Anda di halaman 1dari 27

PT JIWASRAYA

Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi


“Etika dalam Kantor Akuntan Publik”
Analisis PT Jiwasraya

Disusun Oleh :
Adinda Maharani Salsabila 1814190017
Ahmad Naufal Azzami 1814190088
Amalina Hanun 1814190028
Indah Permata Sari 1814190011
Salsabila Fernanda 1614190097
Kasus gagal bayar polis nasabah yang mengarah
KASUS pada
AKUNTAN PUBLIK korupsi PT Asuransi Jiwasraya dinilai
PT.JIWASRAYA

melibatkan banyak pihak termasuk akuntan publik. Auditor dianggap tidak mampu atau
mengungkap kondisi sebenarnya pada Jiwasraya. Terlebih lagi, laporan keuangan teraudit yang
dipublikasikan Jiwasraya ternyata telah dimanipulasi atau window dressing sehingga perusahaan
terlihat sehat.
Menanggapi kondisi ini, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tarkosunaryo meyakini tidak
terdapat keterlibatan akuntan publik dalam kasus Jiwasraya. Menurutnya, akuntan publik yang
mengaudit perusahaan tersebut telah bertindak sesuai standar. Dalam laporan keuangan Jiwasraya
2017, misalnya, akuntan publik telah memberikan pendapat "opini dengan modifikasi". Opini
tersebut mencakup salah satu dari tiga jenis opini auditor yaitu opini wajar dengan mengecualian,
opini tidak wajar dan opini tanpa memberikan pendapat. "Opini ini disebabkan karena tidak
sesuainya material laporan keuangan dengan standar akuntansi atau karena auditor kekurangan
memperoleh bukti karena berbagai sebab sehingga tidak cukup untuk memberikan opini wajar
tanpa pengecualian," jelas Tarko, Senin (13/1).
Laporan keuangan Jiwasraya 2017 dipilih Tarko karena periode tersebut terdapat temuan dari
akuntan publik yang menyatakan terdapat kekurangan cadangan teknis sebesar Rp 7 triliun.
Sehingga, auditor menilai laporan keuangan Jiwasraya yang disusun perusahaan dan diumumkan
direksi terdapat keuntungan Rp 360 miliar tidak tepat. Pernyataan auditor tersebut juga sesuai
dengan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.
"Berdasarkan UU Perseroan Terbatas bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai standar
akuntasi keuangan berlaku, sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari direksi (Jiwasraya)
dengan pengawasan dewan komisaris. Setelah disetujui direksi dan dewan komisaris lalu diaudit
akuntan publik kemudian disahkan di RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)," tambahnya.
  Tarko menilai audit yang dilakukan akuntan publik tidak bertujuan semata-mata
menemukan kecurangan, ketidakpatuhan atau menilai efektivitas pengendalian internal.
Sehingga, sangat mungkin kecurangan atau fraud yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan
tidak terdeteksi auditor. Dengan demikian, Tarko menilai apabila terdapat fraud maka menjadi
tanggung jawab direksi dengan pengawasan dewan komisaris.
 "Sedangkan tanggung jawab auditor eksternal sebatas pada melaksanakan audit atas laporan
keuangan sesuai standar audit berlaku," jelasnya.
  Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengakui adanya peran akuntan publik dalam
audit laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya. Namun, Ketua Umum IAPI Tarkosunaryo
mengatakan, peran akuntan publik hanya sebatas pemberian opini saat laporan keuangan
diaudit. "Ada peran akuntan publik dalam penyajian laporan keuangan. Tapi peran akuntan
publik tidak kemudian sebagai pihak yang mengambil kebijakan," kata Tarkosunaryo di Jakarta,
Senin (13/1/2020).
Tarko menuturkan, laporan keuangan Jiwasraya tahun 2017 yang membukukan laba
sebesar Rp 360,3 miliar telah diaudit oleh akuntan publik. Sesuai yang dikemukakan BPK
beberapa waktu lalu, akuntan juga menemukan kekurangan pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun.
Karena adanya kekurangan pencadangan, laporan keuangan Jiwasraya pada tahun itu akhirnya
mendapat opini dengan modifikasian alias tidak wajar (adverse opinion). Sayangnya, Jiwasraya
tidak merinci lebih lanjut opini tersebut usai diaudit oleh akuntan.
"Tapi tidak ada kejelasan lebih lanjut (dari Jiwasraya) apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Kami
menyayangkan laporan lengkap tahun 2017 tidak dipublikssi secara lengkap sehingga tidak
transparan," kata Tarko.
Terkait peran akuntan, Tarko menegaskan akuntan publik sudah pasti mendorong perusahaan
untuk mengoreksi laporan keuangan dengan memasukkan kekurangan pencadangan sebesar Rp
7,7 triliun dalam balance sheet. Sehingga laporan yang tadinya mencetak laba, seharusnya
merugi.
Namun, kewenangan lebih lanjut berada di tangan direksi perusahaan. Sebab, akuntan publik
tidak bisa mempublikasikan hasil audit sebuah perusahaan.
"Jadi ada rekayasa (laporan keuangan), saya setuju. Tapi auditor ikut rekayasa, saya enggak setuju.
Auditor sudah bekerja sesuai yang dikerjakan," tegas Tarko.
Sebelumnya diberitakan, PT Asuransi Jiwasraya Tbk mengalami gagal bayar polis asuransi
karena adanya kecurangan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun telah dua kali melakukan
pemeriksaan.
BPK mencatat, Jiwasraya memang sudah membukukan laba semu sejak 2006. Kemudian pada
Pada 2017, Jiwasraya kembali memperoleh opini tidak wajar dalam laporan keuangannya.
Berlanjut ke tahun 2018, Jiwasraya akhirnya membukukan kerugian unaudited sebesar Rp 15,3
triliun. Pada September 3019, kerugian menurun jadi Rp 13,7 triliun. Kemudian di November
2019, Jiwasraya mengalami negative equity sebesar Rp 27,2 triliun.
Saat ini, Kementerian Keuangan juga telah memeriksa akuntan publik yang mengaudit Jiwasraya pada
2014, 2015, 2016 dan 2017. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011
tentang Akuntan Publik. Sedangkan, akuntan publik 2006-2013 yaitu atas nama AP Suhajar Wiyoto dan
AP Mulyana Mastam telah meninggal.
IAPI juga mengimbau kepada penanggung jawab laporan keuangan, dewan komisaris, pemegang
saham, auditor, regulator dan pihak-pihak terkait untuk mencegah agar rekayasa akuntansi dalam
laporan keuangan tidak terjadi. Selain itu, IAPI juga mengimbau pengguna laporan mencermati setiap
halaman laporan secara komprehensif.
Dalam kesempatan sama, pengamat ekonomi dan pajak, Yustinus Prastowo, mengatakan akuntan
publik sebagai auditor tidak bertanggung jawab terhadap fraud yang dilakukan direksi perusahaan
Jiwasraya. Menurutnya, auditor hanya bertugas memberi pendapat pada laporan keuangan yang
disusun perusahaan tersebut. Sehubungan kasus Jiwasraya, Yustinus menyatakan akuntan publik sudah
bertindak tepat dengan memberikan “opini dengan modifikasian” pada laporan keuangan Jiwasaraya
2017.
“Auditor itu bukan pihak yang buat laporan keuangan, itu direksi yang bertanggung jawab. Seolah-olah
ini perbuatan akuntan publik dan pihak-pihak yang harusnya bertanggung jawab cuci tangan atau lepas
tanggung jawab. Seolah-olah laporan keuangan kalau sudah audit itu tanggung jawab akuntan
sehingga itu jadi tiket bahwa akuntan bisa salah atau melakukan fraud,” jelas Yustinus.
Menurutnya, fraud yang terjadi pada Jiwasraya bisa saja tidak terdeteksi auditor karena tidak memiliki
relevansi pemeriksaan. Namun, apabila fraud itu sebenarnya terjadi, Yustinus mengatakan akuntan
publik mengalami dilema antara menjaga kerahasiaan klien dengan fraud disclusure. “Ada dilema
akuntan publik, mungkin menemukan fraud tapi akuntan publik bekerja dengan kontrak ada rahasia
klien yang harus dijaga juga,” jelas Yustinus.
PERMASALAHAN KASUS
1. adanya kegagalan alam membayar polis nasabah yang mengarah pada korupsi PT. JIWASRAYA yang
dinilai banyak melibatkan akuntan public.
2. Ditemukannya kekurangan pencadangan uang sebesar 7,7 trilliun. Karena adanya kekurangan
tersebut, laporan keuangan PT. JIWASRAYA pada tahun itu mendapat opini engan mofikasian alias
tidak wajar (adverse opinion)
3. Bahwa para AP telah melakukan audit laporan keuangan untuk tahun buku 2016 dan 2017, serta
2015. Laporan Auditor Independen (LAI) telah diterbitkan oleh para AP tersebut untuk tahun-tahun
tersebut sesuai dengan bukti-bukti audit yang diperoleh.
4. Laporan Keuangan dan LAI tahun buku 2016 dan beberapa tahun sebelumnya telah dipublikasikan
dalam website perusahaan tersebut dalam format annual report lengkap yang dapat didownload
publik.
5. Untuk tahun 2017 AP hanya menerbitkan LAI satu kali, tidak ada penerbitan kembali laporan audit.
Berdasarkan penelusuran di website perusahaan tersebut, laporan keuangan lengkap dalam format
annual report untuk tahun 2017 tidak dipublikasikan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
6. pada tahun 2018, PT. JIWASRAYA akhirnya membukukan kerugian unaudited sebesar 15,3 trilliun.
Sehingga, pada September tahun 2019 kerugian menurun menjai Rp. 13,7 trilliun. Kemudian di
November 2019 PT. JIWSRAYA mengalami negative equity sebesar Rp 27,2 trilliun
7. Bahwa perusahaan juga memiliki kewajiban penyampaian laporan berkala kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sebagai media untuk pengawasan
ETIKA DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK
1. Etika Bisnis Akuntan Publik

Di Indonesia penegakan kode etik dilaksanakan oleh sekurang-kurangnya enam unit


organisasi, yaitu Kantor Akuntan Publik, Unit Peer Review Kompartemen Akuntan
Publik IAI, Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik IAI, Dewan
Pertimbangan Profesi IAI, Departemen Keuangan RI, dan BPKP. Selain keenam unit
organisasi tadi, pengawasan terhadap kode etik diharapkan dapat dilakukan sendiri
oleh para anggota dan pimpian KAP. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya
disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus
diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya
Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf
profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja
pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah
yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya
kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan
dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat.
Ada lima aturan etika yang telah Permasalahan-permasalahan yang dihadapi
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan oleh Akuntan, sebagai berikut:
Berkaitan dengan earning management
Indonesia-Kompartemen
Pemerikasaan dan penyajian terhadap
Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima
masalah akuntansi
aturan etika itu adalah : Berkaitan dengan kasus-kasus yang
 Independensi, integritas, dan dilakukan oleh akuntan pajak untuk
obyektivitas menyusun laporan keuangan agar pajak
 Standar umum dan prinsip tidak menyimpang dari aturan yang ada.
Independensi dari perusahaan dan masa
akuntansi depan independensi KAP. Jalan pintas
 Tanggung jawab kepada klien untuk menghasilkan uang dan tujuan
 Tanggung jawab kepada praktek selain untuk mendapatkan laba.
Masalah kecukupan dari prinsip-prinsip
rekan seprofesi diterima umum dan asumsi-asumsi yang
 Tanggung jawab dan praktik tersendiri dari prinsip-prinsip yang mereka
lain gunakan akan menimbulkan dampak etika
bila akuntan tersebut memberikan
gambaran yang benar dan akurat
Dalam kasus PT Jiwasraya, akuntan publik
mengalami permasalahan karena mengaudit laporan
keuangan yang sudah direkayasa, auditor sudah
memberikan opini tidak wajar tetapi auditor tidak
bisa berbuat apapun karena kewenangan ada
diperusahaan. Auditor hanya memeriksan dan
menyajikan hasil audit terhadap laporan keuangan
tersebut.
2. Tanggungjawab sosial Akuntan Publik

Gagasan bisnis kontemporer sebagai institusi sosial muncul dikembangkan berdasarkan


persepsi yang menyatakan bahwa bisnis bertujuan untuk memperoleh laba. Persepsi ini
diartikulasi secara jelas oleh Milton Friedman yang memaparkan bahwa tanggung jawab
bisnis yang utama adalah menggunakan sumber daya dan mendesain tindakan untuk
meningkatkan laba sepanjang tetap mengikuti atau mematuhi aturan permainan. Hal ini
dapat dikatakan bahwa bisnis tidak seharusnya diwarnai oleh penipuan dan kecurangan.
Pada struktur utilitarian, melakukan aktivitas untuk memenuhi kepentingan sendiri
diperbolehkan. Untuk memenuhi kepentingan sendiri, setiap orang memiliki cara yang
berbeda-beda dan terkadang saling berbenturan satu dengan yang lainnya. Menurut
Smith mengejar kepentingan pribadi diperbolehkan sepanjang tidak melanggar hukum
dan keadilan atau kebenaran. Bisnis harus diciptakan dan diorganisasikan dengan cara
yang bermanfaat bagi masyarakat

Pada kasus ini PT. Asuransi Jiwasraya yang laporan keuangannya di audit oleh Institut
Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) tahun 2017 membukukan laba sebesar Rp 360,3 Miliar,
setelah diaudit dan tidak sesuai dengan temuan BPK mengurangi kekurangan cadangan
Rp 7,7 triliun. Akhirnya, mendapat opin dengan modifikasi alias tidak wajar (adverse
opinion).
3. Akuntan Publik Sebagai Entitas Bisnis

Sebagai entitas bisnis layaknya entitas – entitas bisnis lain, Kantor Akuntan Publik juga
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk ”uang”
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya, pada Kantor
Akuntansi Publik bentuk tanggung jawab sosial suatu lembaga bukanlah pemberian
sumbangan atau pemberian layanan gratis. Tapi meliputi ciri utama dari profesi akuntan
publik terutama sikap altruisme, yaitu mengutamakan kepentingan publik dan juga
memperhatikan sesama akuntan publik dibanding mengejar laba. Dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran
tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif
semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi akuntan
publik.

Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya, peran akuntan publik hanya sebagai pemberian opini
saat laporan keuangan di audit, tetapi tidak berhak untuk mengambil kebijakan.
4. Krisis Profesi Akutansi

Profesi akuntansi yang krisis bahayanya adalah apabila tiap-tiap auditor atau attestor
bertindak di jalan yang salah, opini dan audit akan bersifat tidak berharga. Suatu penggunaan
untuk akuntan akan mengenakkan pajak preparers dan wartawan keuangan tetapi fungsi
audit yang menjadi jantungnya akuntansi akan memotong keluar dari praktek untuk
menyumbangkan hamper sia-sia penyalahgunaannya. Perusahaan melakukan pengawasan
terhadap auditor-auditor yang sedang bekerja untuk melaksanakan pengawasan intern,
keuangan, administratif, penjualan, pengolahan data dan fungsi pemasaran diantara orang
banyak. Akuntan publik merupakan suatu wadah yang dapat menilai apakah laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi ataupun audit. Perbedaan akuntan
publik dengan perusahaan jasa lainnya yaitu jasa yang diberikan oleh KAP akan digunakan
sebagai alat untuk membuat keputusan. Kewajiban dari KAP yaitu jasa yang diberikan dipakai
untuk make decision atau memiliki tanggung jawab sosial atas kegiatan usahanya. Bagi
akuntan berperilaku etis akan berpengaruh terhadap citra KAP dan membangun kepercayaan
masyarakat serta akan memperlakukan klien dengan baik dan jujur, maka tidak hanya
meningkatkan pendapatannya tetapi juga memberi pengaruh positif bagi karyawan KAP.
Perilaku etis ini akan memberi manfaat yang lebih bagi manager KAP dibanding bagi karyawan
KAP yang lain. Kesenjangan yang terjadi adalah selain melakukan audit juga melakukan
konsultan, membuat laporan keuangan, menyiapkan laporan pajak. Oleh karena itu terdapat
kesenjangan diatara profesi akuntansi dan keharusan profesi akuntansinya.
Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya dinilai melibatkan banyak pihak termasuk akuntan
publik. Auditor dianggap tidak mampu atau mengungkap kondisi sebenarnya pada
Jiwasraya. Terlebih lagi, laporan keuangan teraudit yang dipublikasikan Jiwasraya ternyata
telah dimanipulasi atau window dressing sehingga perusahaan terlihat sehat.
 
5. Regulasi Dalam Penegakan Etika Kantor Akuntan Public

Regulasi bertujuan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terkait dengan


penegakkan etika terhadap kantor akuntan publik. Hal ini dilakukan sejalan
dengan regulasi yang dilakukan oleh asosiasi profesi terhadap anggotanya. IAI
menetapkan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik tersebut dibuat untuk
menentukan standar perilaku bagi para akuntan, terutama akuntan publik. Regulasi tsb
tidak berjalan dikasus ini karena adanya rekayasa yg terjadi & beberapa kasis lainnya juga
terjadi.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
1. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi pada etika bisnis adalah kemampuan dan sikap seseorang saat
mengambil tindakan dan keputusan yang berdasarkan kesadarannya sendiri
mengenai apa yang dianggapnya baik yang bisa dilakukan. Jika orang sadar dalam
melakukan kewajibannya dalam berbisnis maka dikatan orang tersebut sudah
memiliki prinsip otonomi dalam beretika bisnis.

Dalam kasus PT Jiwasraya, auditor sudah melakukan tindakan yang tepat dengan
memberikan opini tidak wajar dalam hasil audit atas laporan keuangan tetapi
perusahaan tersebut yang mempunyai kewenangan lebih lanjut atas pelaporan
tersebut.
2. Prinsip Kejujuran

Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling mendasar dalam
mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil jika
dikelola dengan prinsip kejujuran. Baik terhadap karyawan, konsumen, para
pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan bisnis ini. Prinsip
yang paling hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan kejujuran ini terutama
dalam pemakai kejujuran terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran
terhadap diri sendiri ini mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola
perusahaan maka pasti akan terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan
prinsip kejujuran terhadap semua pihak terkait.

Dalam kasus PT. JIWASRAYA ini melanggar prinsip kejujuran. Karena, ditemukan
kecurangan yaitu kekurangan pencadangan uang sebesar 7,7 trilliun. Karena
adanya kekurangan tersebut, laporan keuangan PT. JIWASRAYA pada tahun itu
mendapat opini engan mofikasian alias tidak wajar (adverse opinion) padahal
pada tahun 2017 tercatat pada pembukuan laba sebesar 360,3 milliar.
3. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk selalu berlaku adil kepada semua pihak
tanpa membeda-bedakan, baik itu terkait masalah ekonomi, hukum, sosial, ataupun
masalah lainnya. Singkatnya, prinsip keadilan menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang
rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

Pada kasus ini PT Asuransi Jiwasraya TBK melanggar prinsip keadilan karena
mengalami gagal bayar polis asuransi karena adanya kecurangan. Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) pun telah dua kali melakukan pemeriksaan.

4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Prrinciple)

Prinsip saling menguntungkan berarti bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan


memberikan manfaat bagi semua pihak. Didalam artikel tertulis bahwa PT Jiwasraya
Tbk mengalami kerugian sehingga prinsip saling menguntungkan pun tidak terjadi
dikasus ini, bahkan perusahaan tersebuh hanya mendapatkan rugi yg cukup besar
5. Prinsip Integritas Moral

Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam
segala keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh
kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya. Pada
kasus PT Asuransi Jiwasraya, akuntan publik sudah pasti mendorong perusahan
untuk mengkoreksi laporan keuangannya, namun kewenangan lebih lanjut
berada ditangan direksi perusahaan, sebab akuntan publik tidak bisa
mempublikasikan hasil audit sebuah perusahaan.
Bertens (2013) merupakan tiga ukuranmoralitas dalam bisnis yang apat
digunakan untuk mengukur sudut pandang moral dan prinsip integritas
moral, yaitu :

Pada kasus ini PT Asuransi Jiwasraya TBK


1. Hati Nurani adanya kekurangan pencadangan, laporan
keuangan Jiwasraya pada tahun 2017 yang
Hati nurani merupakan norma moral telah di audit oleh akuntan publik dan
yang penting, tetapi sifatnya ditemukan kekurangan pencadangan
subyektif, sehingga tidak terbuka sebesar 7,7 triliun tetapi di kasus ini PT
untuk orang lain. Pertanyaan apakah Asuransi Jiwasraya Tbk tidak
hati nurani mengizinkan atau tidak, menggunakan hati nurani karena tidak
hanya bisa dijawab oleh orang merinci lebih lanjut opini tersebut usai
bersangkutan. diaudit oleh akuntan dan juga laporan
lengkap tahun 2017 tidak dipublikssi
secara lengkap sehingga tidak transparan.
2. Kaidah Emas

Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah mengukurnya
dengan Kaidah Emas (positif), yang berbunyi : "Hendaklah memperlakukan orang lain
sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan" mengapa? Karena tentunya siapapun
menginginkan dirinya diperlakukan dengan baik. Namun orang tersebut akan
berperilaku dengan baik (dari sudut pandang moral). Rumusan Kaidah Emas secara
negatif : "Jangan perlakukan orang lain, apa yang Anda sendiri tidak ingin akan
dilakukan terhadap diri Anda". Dari kaidah ini terjadi bahwa seseorang tidak konsisten
dalam tingkah laku, bila dia melakukan sesuatu terhadap orang lain, dia tidak mau
akan sesuatu yang buruk dilakukan terhadap dirinya. Namun, dia berperilaku dengan
cara yang tidak baik (dari sudut pandang moral).

Dalam kasus PT. JIWASRAYA jauh dari kata kaidah emas. Sebab karena kesalahan
dalam pencatatan kekurangan pencadangan uang dalam perussahaan ini banyak
pihak-pihak lain yang terseret seperti akuntan public. Sedangkan, kesalahan ini
muncul karena direksi-ireksi yang ada pada perusahaan tersebut.
3. Penilaian Umum

Cara ketiga dan barangkali paling ampuh untuk menentukan baik buruknya suatu
perbuatan atau perilaku adalah menyerahkan kepada masyarakat umum untuk
menilai. Cara ini bisa disebut juga audit sosial. Sebagaimana melalui audit dalam arti
biasa sehat tidaknya keadaan finansial suatu perusahaan dipastikan, demikian juga
kualitas etis suatu perbuatan ditentukan oleh penilaian masyarakat umum.

Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tengah


menyelidik kasus korupsi yang menyebabkan negara mengalami kerugian lebih dari
Rp 13,7 triliun. Sehubungan dengan penyelidikan BPK telah melakukan pencekalan
mulai dari mantan Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direksi Pemasaran hingga
pelaku pasar modal. General Manager Keuangan dan Produksi, dan Kepala Divisi
Investasi.
Lima Prinsip Dasar Etika Untuk Akuntan adalah :

1. Integritas : Bersikap Lugas dan Jujur Dalam Semua Hubungan


Profesional dan Bisnis.

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

Dalam kasus PT. JIWASRAYA direksi-direksi di dalam perusahaan ini yang mengurus
pencatatan uang atau pencadangan uang perusahaan tidak bertanggung jawab. Karena,
telah melakukan pemalsuan dalam pencatatan yang menyebakan kekurangan nominal
serta kerugian yang sangat besar hingga mencapain 7,7 trilliun yang membuat terlibatnya
banyak orang yang tidak bersalah dalam kasus ini.
2. Objektivitas : tidak mengompromikan pertimnbangan professional
atau bisnis karena adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh
yang tidak semestinya dari pihak lain.

Mewajibkan seluruh anggota bersikap adil, jujur secara intelektual, tidak memihak,
tidak berprasangka atau bias, bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh yang
tidak sepantasnya dari phak lain.
Setiap anggota diharuskan menunjukkan objektivitasnya dalam berbagai situasi dalam
menjalankan kewajibannya dan menghidari yang dapat mengurangi pertimbangan
professional atau bisnisnya.
Akuntan professional mungkin dihadapkan pada situasi yang bisa saja mengganggu
objektivitasnya, namun semua anggota tidak akan memberikan layanan professional
jika suatu keadaan atau hubungan menyebabkan terjadi bias atau dapat memberi
pengaruh yang berlebihan pada pertimbangan profesionalnya.

Pada kasus PT Asuransi Jiwasraya, akuntan publik harus bekerja secara profesional
dan tidak memihak kepada siapapun, jujur dan apa adanya
3. Kompetensi dan kehati-hatian Dalam kasus ini, PT Jiwasraya auditor
profesional-untuk : sudah berusaha memenuhi standar
profesional dan standar teknis
 Mencapai dan mempertahankan
dengan memberika opini tidak wajar
pengetahuan dan keahlian
didalam laporan keuangan tetapi
profesional pada level yang
perusahaan tersebut yang tidak
disyaratkan untuk memastikan profesional dengan tidak transparan
bahwa klien atau organisasi akan laporan keuangannya tersebut.
tempatnya bekerja memperoleh
jasa profesional yang kompeten,
berdasarkan standar profesional
dan standar teknis terkini serta
ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
 Bertindak sungguh-sungguh dan
sesuai dengan standar
profesional dan standar teknis
yang berlaku
4. Kerahasiaan : menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubungan professional dan bisnis

Dipoint ini tadinya memang sudah terjadi kerahasiaan teesebut maka kecurangan yg
menyebabkan kerugian besar itupun terjadi. namun karena kecurigaan adanya kecurangan itu
akhirnya pihak-pihak penting di perushaan tersebut cari tau sehingga terjadinya kecurangan
tersebut bisa tercium.

5. Perilaku professional : mematuhi peraturan perundang-undangan yang


berlaku dan menghindari perilaku apapun yang iketahui oleh akuntan
mungkin akan mendiskreditkan profesi akuntan

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. Dalam upaya memasarkan dan mempromosikan diri
dan pekerjaan, akuntan profesional sangat tidak dianjurkan mencemarkan nama baik profesi.
Akuntan wajib mempunyai sikap jujur dan dapat dipercaya.
 
Pada kasus ini PT Asuransi Jiwasraya Tbk tidak menerapkan perilaku profesional karena tidak
terbuka dalam laporan keuangan nya sehingga mendapat opini dengan modifikasian alias tidak
wajar (adverse opinion).
Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus PT. JIWASRAYA adalah adanya kecurangan
dalam pembukung pencadangan uang perusahaan yang
menyebabkan kurangnya nominal angka laba perusahaan yang
mencapai kerugian hingga 7,7 trilliun yang menyebabkan
banyaknya keterlibatan akuntan public dan auditor dikasus ini.
Dari tahun 2017-2019 PT. JIWASRAYA terus mengalami kerugian
dan juga mengalami negative equity hingga 27,2 trilliun pada
bulan November tahun lalu. Akibatnya terjadinya pengawasan
oleh OJK dalam sector keuangan perusahaan ini agar tidak
muncul lagi kasus lain dan kerugian yang lebih besar lagi.
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai