Malpraktik berasal dari bahasa inggris malpractice, kata mal
artinya salah atau tidak semestinya, sedangkan practice atau praktik adalah proses penanganan kasus (pasien) dari seseorang professional yang sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan oleh kelompok profesinya. Sehingga malpraktik dapat diartikan melakukan tindakan atau praktik yang salah satu menyimpang dari ketentuan atau prosedur yang baku. Dalam bidang kesehatan, malpraktik adalah penyimpangan penanganan kasus atau masalah kesehatan (termasuk penyakit) oleh petugas kesehatan, sehingga menyebabkan dampak buruk bagi penderita atau pasien (Notoatmodjo, 2010). Unsur-unsur Malpraktik Adanya kelalaian. Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kekurang hati- hatian, kurangnya pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan akan profesinya, padahal diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu mengembangkan ilmunya. Dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik, dan tenaga keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga medis adalah dokter atau dokter spesialis. Tidak sesuai standar pelayanan medik. Standar pelayanan medik yang dimaksud adalah standar pelayanan dalam arti luas, yang meliputi standar profesi dan standar prosedur operasional. Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia. Adanya hubungan kausal bahwa kerugian yang dialami pasien merupakan akibat kelalaian tenaga kesehatan. Kerugian yang dialami pasien yang berupa luka (termasuk luka berat), cacat, atau meninggal dunia merupakan akibat langsung dari kelalaian tenaga kesehatan. Sanksi Malpraktek Kitab Undang-undan Hukum Pidana (KUHP) Pasal 359 Pasal 360 Pasal 361 Praktek Kedokteran Pasal 75 Pasal 76 Pasal 79 Kasus Ketika itu korban mengeluh pusing-pusing, oleh oknum B disarankan untuk dibedah karena dibagian punggung korban terdapat benjolan yang diduga sebagaipenyebab penyakit yang dideritanya. Saat itu keluarga korban sudah memintauntuk dirujuk ke RS setempat, akan tetapi oknum B mengaku sebagai doktersepesialis bedah yang bisa melakukan tindakan medis tersebut. Atas saran oknumB tersebut keluarga korban akhirnya setuju untuk di operasi di klinik oleh oknum perawat B. Setelah operasi teryata kondisi korban tidak membaik bahkan pandangan mata kiankabur, pendengaran terganggu dan kemudian lumpuh. Lalu keluarga korban memeriksakan ke RS DR.Soetomo, surabaya. Hasil pemeriksaan menyatakan sarafnya ada yang putus akibat operasi yang dilakukan oleh oknum perawat Btersebut. pasal 73 junto pasal 78 UURI nomer 29tahun 2004 tentang praktik kedokteran dan pasal 106 junto pasal 197 UURI nomer 36tahun 2009 tentang kesehatan Analisa kasus
Pelaku dijerat pasal berlapis bukan hanya melanggar kodeetik
perawat tapi juga melakukan penipuan dengan mengaku sebagai dokter bedahhingga menghilangkan nyawa orang lain . Sebagai efek jera bagi pelaku jugaperingatan bagi tenaga kesehatan yang lain agar menjalankan profesinya sesuaidengan hukum yang berlaku dan kode etik profesi yang berlaku Pasal 33nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran & yang isinya ; setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan atau surat ijin praktik.