Anda di halaman 1dari 10

Patofisiologi HIV/AIDS

• Ketika HIV memasuki tubuh manusia, glikoprotein virus yang paling luar yaitu
gp160 akan berikatan dengan salah satu sel yang memiliki reseptor CD4.
• Ikatan ini akan diperkuat oleh kemokin co-receptor HIV yaitu CCR5 dan
CXCR4.
• Penempelan co-receptor dari HIV akan mengawali terjadinya fusi membran,
yang dimediasi oleh gp41, dan masuknya materi genetik virus dan enzim yang
diperlukan untuk replikasi virus.
• Kemudian protein virus yang mengelilingi asam nukelat masuk ke dalam
kondisi uncoated untuk persiapan replikasi virus.
• Enzim reverse transcriptase HIV pertama kali akan mensintesis DNA
komplemen menggunakan RNA virus sebagai template, DNA virus yang telah
terbentuk kemudian bermigrasi ke dalam nukleus dan berintegrasi dengan
kromosom sel inang dengan bantuan enzim integrase yang dimiliki HIV.
• Setelah tahap integrasi selesai, HIV dapat bereplikasi.
• Aktivasi replikasi HIV dilakukan oleh antigen, sitokin, atau faktor lain yang
menstimulasi sel untuk memproduksi faktor nuclear kappa B, sebuah
enhancer-binding protein (Dipiro, et al., 2011)
Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda klinis yang dapat diduga infeksi HIV antara lain
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
2011):
a. Keadaan umum:
1. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dari berat badan dasar
2. Demam secara terus menerus atau intermiten, suhu oral lebih dari 37,5º
C dalam waktu lebih dari satu bulan
3. Diare secara terus menerus atau intermiten selama lebih dari satu bulan
4. Pembengkakan kelenjar limfa meluas
b. Kulit
1. Kulit kering meluas
2. Adanya kutil genital, radang folikel rambut, dan penyakit kulit kronik
yang ditandai dengan pengelupasan dan inflamasi pada kulit
c. Infeksi
1. Adanya infeksi jamur seperti kandidiasis oral, peradangan pada bagian kulit
yang banyak memiliki kelenjar minyak, atau kandidiasis vagina berulang
2. Adanya infeksi viral seperti herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari
satu dermatom), herpes genital secara berulang, infeksi kulit yangdisebabkan
oleh virus, dan kutil kelamin.
d. Gangguan pernafasan
1. Batuk lebih dari satu bulan
2. Sesak nafas
3. Tuberkulosis
4. Pneumonia berulang
5. Sinusitis kronis atau berulang
e. Gejala Neurologis
1. Nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus dan tidak jelas penyebabnya)
2. Kejang demam dan menurunnya fungsi kognitif
KASUS
Tujuan Terapi
• Mengurangi laju penularan di masyarakat, memulihkan
• Memelihara fungsi imunologis (stabilitas peningkatan
sel CD4),
• Menurunkan komplikasi akibat HIV
• Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara
terus menerus
• Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
berhubungan dengan HIV,dan mengeliminasi tanda
klinik dan gejala dari kandidiasis (Dipiro,et al., 2011)
Terapi Non Farmakologi
• Melibatkan 5 P’s iaitu Partners, Prevention of
Pregnancy, Protection of Sexual transmitted diseases,
Practices, Past history of sexual transmitted disease.
• Menggalakan orang menggunakan alat kontrasepsi,
antara kontrasepsi yang sering digunakan adalah
kondom.
• Menyarankan agar penderita untuk abstinen dan jika
sudah berkawin, menyarankan penderita dan
pasangannya agar tidak berhubungan seks dengan
orang lain.
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis meliputi
• Infus RL 20 tetes/menit diberikan pada pasien untuk menambah elektrolit tubuh, untuk
memenuhi kebutuhan elektrolik pasien dan mencegah terjadinya kekurangan cairan
• Ambroxol syr 3xCI, diberikan kepada pasien untuk mengurangi kekentalan dahak. Ambroxol
dapat membantu memudahkan pengeluaran dahak dari saluran pernapasan.
• Nystatin drop 3x1 cc, diberikan kepada pasien sebagai anti jamur yang digunakan untuk
mengobati infeksi jamur pada mulut, untuk mengatasi oral candidiasispasien. Obat ini
menghambat perumbuhan jamur dengan cara mempengaruhi permeabilitas dinding sel jamur
sehingga jamur dapat mati
• Paracetamol 4x500 mg, diberikan kepada pasien digunakan sebagai antipiretik saat pasien
demam.
• Injeksi ranitidin 50 mg/12 jam, diberikan kepada pasien untuk mencegah stres ulser pada
pasienakibat obat-obatan yang diberikan.
• Injeksi ciprofloksasin 200 mg/12 jam, diberikan kepada pasien untuk menghentikan
pertumbuhan bakteri.
• Pasien diberikan obat Antriretroviral. Tujuan terapi ARV ini adalah penekanan secara
maksimum dan berkelanjutan jumlah virus, pemulihan, atau pemeliharaan(atau keduanya)
fungsi imunologik, perbaikan kualitas hidup. Obat antiretroviral adalah Efavirenz, Nevirapine,
Lamivudin, Zidovudin
Monitoring dan KIE
Monitoring : Edukasi tentang penyakit HIV yang
• Pemeriksaan serum HIV diderita oleh pasien :
digunakan pada awal penegakan • Baik itu secara perorangan maupun
diagnosis, sedangkan keluarga setelah diagnosis
pemeriksaan RNA HIV dan ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan CD4 dilakukan pemeriksaan lab, serum anti HIV,
untuk membantu mengetahui dan konseling VCT.
prognosis dan dosis awal obat • Pemberian dukungan membantu
pada terapi ARV. pasien untuk meminimalisir isolasi,
• Tatalaksana dilakukan sesuai kesendirian, dan ketakutan.
pedoman yang dikeluarkan WHO, • Memberikan dukungan dan
yang bertujuan untuk menekan pengawasan terhadap pasien dapat
jumlah virus, memelihara fungsi, meningkatkan kepatuhan pasien
dan mengurangi morbiditas dan terhadap pengobatan yang
mortaltas akibat HIV/AIDS. diberikan.
Daftar Pustaka
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G.,
Posey, L.M., 2011, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, 8th ed., The McGraw-Hill Companies. Inc., U.S.A.

Anda mungkin juga menyukai