Anda di halaman 1dari 21

Literature Review : Hubungan Riwayat Pemberian

Imunisasi Bacillus Calmatte Guerin dengan Angka


Kejadian Tuberkulosis pada Anak

Disusun Oleh:
Fitri Handayani
PO.62.20.1.18.052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2020
DAFTAR BAHASAN

PENDAHULUAN METODE
01 1. Latar Belakang
2. Tujuan 02 1. Strategi Pencarian Literature
2. Kriteria Insklusi dan Ekslusi
3. Seleksi Studi dan Penilaian
Kualitas

03 HASIL PENCARIAN
LITERATURE 04 PEMBAHASAN
01 LATAR BELAKANG
●Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular melalui udara (droplet) yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada umumnya menyerang
paru dan sebagian menyerang di luar paru. Menurut WHO Global Tuberculosis
Report, 2018; Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban
tuberkulosis yang terbesar ketiga. Tuberkulosis menjadi 10 penyebab kematian
tertinggi di dunia dan kematian tuberkulosis secara global diperkirakan 1,3 juta
pasien (WHO, 2018)

Jumlah kasus tuberkulosis pada tahun 2019 sebanyak 843.000


meningkat dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang
ditemukan pada tahun 2018 sebesar 566.623 kasus dan pada
tahun 2017 yang sebesar 446.732 kasus. Jumlah kasus
tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa
Tengah
Pada usia anak (0-18 tahun) merupakan usia sangat rentan tertular penyakit tuberkulosis, dan bila terinfeksi
cenderung menderita penyakit tuberkulosis berat. Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat
pada golongan umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun.

Data dari profil kesehatan Indonesia mengenai kasus TBC pada anak di tahun 2018 tercatat 54.340 kasus, lalu
pada tahun 2019 kembali meningkat yaitu sebanyak 63.111 kasus. Tingginya angka kejadian TBC membuat
berbagai upaya pengendalian kasus tuberkulosis mulai bermunculan sejak lama.

Salah satu upaya pencegahan terhadap tuberkulosis yang dilakukan oleh


pemerintah adalah dengan pemberian Imunisasi BCG kepada bayi (0-11 bulan). Di
Indonesia Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) mulai berkembangan sejak
tahun 1973, imunisasi BCG merupakan imunisasi dasar yang artinya wajib
didapatkan oleh bayi usia 1 bulan. BCG merupakan bakteri Mycobacterium bovis
yang dilemahkan yang bermanfaat untuk mencegah tuberkulosis dan Infeksi
mikobakterium lainnya. Tingkat perlindungan yang diberikan vaksin BCG
terhadap tuberkulosis paru berkisar mulai dari 0-80%.

Di tahun 2018 data bayi ada sekitar 200.000-an bayi yang belum mendapatkan
imunisasi BCG di seluruh provinsi di Indonesia.
Rumusan
Masalah ?
“Apakah terdapat hubungan antara
riwayat pemberian BCG terhadap
angka kejadian TBC pada anak?”

TUJUAN
1. Mengidentifikasi Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus
Calmette Guerin (BCG ) terhadap Angka Kejadian TBC pada
Anak.
2. Mengidentifikasi Angka Kejadian TBC pada Anak.
3. Mengidentifikasi Hubungan Riwayat Pemberian Imunisasi
Bacillus Calmette Guerin (BCG) terhadap Angka Kejadian TBC
pada Anak.
Strategi Pencarian Literature
1. Protokol dan 2. Database Pencarian
Registrasi
Rangkuman menyeluruh dalam Menurut Nursalam, 2020: literature
bentuk literature review mengenai review merupakan keseluruhan
hubungan riwayat pemberian
BCG dengan angka kejadian
TBC pada anak. Protokol dan
simpulan beberapa studi penelitian
yang ditentukan berdasarkan topik
tertentu. Topik yang dipilih penulis
02
evaluasi dari literature review adalah tuberkulosis. Pencarian METODE
akan menggunakan PRISMA literatur yang bersangkutan dengan
checklist untuk menentukan tuberkulosis dilakukan pada bulan
penyeleksian studi yang telah Agustus-September 2020. Pencarian
ditemukan dan disesuaikan literatur dalam literature review
dengan tujuan dari literature menggunakan dua database yaitu
review (Nursalam, 2020). Research Gate dan Google
Cendekia.
3. KATA KUNCI
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci (AND, OR, NOT
or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas atau menspesifikan
pencarian sehingga mempermudah dalam penentuan artikel atau
jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam literature review ini
disesuaikan dengan Medical Subject Heading (MeSH).

Riwayat Imunisasi Bacillus Calmatte Guerin Angka Kejadian Tuberculosis Anak

Riwayat Imunisasi Bacillus Calmatte Guerin Angka Kejadian Tuberculosis  

OR OR OR OR OR  

Manajemen
Laporan Kasus Vaksin BCG TBC  
Risiko

OR OR OR OR OR  

      Prevalensi    
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Format kerangka PICOS yang terdiri dari :
1. Populasi (population) merupakan populasi atau masalah yang diambil dalam topik
penelitian yang sudah ditentukan dalam literature review. Berdasarkan jurnal
pendukung KTI ini populasi yang ditetapkan oleh penulis adalah anak-anak yang
menderita TBC.
2. Intervensi (intervention) merupakan tindakan atau penatalaksanaan yang dipilih
dalam topik penelitian yang sudah ditentukan. Berdasarkan judul serta jurnal
pendukung KTI ini intervensinya dilakukan pada anak dengan TBC.
3. Pembanding (comparation) merupakan tindakan atau penatalaksaan lain yang
digunakan sebagai pembanding intervensi dalam topik penelitian literature review.
4. Luaran (outcome) merupakan hasil yang diperoleh dari penelitian terdahulu yang
sesuai dengan topik yang telah ditentukan dalam literature review. Dari jurnal
pendukung di dapatkan outcome yaitu Hubungan Riwayat Imunisasi dengan Angka
Kejadian.
5. Desain penelitian (study desain) merupakan yaitu metode penelitian yang digunakan
pada penelitian terdahulu. Berdasarakan jurnal terdahulu yang didapat, penulis
memutuskan untuk memilih penelitian yang menggunakan desain penelitian
kuantitatif.
Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas
1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Hasil penelitian tersebut dibuat


dalam diagram alir berdasarkan
PRISMA (Preferred Reporting
Items for Systematic Review and
Meta Analyses)
2. Penilaian Kualitas
Hasil akhir jumlah artikel yang diperoleh kemudian dianalisis melalui critical appraisal untuk memenuhi
syarat dilakukan oleh para peneliti. Penilaian kriteria diberi nilai ya, tidak, tidak jelas atau tidak berlaku.
Pada setiap kriteria dengan skor Ya diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol. Setiap skor studi
kemudian dihitung dan dijumlahkan. Pada penelitian ini diambil 5 artikel penelitian dengan nilai skor
tertinggi yang dianggap memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik cut off yang telah
disepakati oleh peneliti.

Skor
No Judul Penelitian
(Total Skor 10)

1. Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Anak 7
Balita Di RSUD Dr. Pirngadi Medan (Siringoringo & Simanjuntak, 2017)

2. Hubungan antara Pemberian Vaksin BCG dengan Angka Kejadian Tuberkulosis pada Anak di 7
RSUD DR. H. Abdul Moeloek (Sjahriani & Sari, 2018) 

3. Hubungan Riwayat Status Imunisasi Bacille Callmete Guerin (BCG) dengan kejadian 7
Tuberkulosis (TB) pada anak di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Cut Meuti Aceh
Utara Tahun 2015 (Nadhrati et al., 2015)
HASIL PENCARIAN LITERATURE
Secara keseluruhan setiap jurnal penelitian tersebut membahas
tentang hubungan pemberian BCG dengan kejadian TBC pada
anak. Ketiga penelitian tersebut sesuai dengan tinjauan sistematis
yang dilakukan di wilayah Indonesia yaitu provinsi Lampung,

03
Sumatera Utara dan Aceh Utara. Responden dalam penelitian
yang diulas oleh penulis adalah seluruh anak di Rumah Sakit
yang mengalami/pernah menderita TBC maupun yang tidak
menderita TBC. Responden dalam penelitian memiliki usia dalam
rentang 0-18 tahun. Karakteristik gender pada responden dalam
penelitian hampir sama antara laki-laki dan perempuan karena
studi bersifat menyeluruh.
No Penulis dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian Database

1. (Siringoringo & Desain Studi : Cross-Sectional Design Google Cendikia


Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa
Simanjuntak, 2017) Sampel : 188 sampel
kelompok yang terinfeksi TBC yaitu pada usia <1 tahun
Variabel : Imunisasi BCG dan
kejadian TB pada anak sebanyak 34,1%, usia 1-2 tahun sebanyak 21,4% sedangkan usia
Instrumen : Dokumentasi
2-5 tahun merupakan usia yang paling sering terinfeksi
Anallisis : Chi-Square
tuberkulosis yaitu sebanyak 41,5%. Balita yang berobat ke Dr.

Pirngadi Medan tahun 2011-2015 sebagian besar anak yang

sudah mendapat imunisasi BCG sebanyak 74,5%. Dari 188 sampel

terdapat 147 anak (78,2%) tidak menderita TBC, terdiri dari 35

anak yang tidak mendapatkan imunisasi BCG dan 112 anak

lainnya mendapatkan imunisasi BCG. Sedangkan 41 anak (21,8%)

menderita TBC, diantaranya terdapat sebanyak 13 anak tidak

mendapatkan imunisasi BCG dan 28 anak lainnya mendapatkan

imunisasi BCG. Maka Ho ditolak yang artinya tidak terdapat

hubungan antara imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis

paru pada balita di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011-2015.


No Penulis dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian Database

2. (Sjahriani & Sari, Desain Studi : Cross-Sectional Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari Google Cendikia
2018)  Sampel : 143 responden 143 responden, terdapat 73 responden yang
Variabel : Vaksin BCG dan menderita TB paru. Jumlah responden yang
kejadian TB pada mendapatkan imunisasi sebanyak 37
Instrumen : anak responden dan responden yang tidak
Anallisis : Kuisioner mendapatkan imunisasi BCG sebanyak 36
Chi-Square responden. Berdasarkan hasil penelitian,
menunjukkan p value 0,011 yang berarti ada
hubungan antara pemberian vaksinasi BCG
dengan kejadian Tuberkulosis pada anak di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2016.
No Penulis dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian Database

3. (Nadhrati et al., Desain Studi : Cross-Sectional Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan Research Gate
2015) Sampel 69 sampel bahwa jumlah responden yang memiliki riwayat
Variabel Imunisasi BCG dan imunisasi BCG pada anak yang menderita TB
kejadian TB pada yaitu sebanyak 50 responden dan sebanyak 19
Instrumen anak responden mengalami TB paru yang tidak
Anallisis Dokumentasi memiliki riwayat imunisasi BCG. Ho diterima
Fisher Excat yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara riwayat status imunisasi BCG dengan
kejadian TB pada anak. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa meskipun anak telah
mendapatkan imunisasi BCG, anak tersebut
masih berpotensial untuk terkena sakit TB.
04
PEMBAHASAN
ANGKA KEJADIAN TBC PADA ANAK
1. Data Kementerian Kesehatan Indonesia, terdapat kasus tuberkulosis pada anak ditahun 2018 sebanyak 54.340
kasus, lalu pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 63.111 kasus TBC pada anak. Pada tahun 2019 di
Indonesia angka kejadian tubercullosis berdasarkan jenis kelamin untuk usia1-14 tahun adalah sebanyak 33.122
jumlah kasus pada laki-laki dan pada perempuan sebanyak 29.989 kasus. Usia anak (0-18 tahun) merupakan usia
sangat rentan tertular penyakit tuberkulosis dan bila terinfeksi cenderung menderita penyakit tuberkulosis berat.
Hal ini dikarenakan kondisi maturitas dari sistem imun pada anak (Hardhana et al., 2019;Kemenkes RI, 2019;
Kemenkes,2013).

2. Berdasarkan penelitian Siringoringo & Simanjuntak (2017) dengan jumlah 188 responden, menunjukkan bahwa
yang terinfeksi TB paru pada usia <1 tahun sebanyak 34,1%, usia 1-2 tahun sebanyak 21,4% sedangkan usia 2-5
tahun merupakan usia yang paling sering terinfeksi tuberkulosis yaitu sebanyak 41,5%. Pada penelitian Sjahriani
& Sari (2018) dari 143 responden, responden yang terkena TB pada usia 0-5 tahun berjumlah 71 responden
(49,7%), sedangkan pada usia 6-17 tahun sebanyak 72 responden (50,3%). Sedangkan pada hasil penelitian
Hedya, dkk (2015) menunjukan bahwa kejadian TB paru pada usia 0-5 tahun berjumlah 28 responden (40,6%),
pada usia 5-14 tahun sebanyak 41 responden (59,4%) dan pada anak yang berusia 15-18 tahun tidak ada
responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan WHO (2006) yang menyebutkan bahwa kasus TB anak terbanyak
terjadi pada usia di bawah 15 tahun.

3. Dari hasil telaah ketiga jurnal diatas, dapat disimpukan bahwa angka kejadian TBC terbanyak pada penelitian
yang dilakukan oleh Siringoringo & Simanjuntak (2017) adalah anak dengan usia 2-5 tahun, sedangkan pada
penelitian Sjahriani & Sari (2018) angka kejadian terbanyak terdapat pada anak usia 6-17 tahun, walaupun
rentang usia pada penelitian ini tidak terlalu spesifik. Pada penelitian Nadhrati, dkk (2015) angka kejadian
terbanyak terdapat pada anak usia 5-14 tahun.
Hubungan antara Riwayat Pemberian Imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG)
terhadap Angka Kejadian Tubercullosis pada Anak.

IDAI (2010) meenyatakan bahwa proteksi BCG ditemukan hasil yang bervariasi antara 0% - 80%. Bukti
kemampuan proteksi BCG terhadap penyakit TBC pada anak tidak terlalu konsisten, tetapi ditemukan
hasil yang cukup baik berkisar 60% - 80%. Data meta-analisis dari 14 penelitian prospektif dan 12 studi
kasus-kontrol tentang efektifitas imunisasi BCG menunjukkan bahwa BCG secara bermakna mengurangi
risiko TB, dengan rata-rata perlindungan sebanyak 50%. Yang artinya terdapat hubungan antara
pemberian BCG dengan kejadian TB.

 Hasil penelitian Siringoringo & Simanjuntak (2017) memiliki kesamaan hasil penelitian dengan
Nadhrati, dkk (2015) yaitu sama-sama menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pemberian imunisasi BCG dengan angka kejadian TBC pada anak. Kedua penelitian diatas sejalan
dengan hasil penelitian Kemalina & Magdalena (2015) didapatkan tidak ada hubungan antara
status imunisasi BCG dengan sakit TB pada anak. Berbeda dengan hasil penelitian kedua jurnal
diatas, hasil penelitian yang dilakukan oleh Sjahriani & Sari (2018) menunjukkan ada hubungan
antara pemberian vaksinasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis pada anak di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2016. OR = 2,6 menunjukkan anak yang tidak mendapatkan
imunisasi BCG beresiko mengalami Tuberkulosis paru 2,6 kali lebih besar daripada yang
mendapatkan imunisasi BCG. Didapatkan Convidence Interval1,3-5,3 dengan selisih OR dan Upper
1,3 dan selisih OR dan Lower 2,7 menandakan bahwa tingkat kepercayaan pada penelitian ini
adalah cukup rendah, karena terdapatnya selisih yang signifikan antara Upper dan Lower terhadap
OR.
Hasil penelitian Sjahriani & Sari (2018) sejalan dengan penelitian Apriadisiregar,dkk (2018) yang
memperlihatkan bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi BCG memiliki risiko terkena penyakit
TB paru sebanyak 2,59 kali lebih besar dibandingkan anak yang telah mendapatkan imunisasi BCG.
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Abbott, dkk (2018) di England, menyatakan bahwa imunisasi
BCG berhubungan dengan kejadian TBC. Dikaitkan dengan penurunan semua penyebab kematian,
dengan beberapa bukti yang lebih lemah tentang hubungan dengan penurunan TB berulang. BCG
memodulasi respon imun bawaan, menghasilkan perlindungan non-spesifik serta meningkatkan hasil
pengobatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Vaksinasi BCG mungkin lebih bermanfaat dari
yang diperkirakan sebelumnya.
Hasil penelitian Sjahriani & Sari (2018) sejalan
dengan penelitian Apriadisiregar,dkk (2018) yang
memperlihatkan bahwa anak yang tidak
mendapatkan imunisasi BCG memiliki risiko
terkena penyakit TB paru sebanyak 2,59 kali
lebih besar dibandingkan anak yang telah
mendapatkan imunisasi BCG. Pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Abbott, dkk
(2018) di England, menyatakan bahwa imunisasi
BCG berhubungan dengan kejadian TBC.
Dikaitkan dengan penurunan semua penyebab
kematian, dengan beberapa bukti yang lebih
lemah tentang hubungan dengan penurunan TB
berulang. BCG memodulasi respon imun
bawaan, menghasilkan perlindungan non-spesifik
serta meningkatkan hasil pengobatan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Vaksinasi
KESIMPULAN
Dari telaah ketiga jurnal pendukung dan jurnal pembanding yang dibahas pada
BAB IV dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa anak yang tidak
mendapatkan imunisasi BCG lebih rentan atau memiliki risiko lebih besar untuk
terkena TBC dibandingkan yang memiliki riwayat BCG. Walaupun terdapat
beberapa anak yang memiliki riwayat BCG tetapi masih terkena. Tingginya
angka kejadian TBC pada anak di Indonesia, tidak ada hubungannya dengan ada
atau tidak adanya riwayat Imunisasi BCG. Karena tingginya angka kejadian
dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan faktor risiko seperti terpajan
dengan orang dewasa dan faktor lainnya.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai