Anda di halaman 1dari 17

INSTITUT SAINS TEKNOLOGI TD PARDEDE

FAK. TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

KRITIK
arsitektur Disampaikan Oleh :
Tauhid Ichyar
Latar Belakang
❑ Definisidari Kritik adalah penganalisaan
dan pengevaluasian sesuatu yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman,
memperluas apresiasi, serta membantu
memperbaiki pekerjaan. 

❑  Kritik secara etimologis berasal dari bahasa


Yunani κριτικός, kritikós – “yang
membedakan”, kata ini sendiri diturunkan
dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités,
artinya “orang yang memberikan pendapat
beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan
nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”.
Istilah ini biasa dipergunakan untuk
menggambarkan seorang pengikut posisi
yang berselisih dengan atau menentang
objek kritikan.
❑ Kritik arsitektur merupakan tanggapan
dari hasil sebuah pengamatan terhadap
suatu karya arsitektur.

❑ Disitu orang merekam dengan berbagai


indra kelimanya kemudian mengamati,
memahami dengan penuh kesadaran
dan menyimpannya dalam memori.

❑ Dan ditindaklanjuti dengan ucapan


dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan
penggambaran dari benda yang
diamatinya.
Didalam Arsitektur terdapat 6
macam kritik Arsitektur,
yaitu ;  
1. Kritik Normatif
2. Kritik Interpretif
3. Kritik Impresionis
4. Kritik Deskriptif
5. Kritik Terukur
6. Kritik Typical
❑ Kritik Normatif (Normative Criticism)
❑ Hakikatnya kritik ini adanya keyakinan bahwa di
lingkungan dunia manapun bangunan dan wilayah
perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola,
sandaran sebagai sebuah prinsip.

❑ Kritik Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu :

❑ Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang


bersifat general, pernyataan yang tak terukur.
❑ Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan
dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan
dengan baik secara kuantitatif.
❑ Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang
didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk
satu katagori bangunan yang spesifik.
❑ Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma
penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan
untuk satu tujuan.
2. Kritik Interpretif
 

(Interpretive Criticism)
Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai
pengamat yang professional.

Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat


mempengaruhi pandangan orang lain agar
sejalan dengan pandangan kritikus tersebut.

Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu


yang baru atau memandang sesuatu bangunan
dari sudut pandang lain
Ada 2 teknik dalam menggunakan kritik
ini, yaitu :
❑ Advocatory. Kritik dalam bentuk penghakiman
dan mencoba mengarahkan pada suatu topik
yang dipandang perlu. Namun bertentangan
dalam hal itu kritikus juga membantu melihat
manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek
sehingga dapat membalikkan dari objek
bangunan yang sangat menjemukan menjadi
bangunan yang mempersona.

❑ Evocative. Menggugah pemahaman intelektual


atas makna yang dikandung pada suatu
bangunan. Sehingga kritik ini tidak
mengungkap suatu objek itu benar atau salah
melainkan pengungkapan pengalaman
perasaan akan ruang. Metode ini bisa
disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan)
dan fotografis (gambar).
3. Kritik Impresionis
(Imppressionis Criticism)
Kritik ini menggunakan karya seni
atau bangunan sebagai dasar bagi
pembentukan karya seninya.

Kritik impresionis dapat berbentuk :


 
❑ Verbal discourse (narasi verbal
puisi atau prosa).
❑ Caligramme (paduan kata)
❑ Painting (lukisan)
❑ Photo image (imagi foto)
❑ Modification of building
(Modifikasi bangun.
❑ Cartoon (menampilakan gambar
bangunan dengan cara yang lebih
menyenangkan).
4. Kritik Deskriptif (Descriptive Criticism)
❑ Dibanding kritik lain, kritik ini lebih terlihat
lebih nyata (actual). Kritik ini mencatat fakta-
fakta pengalaman seseorang terhadap kota.

❑ Melihat sesuatu bangunan sebagaimana


adanya tanpa me-judge atau me-interprete.

❑ Yang masuk metode pada kritik ini adalah :

1. Depictive (gambaran bangunan)


2. Grafis (static).
3. Verbal (dynamic).
4. Prosedur (Process)
5. Biographical (riwayat hidup)
6. Contextual (Peristiwa)
⦿5. Kritik Terukur
 

❑Menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil


berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa
bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu.
❑Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang
lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari
ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan
kendali rancangan arsitektural.
 
❑Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara
matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang
objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi
arsitektur.
❑Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada
metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain
yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
❑Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi
norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
Standardisasi pengukuran dalam desain
bangunan dapat berupa :
1. Ukuran batasn minimum
atau maksimum
2. Ukuran batas rata-rata
(avarage)
3. Kondisi-kondisi yang
dikehendaki

 
Contoh :
Bagaimana Pemerintah daerah melalui
Peraturan Tata Bangunan menjelaskan
beberapa sandard normatif :

Batas
❑ maksimal ketinggian bangunan
Batas sempadan bangunan dan luas

terbangun
Batas ketinggian pagar yang diizinkan.

Standardisasi : Pencegahan kebakaran,



batas maksmal toleransi
reflektorcurtainwall logam atau kaca,
penangkal petir, penggunaan air bersih
dsb. ❑ Adakalanya standar dalam pengukuran tidak digunakan
secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum
 
cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma.
6. KRITIK TIPICAL
❑ Kritik tipikal (Typical
Criticism) adalah sebuah
metode kritik yang termasuk
pada Kritik Normatif
(Normative Criticism).

❑ Kritik tipikal yaitu metode


kritik dengan membandingkan
obyek yang dianalisis dengan
bangunan sejenis lainnya,
dalam hal ini bangunan publik.
Adapun elemen dalam kritik tipical, antara lain:

❑ Structural (Struktur). Tipe ini


didasarkan atas penilaian terhadap
lingkungan berkait dengan penggunaan
material dan pola yang sama:
❑ Jenis bahan
❑ Sistem struktur
❑ Sistem Utilitas dan sebagainya.
Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan
lingkungan yang didesain untuk
aktifitas yang sama.

Misalnya sekolah akan dievaluasi


dengan keberadaan sekolah lain yang
sama:
a. Kebutuhan pada ruang kelas
b. Kebutuhan auditorium
c. Kebutuhan ruang terbuka dsb.
FORM ( BENTUK )
❑ Diasumsikan bahwa ada tipe
bentuk-bentuk yang eksestensial
dan memungkinkan untuk dapat
dianggap memadai bagi fungsi
yang sama pada bangunan lain.
❑ Penilaian secara kritis dapat
difocuskan pada cara bagaimana
bentuk itu dimodifikasi dan
dikembangkan variasinya.
❑ Sebagai contoh bagaimana
Pantheon telah memberi inspirasi
bagi bentuk-bentuk bangunan
yang monumental pada masa
berikutnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai