Anda di halaman 1dari 45

KAJIAN DAN ANALISIS SITUASI

PERKESMAS
DESY INDRA YANI

RAPAT KOORDINASI PENGUATAN MANAJEMEN PERKESMAS


DRIAM RESORT CIWIDEY, 28- 29 AGUSTUS 2018
Marbella Suites Bandung, 29-30 Juli 2019
Determinan Sosial kesehatan & Kebutuhan
kesehatan
• Beban penyakit
• Tantangan kesehatan
PEMBANGUNAN KESEHATAN
2015-2019
STATUS TARGET
NO INDIKATOR AWAL 2019

1 Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat  

a. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup 346 306


(2010)
b. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup 32 24,0
(2012/2013)
c. Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita 19,6 (2013) 17,0
(persen)
d. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) 32,9 (2013) 28,0
pada anak baduta (bawah dua tahun) (persen)
 

3
PEMBANGUNAN KESEHATAN
2015-2019
STATUS TARGET
NO INDIKATOR AWAL 2019
2 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular
a. Prevalensi Tuberkulosis (TB) per 100.000 297 (2013) 245
penduduk
b. Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2014) <0,50

c. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi 212 (2013) 300


malaria
d. Tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 23,4

e. Prevalensi obesitas penduduk usia 18+ tahun 15,4 (2013) 15,4


(persen)
f. Prevalensi merokok penduduk usia < 18 tahun 7,2 (2013) 5,4

4
PEMBANGUNAN KESEHATAN
2015-2019
STATUS TARGET
NO INDIKATOR
AWAL 2019

3 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan  

a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu 0 5.600


Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi (2014)

b. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 10 481


satu RSUD yang tersertifikasi akreditasi (2014)
nasional
c. Presentase kabupaten/kota yang mencapai 80 71,2 95
persen imunisasi dasar lengkap pada bayi (2013)

5
PEMBANGUNAN KESEHATAN
2015-2019
STATUS TARGET
NO INDIKATOR AWAL 2019
4 Meningkatnya Perlindungan Finansial, Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu
Obat Serta Sumber Daya Kesehatan
a. Persentase kepesertaan SJSN kesehatan (persen) 51,8 Min 95
(Okt. 2014)
b. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki lima 1.015 5.600
jenis tenaga kesehatan (2013)
c. Persentase RSU kabupaten/kota kelas C yang 25 60
memiliki tujuh dokter spesialis (2013)

d. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di 75,5 90,0


Puskesmas (2014)
e. Persentase obat yang memenuhi syarat 92 94
(2014)

6
TRANSISI EPIDEMIOLOGI
• Kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat
• Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan
perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang
aktifitas fisik, merokok, dll)
Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015

1990 2000 2010 2015


Cedera Cedera Cedera
Cedera
7% 8% 9%
13%
Penyakit Penyakit
Penyakit Menular Menular
Menular 33% 30%
Penyakit 43%
Penyakit Tidak Penyakit
Menular Menular Tidak
56% 37% Penyakit Menular
Tidak Penyakit 57%
Menular Tidak
49% Menular
58%

Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles (2014)

Keterangan: Pengukuran beban penyakit dengan Disability-adjusted Life Years (DALYs)


 hilangnya hidup dalam tahun akibat kesakitan dan kematian prematur 7
BONUS
DEMOGRAFI 2030
mayoritas
penduduk
Bonus demografi dan jendela peluang USIA
90
80
PRODUKTIF
Bonus
70 Demografi Jendela
60 peluang
Muda
50
Persentase

40
menentukan
30
20 Lansia
peluang
10 Indonesia
0
menjadi
1950
1955

1975
1980

2000
2005
2010

2020
2025

2045
2050
1960
1965
1970

1985
1990
1995

2015

2030
2035
2040

NEGARA MAJU
Tahun
8
Ekspektasi
• Tuntutan saat ini dan untuk pelayanan
• Ekspektasi sosial
Konsep Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasar atas Ekspektasi
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(Hadiyati, Sekarwana, Sunjaya, Setyawati, 2017)

• Dimensi sarana dan prasarana yang memprioritaskan


kecukupan kapasitas fasilitas;
• Dimensi karyawan yang memprioritaskan jumlah dan
kapasitas sumber daya manusia;
• Dimensi layanan medis yang memprioritaskan
komunikasi;
• Dimensi layanan administrasi yang memprioritaskan
sistem antrian yang tertib;
• Dimensi keamanan layanan yang memprioritaskan pada
meminimalkan risiko bahaya;
Konsep Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasar atas Ekspektasi Peserta
Jaminan Kesehatan Nasional
(Hadiyati, Sekarwana, Sunjaya, Setyawati, 2017)

• Dimensi kepercayaan yang menunjukkan kesetiaan;


• Dimensi akses yang memprioritaskan akses mudah ke rumah
sakit;
• Dimensi kesetaraan yang menekankan perlakuan yang sama
untuk pasien JKN dan non-JKN;
• Keterbukaan informasi yang mengutamakan penyediaan
informasi yang jelas;
• Dimensi pembagian biaya yang menggarisbawahi tidak ada
biaya tambahan untuk tindakan dan perawatan medis; dan
• Dimensi kualitas antar departemen yang mencakup layanan
yang sama di setiap titik layanan.
Kinerja Sistem Kesehatan
• Kesenjangan dalam merespon kebutuhan dan ekspektasi
– SBM
– Alat bantu
– PHN Kit
– Pelatihan
– Biaya/ anggaran
– ATK
– Bonus
– Kebijakan
– Sistem kerja
– Dukungan
Kapasitas Sektor Kesehatan untuk
merespon tantangan saat ini dan masa
depan

• Sarana & prasarana


• SDM
• Biaya
Sumber Daya Sistem Kesehatan
• Manusia
• Fisik
• Finansial
• Informasi

• Kesenjangan sumber daya dalam merespon


kebutuhan dan tuntutan
PERMASALAHAN TENAGA KESEHATAN
KONDISI KETENAGAAN DI PUSKESMAS dan RUMAH SAKIT
TAHUN 2015

Sumber Data: Pusrengun 2016


SASARAN STRATEGIS 2016
PEMENUHAN SDM KESEHATAN

Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas, & Pemerataan Nakes 2015 2016

a. ∑ puskesmas yg min memiliki 5 jenis nakes (tenaga kesmas,


kesling, tenaga gizi , tenaga kefarmasian & analis 1.200 2.000
kesehatan)

b. % RS Kab/Kota kelas C yg memiliki 4 dr spesialis dasar & 3


30% 35%
dokter spesialis penunjang

c. ∑ nakes yg ditingkatkan kompetensinya 10.200 21.510

17
Ketenagaan di Puskesmas
Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

• Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga


Kesehatan dan tenaga non kesehatan.
• Jenis Tenaga Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
– a. dokter atau dokter layanan primer;
– b. dokter gigi;
– c. perawat;
– d. bidan;
– e. tenaga kesehatan masyarakat;
– f. tenaga kesehatan lingkungan;
– g. ahli teknologi laboratorium medik;
– h. tenaga gizi; dan
– i. tenaga kefarmasian.
KUALIFIKASI TENAGA KESEHATAN pasal 8, 9, 10
UU. 36 tahun 2014 teantang Tenaga Kesehatan

a TENAGA KESEHATAN

1) Kualifikasi minimum diploma tiga


2) Kecuali tenaga medis.

b ASISTEN TENAGA KESEHATAN


1) kualifikasi minimum pendidikan menengah di bidang
kesehatan
2) hanya dapat bekerja di bawah supervisi Tenaga
Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan
SDM Kesehatan
• Jumlah SDM kesehatan pada tahun 2012
sebanyak 707.234 orang dan meningkat
menjadi 877.088 orang pada tahun 2013.
• Dari seluruh SDM kesehatan yang ada, sekitar
40% bekerja di Puskesmas.
• Jumlah tenaga kesehatan sudah cukup banyak
tetapi persebarannya tidak merata.
SDM Kesehatan
• SDM kesehatan yang bekerja di Puskesmas tersebut,
komposisi jenis tenaganya pun masih sangat tidak berimbang.
• Sebagian besar tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas
adalah tenaga medis (9,37 orang per Puskesmas), perawat-
termasuk perawat gigi (13 orang per Puskesmas), bidan (10,6
orang per Puskesmas).
• Sedangkan tenaga kesehatan masyarakat hanya 2,3 orang per
Puskesmas, sanitarian hanya 1,1 orang per Puskesmas, dan
tenaga gizi hanya 0,9 orang per Puskesmas.
• Rifaskes mengungkap data bahwa tenaga penyuluh kesehatan
di Puskesmas juga baru mencapai 0,46 orang per Puskesmas.
FINANSIAL
• Ketersediaan anggaran kesehatan baik dari
APBN (Pusat) maupun APBD
(Provinsi/Kabupaten/Kota) belum mencapai
sebagaimana diamanatkan oleh UU No 36
tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni 5% APBN
serta 10 % APBD (di luar gaji).
• Anggaran Kementerian Kesehatan dalam
kurun waktu terakhir menunjukkan
kecenderungan meningkat.
Finansial
• Pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan
mendapat alokasi anggaran dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar
Rp 18,55 Triliun, dan pada tahun-tahun
berikutnya alokasi ini terus meningkat.
• Tahun 2009 alokasi anggaran Kementerian
Kesehatan menjadi Rp 20,93 Triliun, dan
meningkat menjadi Rp 38,61 Triliun pada tahun
2013, dan tahun 2014 sebesar Rp 46,459 Triliun.
Finansial
• Kenaikan pada tahun 2014 dialokasikan untuk
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional,
sementara alokasi untuk upaya kesehatan
menurun.
• Meskipun alokasi anggaran meningkat namun
bila dilihat proporsi anggarannya ternyata
relatif tidak berubah, yakni sekitar 2,5%.
Finansial
• pembangunan kesehatan juga harus didanai
oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan mengamanatkan agar
Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota)
masing-masing dapat mengalokasikan minimal
10% dari APBD nya (di luar gaji pegawai) untuk
pembangunan kesehatan.
Finansial
• Secara umum alokasi baru mencapai 9,37% pada
tahun 2012, dengan hanya beberapa provinsi yang
dapat mengalokasikan 10- 16%.
• Pada umumnya provinsi-provinsi baru dapat
mengalokasikan dalam kisaran 2-8% dari APBD nya
untuk pembangunan kesehatan -> termasuk gaji
pegawai.
• Untuk tingkat Kabupaten/ Kota, sudah lebih baik,
tercatat ada 221 (42,2%) Kab/ Kota yang telah
menganggarkan >10% APBD untuk kesehatan.
Finansial
• Untuk membantu Pemerintah Kabupaten/Kota
meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat melalui Puskesmas, Pemerintah
melalui Kementerian Kesehatan menyalurkan dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
• Pemanfaatan dana BOK ini difokuskan pada beberapa
upaya kesehatan promotif dan preventif seperti KIA-KB,
imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit, dan lain-
lain, sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan MDGs
bidang kesehatan.
Finansial
• Permasalahan dalam penganggaran adalah
alokasi anggaran untuk kuratif dan rehabilitatif
jauh lebih tinggi daripada anggaran promotif
dan preventif, padahal upaya promotif
dimaksudkan untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan masyarakat yang
sehat agar tidak jatuh sakit.
• Keadaan tersebut berpotensi inefisiensi dalam
upaya kesehatan.
Posisi Stakeholders
• Pemerintah pusat
– Kementrian kesehatan
– Kementrian keuangan
– Kementrian sosial
– Kementrian dalam negeri
– Bapenas
• Pemerintah daerah
• BPJS Kesehatan
• OJK
• DJSN
SWOT
Strength (Kekuatan) Weakness (kelemahan)
• Perkembangan Penduduk: • Perkembangan Penduduk:
– window opportunity di mana rasio • Jumlah lansia di Indonesia saat ini lebih
ketergantungannya positif, yaitu jumlah penduduk
usia produktif lebih banyak dari pada yang usia
besar
non-produktif,Jumlah wanita usia subur akan – jumlah penduduk miskin bertambah,
meningkat dan ini menyebabkan permasalahan
– Penduduk usia kerja yang meningkat biaya yang harus ditanggung
• secara nasional kualitas kesehatan pemerintah bagi mereka.
masyarakat telah meningkat
• Disparitas Status Kesehatan Antar
• Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Wilayah.
• Kesetaraan Gender. • Disparitas Status Kesehatan
• Berlakunya Undang-Undang Tentang Desa. – isparitas status kesehatan antar tingkat
• Menguatnya Peran Provinsi. sosial ekonomi, antar kawasan, dan
• Berlakunya Peraturan Tentang Sistem antar perkotaan-pedesaan masih cukup
Informasi Kesehatan. tinggi.
SWOT
Opportunity (Kesempatan) Threat (Ancaman)
• mulai berlakunya • Perkesmas dilaksanakan
Masyarakat Ekonomi ASEAN oleh profesi lain
(MEA)
• SDGs
• Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC)
LINGKARAN DINAMIS
PROSES KEPERAWATAN

Peran
Perawat

Peran
Klien
KERANGKA KONSEP PERKESMAS DI PUSKESMAS
FAKTOR EKSTERNAL
( a.l PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN,
GLOBALISASI, KOMITMEN GLOBAL, PERAN OP, DLL
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
PERAWAT MANAJEMEN
KUANTITAS YANKES
KUALITAS DI PUSKESMAS SPM
(P1,P2,P3) YANKES
TENAGA KES LAIN/
(CAKUPAN)
BIDAN, DOKTER
TARGET PROGRAM
GLOBAL
PMK/
INDIKATOR K,K,M,
MANAJEMEN KINERJA
NASIONAL PERAWAT: KINERJA RAWAN
DAERAH -PENGGUNAAN PRO- PERKESMAS MANDIRI
STANDAR/PEDOMAN SES KEPERAWATAN
-PENGGUNAAN SOP
SARANA,PRASARANA, -TUGAS & TG JWB PWT MUTU YAN
PERALATAN KES -MONEV BERDSR INDI-
PERKES
KATOR KINERJA
DANA -DISKUSI REFLEKSI MAS
KASUS
Reward
SISTEM INFORMASI
(UMPAN BALIK) 33
TANGGUNGJAWAB PERAWAT PUSKESMAS

UPAYA KES PERORANGAN UPAYA KES MASYARAKAT

ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN


KLIEN INDIVIDU • KELUARGA
• KELOMPOK
• MASYARAKAT

PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT


(COMMUNITY HEALTH NURSING)
34
SASARAN PERKESMAS

Seluruh masyarakat

Individu Keluarga Kelompok /


Khususnya khususnya risti masyarakat
Individu risti: (bumil, balita, berisiko tinggi,
Menderita Lansia, mende- termasuk daerah
penyakit, balita, rita penyakit, kumuh, terisolasi,
Lansia, masalah masl mental/ konflik, tidak
mental/jiwa Jiwa) terjangkau yankes,
KLB, bencana
35
KETERPADUAN PERKESMAS DALAM
UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS
PERKESMAS
PENGO-
PROMKES KIA &KB GIZI KESLING P2M BATAN (upaya pengmbgn)

UPAYA UPAYA
PENGEM PERKESMAS PENGEM
BANGAN BANGAN

INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL


(SPM)

36
OUTCOME
KELUARGA MANDIRI DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN KESEHATANNYA

1. MAMPU MENGENAL MASALAH KESEHATANNYA


2. MAMPU MENGAMBIL KEPUTUSAN TEPAT UNTUK
MENGATASI KESEHATANNYA
3. MAMPU MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN
UNTUK ANGGOTA KELUARGA YANG
MEMERLUKAN BANTUAN KEPERAWATAN
4. MAMPU MEMODIFIKASI LINGKUNGAN SEHINGGA
MENUNJANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN
5. MAMPU MEMANFAATKAN SARANA PELAYANAN
KESEHATAN YANG ADA
KRITERIA KELUARGA MANDIRI
PERILAKU KM-I KM-II KM-III KM-IV
MENERIMA PETUGAS PUSKESMAS V V V V

MENERIMA YANKES SESUAI V V V V


RENCANA

MENYATAKAN MASALAH SECARA V V V


BENAR

MEMANFAATKAN SARKES V V V
SESUAI ANJURAN

MELAKSANAKAN PERAWATAN V V V
SEDERHANA SESUAI ANJURAN

MELAKSANAKAN TINDAKAN V V
PENCEGAHAN SECARA AKTIF

MELAKSANAKAN TINDAKAN V
PROMOTIF SECARA AKTIF
Subdit Kepwt Dasar 38
Evaluasi Perkesmas

• Input
– Tenaga
• Jumlah perawat yang telah mendapatkan pelatihan
• Pendidikan perawat
• Penunjukkan koordinator perkesmas
– Biaya atau dana
• Transpor petugas
• Obat-obatan
• Alat tulis kantor (buku pencatatan & pelaporan)
– Buku Pedoman
– Formulir Pelaporan
Evaluasi Perkesmas
• Proses
– Perencanaan
• Rencana kerja tahunan
• Rencana kerja bulanan
– Penggerakan pelaksanaan program
• Pembagian wilayah binaan
• Surat tugas
• Pelaksanaan kunjungan rumah
• Pola asuhan keperawatan
• Koordinasi petugas lain
• Rujukan kasus
• Pencatatan kegiatan
– Pemantauan
Evaluasi Perkesmas
• Proses
– Pemantauan
• Buku catatan
• Laporan kegiatan bulanan, tahunan
• Rapat korrdinasi
Pengetahuan Perkesmas Perawat
• Konsep dasar perkesmas
• Kegiatan perkesmas
• Kompetensi minimal dan peran perawat puskesmas
• Pelaporan kegiatan perkesmas

• adanya hubungan yang signifikan antara kompetensi


perawat puskesmas dan tingkat keterlaksanaan
kegiatan perkesmas (Tafwidhah, 2012)
Evaluasi proses pelaksanaan perawatan kesehatan
masyarakat di Puskesmas Kabupaten X

• Studi ini memperlihatkan bahwa disamping cakupan rata-rata di empat


perkesmas baru mencapai 55%, pelaksanaan program ini baru sebatas kegiatan
rutin yang administratif.
• Pelayanan perawatan masyarakat belum memiliki standar asuhan keperawatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Kegiatan sangat tergantung pada
program pusat.
• Jika tidak ada projek, maka kegiatan tidak ada.
• Perencanaan program yang masih terkotak-kotak berkaitan ego program vertikal.
• Pelaksanaan yang belum disertai uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara tertulis memberikan peluang penyimpangan dalam pelaksanaan program.
• Perawat koordinator masih belum memiliki pendidikan keperawatan dan
keterampilan klinik.
• Kegiatan-kegiatan dilaksanakan lebih pada kepentingan surat perjalanan dinas.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Pendukung Penghambat
• Gaya kepemimpinan kepala • Persepsi tentang tugas dan
puskesmas: dukungan dan fungsi perawat di puskesmas
petan serta aktif • Pemahaman tentang program
• Dana yang tersedia perkesmas yang keliru  tugas
sampingan
• Kegiatan lain yang dibiayai
oleh dana atau anggran
berbeda dengan sistem
pencatatan dan pelaporan
yang tersendiri  kegiatan
perkesmas
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai