG RASIONAL
1. Pasien dan masyarakat terdidik
2. Tersedianya pedoman pengobatan
3. Tersedianya obat esensial
4. Kebijaksaan harga obat yang baik
5. Tersedianya peraturan yang meningkatkan peresepan
rasional
6. Masuknya POR dalam kurikulum tenaga kesehatan
7. Pengawasan terhadap iklan dan tekanan dari pabrik
8. Insentive untuk penggunaan DOEN
SUKSESNYA POR MEMBUTUHKAN DUKUNGAN
KEBIJAKSANAAN YANG KOMPREHENSIF

Pemerintah Pusat Pemerintah


Daerah

Badan Pengawasan
LSM KONAS Obat

Masyarakat Perguruan
Asosiasi Tinggi
Profesi Kesehatan
PERATURAN PERUNDANGAN BIDANG
OBAT
 UU Kes No. 36/ 2009
 pasal 98 ayat 2: Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah,
mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat
obat.
 Pasal 102 ayat 1: Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika
dan psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau
dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.
 Pasal 108 ayat 1: Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
LANJUTAN
 Penjelasan pasal 108 ayat 1: Yang dimaksud dengan
“tenaga kesehatan” dalam ketentuan ini adalah tenaga
kefarmasian sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya. Dalam hal tidak ada tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan
praktik kefarmasian secara terbatas, misalnya antara lain
dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan perawat, yang
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
PERATURAN LAIN
 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika menggantikan
Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menggantikan
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
 Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
 Kepmenkes No. HK.03.01/Menkes/146/I/2010 tentang Harga Obat Generik
menggantikan Kepmenkes No. 302/Menkes/SK/III/2008 tentang Harga
Obat Generik
 Kepmenkes No. 1152/Menkes/SK/XI/2009 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan Tahun
Anggaran 2010
 Permenkes No. Hk. 02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban
menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai