Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI KEUANGAN

MENENGAH 1

LIABILITAS LANCAR, PROVISI, DAN


KONTINJENSI
BAB 7
A. LIABILITAS LANCAR
Kieso, Weygandt, & Warfield (2014) mengemukakan bahwa liabilitas adalah kewajiban (obligation) saat ini dari perusahaan yang
timbul dari peristiwa masa lalu, pelunasannya menyebabkan aliran keluar atas sumber daya perusahaan. Dengan demikian, ciri liabilitas
adalah:
- merepresentasikan kewajiban masa kini
- muncul dari kejadian masa lalu
- ada arus keluar (kas, barang, jasa).

1. Utang usaha (Accounts Payable), merupakan saldo terutang ke pihak lain atas barang/jasa yang dibeli secara kredit. Lazim dalam bisnis
digunakan termin barang yang diperjualbelikan, misalnya 2/10, n/30 atau 1/10, E.O.M. Periode kredit umumnya antara 30 s.d. 60 hari.
2. Utang wesel (Notes Payable), merupakan janji utang secara tertulis (promissory (written promises)), muncul dari pembelian,
pembiayaan, atau transaksi lainnya. Berbeda dengan utang usaha, utang wesel bisa lancar (jatuh tempo dalam satu siklus operasi), bisa
tidak lancar, dan bisa mengandung bunga (interest-bearing), bisa tanpa bunga (zero-interest-bearing).
3. Current Maturities of Long-Term Debt, yakni porsi/bagian dari obligasi, hipotek, dan utang jangka panjang yang jatuh tempo tahun
fiskal mendatang. Tidak termasuk jika utang jangka panjang yang jatuh tempo mendatang itu:
• ditarik/dilunasi dengan aset bukan lancar,
• didanai kembali, ditarik dari proceed penerbitan utang baru, atau
• dikonversi menjadi saham biasa.
A. LIABILITAS LANCAR
4. Utang dividen (Dividends Payable), yakni jumlah terutang untuk pemegang saham sebagai hasil otorisasi Dewan
Direksi, dengan ketentuan:
• umumnya dibayar dalam 3 bulan;
• dividen atas saham preferen kumulatif tidak diakui sebagai utang;
• utang dividen dari tambahan saham tidak diakui sebagai utang, tapi sebagai ekuitas.
5. Penerimaan/diposit di muka dari pelanggan (Customer Advances and Deposits), yakni kas diterima di muka (bisa
sebagai deposit yang dapat dikembalikan). Misalnya, perusahaan meminta pelanggan membayar deposit atas peralatan
untuk koneksi internet atau akses jasa lainnya, termasuk jaminan garansi kerusakan.
6. Utang pajak penghasilan (Income Tax Payable). Dalam sistem perpajakan, terdapat dua konsekuensi perpajakan yakni
utang pajak penghasilan vs pengembalian/retur pajak penghasilan. Utang pajak merupakan liabilitas lancar yang
pembayaran pajaknya dilakukan secara periodik. Dalam praktik, biasa timbul perbedaaan antara taxable income vs
accounting income. Pembahasan lanjut hal ini ada di mata kuliah Akuntansi Pajak.
7. Kewajiban jangka pendek didanai kembali (Short-Term Obligations Expected to be Refinanced). Kewajiban ini
dikeluarkan dari klasifikasi liabilitas lancar jika terpenuhi dua kondisi yakni ada maksud pendanaan kewajiban atas dasar
jangka panjang dan ada hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian utang paling sedikit 12 bulan setelah tanggal
pelaporan.
A. LIABILITAS LANCAR
8. Pendapatan diterima di muka (Unearned Revenues), yakni kas diiterima pembayarannya sebelum perusahaan
menyelesaikan pekerjaan/jasa.

9. Utang pajak penjualan dan PPN (Sales and Value-Added Taxes/VAT Payable). Untuk Pengusaha Kena Pajak
(PKP), PPN adalah transaksi yang lazim dilakukan.

10. Liabilitas terkait karyawan (Employee-Related Liabilities), lazimnya utang gaji dan upah termasuk liabilitas
lancar. Di dalam gaji dan upah dapat mencakup:
- pengurangan gaji (payroll deductions)
- ketidakhadiran terkompensasi (compensated absences)
- bonus dan bagi hasil (profit sharing & bonuses).
B. PROVISI
Istilah provisi mengalami pemaknaan yang berbeda selama beberapa tahun terakhir. Dalam konteks IFRS,
Kieso, Weygandt, & Warfield (2014) mengemukakan bahwa suatu transaksi diakui sebagai provisi jika:
- perusahaan memiliki kewajiban (secara legal atau constructive) sebagai hasil kejadian lalu;
- probable outflow untuk menyelesaikan kewajiban; dan
- adanya estimasi andal (best estimate).
B. PROVISI
1. Gugatan Hukum (Lawsuits)
Jika terlibat kasus hukum, perusahaan harus memutuskan penundaan atau pengakuan litigasi, klaim yang mungkin
terjadi, dan asesmen/estimasi nilai kerugian.
2. Garansi (warranty)
Garansi (warranty) yakni janji penjual pada pembeli untuk mengatasi kerusakan/kekurangan barang/jasa yang dijual.
Perusahaan mengakui beban (pada periode penjualan) jika klaim pelanggan sangat mungkin dan biaya dapat
diestimasi. Dikenal dua tipe garansi yakni assurance-type warranty dan service-type warranty
a. Assurance-Type Warranty
Assurance-Type Warranty adalah garansi bahwa barang/jasa yang dijual itu bebas dari kerusakan.
b. Service-Type Warranty
Dalam tipe ini, perusahaan menggunakan akun “Unearned Warranty Revenue”, bahwa pendapatan diakui selama
periode garansi menggunakan dasar garis lurus. Jika masa garansi diperpanjang, biaya akan bertambah.
B. PROVISI
3. Consideration Payable
Consideration payable adalah penawaran premium atau sejenisnya kepada pelanggan untuk menarik minat membeli (iming-iming).
Sebagai stimulus penjualan, perusahaan menawarkan premium, kupon, rabat. Perusahaan mengakui premium expense pada periode
penjualan.
4. Liabilitas lingkungan (Environmental Liability)
Liabilitas lingkungan diakui sebagai suatu keharusan jika melibatkan aset jangka panjang pada aktivitas penonaktifan, pembongkaran,
restorasi, atau pengapkiran fasilitas-fasilitas (nuklir, minyak-gas, tanah, dan sejenisnya yang berdampak ke ‘elemen’ air, tanah, udara).
5. Provisi Pada Kontrak yang Kompleks (Onerous Contract)
Provisi pada kontrak yang kompleks memberikan konsekuensi perusahaan untuk mengakui biaya yang tidak dapat dihindari untuk
memenuhi kewajiban, meski melebihi manfaat ekonomis yang diterima. Misalnya, SM Sport memutuskan merelokasi operasional ke
pabrik lainnya, namun sewa yang lama melanjutkan/memperpanjang untuk tiga tahun mendatang. SM Sport ‘tak kuasa’ membatalkan
sewa tersebut,
6. Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah penataan ulang bisnis yang direncanakan dan dikendalikan manajemen sehingga mengubah skup bisnis atau
mengubah cara menjalankan bisnis. Mengingat subjektif, restrukturisasi membutuhkan rencana rinci dan ekspektasi positif di masa
hadapan. Utang yang timbul akibat dari penataan ulang bisnis dapat mencakup biaya pemberhentian pegawai yang terkait langsung,
biaya penghentian kontrak, dan biaya yang tidak dapat dihindari (onerous contract provision).
C. KONTINJENSI
C. Kontinjensi
Berbeda dengan provisi, pada umumnya kewajiban kontinjensi tidak diakui di laporan keuangan karena:
- sifatnya masih mungkin (possible),
- belum sangat mungkin berdampak pada pembayaran, atau
- estimasi andal belum bisa dibuat.

Aset kontinjensi adalah aset tersedia yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya akan dikonfirmasikan
oleh keterjadian atau ketidakterjadian peristiwa masa depan yang belum pasti yang tidak sepenuhnya dalam kendali
perusahaan. Hal ini bisa berbentuk penerimaan uang dari hadiah, sumbangan, bonus, pengembalian uang dari pemerintah
pajak, penundaan kasus pengadilan dengan hasil menguntungkan yang sangat mungkin
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai