Anda di halaman 1dari 22

SAINS

ARSITEKTUR

Arsitektur Iklim Tropis Kering


ANGGOTA :

LACTANIA VELLA 1904104010014


MIFTAHUL JANNAH 1904104010040
WULAN SARI 1904104010060
RIDHA ALFARISI 1904104010092
JABAL NUR 1904104010108
IKLIM TROPIS KERING

Iklim tropis kering (Hot Arid Climate ) atau sering disebut iklim
gurun (Desert Climate) yang dicirikan dengan temperatur rata-
rata tinggi, radiasi matahari kuat, kelembapan rendah, serta
perbedaan temperatur antara siang dan malam yang tinggi.
Minimnya curah hujan yang jatuh, di bawah 250 mm pertahun
membuat kawasan di iklim ini sangat kering, dengan vegetasi
perdu yang gundul yang khas di wilayah ini. Wilayah yang
memiliki iklim ini umumnya berada di daerah subtropis di
antara 30 derajat LU dan Selatan.
IKLIM TROPIS KERING
DIMANA ?
Zona iklim kering ditemukan
di utara zona iklim tropis
lembab di belahan bumi utara
dan di selatan zona iklim
tropis lembab di belahan
bumi selatan.

Seperti Gurun Sahara di


Afrika Utara, Arab Saudi,
sebagian besar Iran Dan Irak,
Barat Laut India, California,
Afrika Selatan, dan sebagian
besar Australia semuanya
berada di zona ini.
SEPERTI APA ?
Tanda-tanda wilayah dengan iklim tropis kering yaitu sebagai
berikut :

•Kelembaban udara cenderung rendah, biasanya di bawah 50%.


•Intensitas hujan relatif rendah.
•Atmosfer jarang berawan, hal ini menyebabkan terjadinya
radiasi matahari.
•Curah hujan yang sedikit menyebabkan terbentuknya gurun
pasir.
•Berpotensi terjadi ledakan atau pecahan batu akibat perubahan
suhu ekstrim.
PENGANTAR PRINSIP
DESAIN
Arsitektur yang telah berkembang di zona kering memiliki teknik
bangunan yang konsisten dan mengakar dalam yang
mempromosikan pengkondisian iklim pasif lingkungan mereka
untuk memberikan perlindungan dan kenyamanan dari
lingkungan alami gurun gersang yang panas.

Desain rumah kontemporer dalam kondisi gurun yang panas dan


gersang harus banyak belajar dari sejarah besar dan
perkembangan perencanaan kota, bentuk bangunan dan metode
konstruksi di masa lalu.
ARSITEKTUR
TRADISIONAL
BUNGHA HOUSE,
Ruang melingkar INDIA
yang dikelilingi oleh
dinding lumpur adalah
konstruksi tempat
tinggal yang paling
khas di distrik Kutch
di negara bagian
Gujarat & Rajasthan
di India, yang memiliki
resiko gempa sangat
tinggi, disebut
Bungha.
Bahan Yang Digunakan :
1. Batu
2. kayu
3. Bambu
4. Pasangan bata yang dibakar baik dalam adukan lumpur maupun dalam adukan
semen.
5. Jerami

Karakteristik Bungha House, sbb:


• Terdiri dari satu ruangan berbentuk silinder.
• memiliki atap kerucut yang ditopang oleh dinding silinder.
• Diameter dalam Bungha adalah antara 3m sampai 10m.
• hanya memiliki tiga bukaan, satu pintu dan dua jendela kecil.
• konstruksi telah ada selama beberapa ratus tahun.
• Rumah ini cukup tahan lama dan sangat cocok untuk kondisi panas & kering.
• Seluruh proses konstruksi, yang dilakukan oleh tukang dengan sedikit sekali
pekerja tidak terampil, dapat diselesaikan dalam waktu 30 hari.
Jarak khas dari bangunan tetangga
adalah 3m. Memberikan perlindungan dari
Hujan, Radiasi matahari, Retak Gempa
Bumi.

Dengan desain melingkar, jaring dari


plester lumpur dan ranting membuat
mereka menahan tekanan angin dan
gempa.
Dinding tebal, terbuat dari lumpur,
menjaga interior tetap sejuk saat suhu
naik hingga 40 derajat Celcius di musim
panas, dan hangat pada saat suhu turun
hingga 10 derajat di musim dingin.

Atapnya terbuat dari kubah di atas kayu


tempat batang bambu diikat dengan
lapisan rumput tebal diletakkan di atas
atap dan diikat menjadi satu.
• Dinding dibuat dari batu bata
ARSITEKTUR tanah mentah, batu bata
matang, batu atau tufa. Tebal
VERNACULAR dinding 50 cm - 100 cm sesuai
dengan bahan konstruksi.
• Atap bercirikan struktur kayu
ringan. Tetapi lebih sering dari
batu bata dan kapur.
• Volume tertutup, bukaan
sedikit dan kecil.
• Tidak ada proyeksi atap,
tetapi seringkali ada tangga di
luar untuk mencapai atap
bertingkat datar.

Wilayah di sekitar laut


Mediterania, seperti di Yunani,
Italia Selatan, Spanyol &
Rumah Mediterania Prancis Selatan
Rumah
Arab
Iklimnya sangat kering,
kisaran suhu sangat
tinggi, ada radiasi
matahari yang kuat dan
angin dapat membawa
debu dan pasir dalam
jumlah besar.

Desain arsitektur
dikembangkan
Fitur-fiturnya adalah:
mengikuti tradisi,
• bentuk bangunan
budaya, agama dan • tipologi dinding
respon dari iklim • bukaan distribusi ruang interior
setempat. • sistem ventilasi dan pendingin
Rumah
Arab
1. MALAM : udara sejuk turun di
lapangan dan masuk ke dalam
setiap ruangan yang
menghadap nya. Atap datar dan
dinding tebal juga
meningkatkan sistem pendingin.

2. SIANG : matahari langsung


menghangatkan dinding yang 3. SORE : udaranya sangat panas dan bukaan
menghadap ke pelataran. Udara pada bagian tertinggi bangunan menjadi panas
memanas dan naik memberikan menciptakan aliran udara alami dari ruangan
ventilasi alami. Bagian yang yang menghadap nya melalui teras. Udara
tertinggi bangunan berfungsi dingin terakhir keluar dari kamar di malam hari,
tetapi juga bayangan lebih panjang dan
sebagai cerobong asap.
cepat lapangan terlindungi dari radiasi.
Dinding dan pintu besar Untuk meningkatkan sistem pasif ini, mereka
melindungi ruang interior dari biasanya memasang tirai basah di
radiasi matahari langsung. lapangan dan air mancur di tengah.
IKHTISAR PRINSIP DESAIN

Dinding Berwarna Putih (Warna “sejuk” mengurangi


pantulan panas), penataan rumah di dalam sangat rapat
satu sama lain.

Vegetasi (mengurangi suhu, menyaring debu di dalam


dan sekitar rumah, meningkatkan tingkat kelembapan
dapat mengurangi serta meningkatkan kecepatan angin).

Bukaan kecil atap ganda atau atap tunggal putih, dinding


tebal, baskom besar untuk menampung air hujan, jendela
louvered, pergola (naungan).
PRINSIP DESAIN BIOKLIMATIK
Pada Tropis Kering
Mempunyai prinsip desain musim panas dan musim dingin.
Kondisi iklim pada daerah ini memilki temperatur dan radiasi
matahari tinggi, dengan variasi suhu diurnal tinggi dan kelembaban
relatif sangat rendah (lippsmeier, 1980).

Prinsip desain yang merespon musim panas (summer) yaitu resist


heat gain (menurunkan perolehan panas) dan promote heat loss
(Mengotimalkan pengeluaran panas).

Sedangkan prinsip desain yang merespon musim dingin (winter)


yaitu promote heat gain (mengoptimalkan perolehan panas) dan
resist heat loss (meminimalkan pengeluaran panas) (watson, 1983).
Bangunan pada daerah tropika kering (hot arid climate) merespon kondisi
iklim Pada Musim Panas (Summer) dengan prinsip :

(1) Resist heat gain (menurunkan perolehan panas) yaitu dengan:

A. Minimize infiltration, yaitu dengan meminimalkan infiltrasi radiasi matahari yang


efektif (effective solar exposure) pada building envelope (givoni, 1998; evan, 1980;
aronin, 1953; watson, 1983) dan juga meminimalkan pengaruh tingginya
temperatur luar ruangan (evan,1980).

B. Minimize solar gain, yaitu dengan meminimalkan perolehan panas matahari


efektif (effective solar heat gain) bangunan, yaitu dengan meminimalkan heat gain
pada building envelope (watson, 1983; givoni, 1998).

C. Minimize conductive heatflow, yaitu dengan meminimalkan tingkat perolehan


panas konduktif dan konvektif (conductive and convective) dari udara sekitar, yaitu
dengan meminimalkan temperature udara dalam ruangan (watson, 1983; givoni,
1998).
Gambar. CONTOH MAKET YANG MEMPERLIHATKAN
PENGGUNAAN DINDING TEBAL DAN BUKAAN KECIL
(2) promote heat loss (menaikkan pembuangan panas) yaitu dengan mengoptimalkan
potensi nangunan memperoleh ventilasi alami dapat dilakukan dengan :

A. Promote earth cooling, mengoptimalkan pendinginan dengan memanfaatkan ruang


bawah tanah sebagai buffer zone dan insulation zone antara ruang dalam dan ruang
luar. Diantaranya dengan menggukan desain basement atau semi-basement pada
bangunan. (Watson, 1983; looman, 2017)

B. Promote ventilation, mengoptimalkan pergerakan angin dengan ventilasi alami pada


interior bangunan dengan mengopimalkan bukaan, sehingga menciptakan kenyamanan
pengguna bangunan. Diantaranya dapat dengan dinding louvered wall (olgyay, 1963)

C. Promote radiant cooling, mengoptimalkan pendinginan dengan pemilihan material


dinding bangunan (thermal mass) berat dan tertutup (watson, 1983; lippsmeier, 1980).

D. Promote evaporative cooling, mengoptimalkan pendinginan dengan proses


pendinginan penguapan langsung air ke udara dari luar ruangan kedalam ruangan.
Prinsip ini dapat dilakukan diantaranya dengan menyemprotkan air ke permukaan atap
atau dinding. Bangunan (olgyay, 1963; watson, 1983; looman, 2017).
Gambar. Perubahan Udara
Bangunan pada daerah tropika kering (hot arid climate) merespon kondisi
iklim Pada Musim Dingin (Winter) dengan prinsip :

(1) promote heat gain /promote solar gain


memaksimalkan tingkat perolehan panas konduktif dan konvektif
(conductive and convective). Dari udara sekitar, yaitu dengan
memaksimalkan tingkat refleksifitas ground cover dan juga permukaan
bangunan (building surface) diluar bukaan jendela supaya memaksimalkan
perolehan panas pada musim dingin. Juga dengan memaksimalkan
pengunaan kaca pada bukaan, penggunaan skylight pada atap bangunan.
(Olgyay, 1963; watson, 1983)
Bangunan pada daerah tropika kering (hot arid climate) merespon kondisi
iklim Pada Musim Dingin (Winter) dengan prinsip :

(2) resist heat loss


yaitu dengan meminimalkan potensi bangunan memperoleh ventilasi alami.
Dengan:

A. Minimize conductive heat flow, meminimalkan terjadinya aliran konduksi


panas pada bagian fasade bangunan (building envelope), diantaranya dapat
dengan mendesain attic space sebagai ruang antara interior dan eksterior
bangunan (thermal buffering) (olgyay, 1963; watson, 1983; looman, 2017).

B. Minimize external air flow, meminimalkan aliran udara diluar bangunan,


diantaranya dapat dengan mendesain landscape dan vegetasi disekitar
bangunan berfungsi sebagai windbreak (watson, 1983).

C. Minimize infiltration, dengan meminimalkan infiltasi panas pada bukaan


bangunan baik jendela maupun pintu (watson, 1983).
ARSITEKTUR
MODERN

APICORP
(Arab Petroleum
Investment
CorPoration)
office, Saudi
Arabia
Environmental conditions in hot and dry cities (blue and brown), and city, street, and building, and human
scale means for designing a healthy city in hot and dry climate.

Maya Negev et al. BMJ 2020;371:bmj.m3000

©2020 by British Medical Journal Publishing Group

Anda mungkin juga menyukai