Anda di halaman 1dari 6

Kasus Malpraktik

Nama : Natania Frederia


Kelas : 2A
NIM : 015.21.19.578
Malpraktik

 Malpraktik berasal dari bahasa inggris malpractice, kata mal


artinya salah atau tidak semestinya, sedangkan practice atau
praktik adalah proses penanganan kasus (pasien) dari seseorang
professional yang sesuai dengan prosedur kerja yang telah
ditentukan oleh kelompok profesinya. Sehingga malpraktik dapat
diartikan melakukan tindakan atau praktik yang salah satu
menyimpang dari ketentuan atau prosedur yang baku. Dalam
bidang kesehatan, malpraktik adalah penyimpangan penanganan
kasus atau masalah kesehatan (termasuk penyakit) oleh petugas
kesehatan, sehingga menyebabkan dampak buruk bagi penderita
atau pasien (Notoatmodjo, 2010).
Unsur-unsur Malpraktik
 Adanya kelalaian. Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kekurang hati-
hatian, kurangnya pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan
akan profesinya, padahal diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu
mengembangkan ilmunya.
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterampilan fisik, dan tenaga keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga medis
adalah dokter atau dokter spesialis.
 Tidak sesuai standar pelayanan medik. Standar pelayanan medik yang dimaksud
adalah standar pelayanan dalam arti luas, yang meliputi standar profesi dan
standar prosedur operasional.
 Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia. Adanya hubungan kausal
bahwa kerugian yang dialami pasien merupakan akibat kelalaian tenaga kesehatan.
Kerugian yang dialami pasien yang berupa luka (termasuk luka berat), cacat, atau
meninggal dunia merupakan akibat langsung dari kelalaian tenaga kesehatan.
Sanksi Malpraktek
 Kitab Undang-undan Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 359
Pasal 360
Pasal 361
 Praktek Kedokteran
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 79
Kasus
Ketika itu korban mengeluh pusing-pusing, oleh oknum B disarankan untuk
dibedah karena dibagian punggung korban terdapat benjolan yang diduga
sebagaipenyebab penyakit yang dideritanya. Saat itu keluarga korban sudah
memintauntuk dirujuk ke RS setempat, akan tetapi oknum B mengaku
sebagai doktersepesialis bedah yang bisa melakukan tindakan medis
tersebut. Atas saran oknumB tersebut keluarga korban akhirnya setuju untuk
di operasi di klinik oleh oknum perawat B.
Setelah operasi teryata kondisi korban tidak membaik bahkan pandangan
mata kiankabur, pendengaran terganggu dan kemudian lumpuh. Lalu
keluarga korban memeriksakan ke RS DR.Soetomo, surabaya. Hasil
pemeriksaan menyatakan sarafnya ada yang putus akibat operasi yang
dilakukan oleh oknum perawat Btersebut.
 pasal 73 junto pasal 78 UURI nomer 29tahun 2004 tentang praktik
kedokteran dan pasal 106 junto pasal 197 UURI nomer 36tahun 2009
tentang kesehatan
Analisa kasus

 Pelaku dijerat pasal berlapis bukan hanya melanggar kodeetik


perawat tapi juga melakukan penipuan dengan mengaku
sebagai dokter bedahhingga menghilangkan nyawa orang lain .
Sebagai efek jera bagi pelaku jugaperingatan bagi tenaga
kesehatan yang lain agar menjalankan profesinya sesuaidengan
hukum yang berlaku dan kode etik profesi yang berlaku
 Pasal 33nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran &
yang isinya ; setiap orang dilarang menggunakan identitas
berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi
masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau
dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan atau
surat ijin praktik.

Anda mungkin juga menyukai