Disusun Oleh:
ZULFAJAR (60100121093)
Kelas 4/B
THN 2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… i
C. Tujuan ……………………………………………………… 2
2. Metode Grafis.……………………………………3
6. Metode Peristiwa…………………………5
C. C. Kritik Fungsionalisme………………………………………………………. 6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gedung Fakultas Sains dan Teknologi merupakan salah satu fasilitas
Pendidikan yang berkawasan di Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki
pekerjaan.
Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur
memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain
(seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya,
menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus
banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film,
teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.
C. Tujuan
Tujuan mengamati bangunan tersebut adalah untuk mengetahui kerusakan
apa saja yang terjadi pada bangunan, kenyamanan pengguna bangunan pada
setiap ruang serta penerapan konsep atau gaya pada bangunan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kritik Impresionistik
Kritik Impresionsitik merupakan kritik yang menggambarkan kata-kata
sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam karya sastra, dan
mengekspresikan tanggapan-tanggapan (impresi) kritikus yang ditimbulkan
secara langsung oleh karya sastra tersebut.
B. Kritik Deskriptif
Kritik Deskriptif merupakan salah satu jenis kritik yang bersifat tidak
menilai, tidak menafsirkan, atau semata-mata membantu orang melihat apa
yang sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang
menyangkut sesuatu lingkungan tertentu. Dibanding metode kritik lain
kritik deskriptif tampak lebih nyata.
Metode dalam kritik deskriptif :
1. Gambaran Bangunan (Depictive Criticism) Metode ini cenderung tidak
dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena ia tidak didasarkan pada
pernyataan baik atau buruk sebuah bangunan. Sebagaimana tradisi
dalam kritik kesenian yang lain, metode ini menyatakan apa yang
sesungguhnya ada dan terjadi disana. Masyarakat cenderung
memandang dunia sesuai dengan keterbatasan pengalaman masa
lalunya, maka melalui perhatian yang jeli terhadap aspek tertentu
bangunan dan menceritakan kepada kita apa yang telah dilihat, kritik
depiktif telah menjadi satu metode penting untuk membangkitkan satu
catatan pengalaman baru seseorang. Kritik depiktif tidak butuh
pernyataan betul atau salah karena penilaian dapat menjadi bias akibat
pengalaman seseorang di masa lalunya. Kritik depiktif lebih
mengesankan sebagai seorang editor atau reporter, yang menghindari
penyempitan atau perluasan perhatian terhadap satu aspek bangunan
agar terhindar dari pengertian kritikus sebagai interpreter atau advocate.
2. Metode Grafis (Static)Pada metode grafis lebih memperhatikan pada
elemen-elemen, bentuk (for m), bahan (materials) dan permukaan
(texture). Penelusuran metode grafis seringkali digunakan oleh para
kritikus untuk memberi pandangan kepada pembaca agar memahami
apa yang telah dilihatnya sebelum menentukan penafsiran terhadap apa
yang dilihatnya kemudian. Penggunaan media grafis dalam metode ini
dapat dengan baik merekam dan mengalihkan informasi bangunan
secara non verbal tanpa kekhawatiran terhadap bias. Metode ini dapat
dilakukan melalui beberapa cara survey antara lain : fotografi, diagram,
pengukuran dan deskripsi verbal (kata-kata).
3. Metode Verbal (Dynamic)Tidak seperti metode grafis, metode verbal
mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa
bangunan di buat. Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui
Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan?
Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari
sebuah lingkungan fisik? Bagaimana bangunan dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian yang ada didalamnya dan disekitarnya?
4. Metode Prosedural (Process) Merupakan satu bentuk depictive criticism
yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-
sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu. Bila kritik yang lain dibentuk
melalui pengkarakteristikan informasi yang datang ketika bangunan itu
telah ada, maka kritik depiktif (aspek proses) lebih melihat pada
langkah-langkah keputusan dalam proses desain yang meliputi : Kapan
bangunan itu mulai direncanakan? Bagaimana perubahannya?
Bagaimana ia diperbaiki? dan Bagaimana proses pembentukannya?.
5. Metode Riwayat Hidup (Biographical Criticism) Kritik yang hanya
mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya
aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis
perkembangan sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan
perhatian kita terhadap intensitasnya pada karya-karyanya secara
spesifik.Sejak Renaisance telah ada sebagian perhatian pada kehidupan
pribadi sang artis atau arsitek dan perhatian yang terkait dengan
kejadian-kejadian dalam kehidupannya dalam memproduksi karya atau
bangunan.
6. Metode Peristiwa (Contextual Criticism) Untuk memberikan ketelitian
untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam informasi
dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, politikal, dan
ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. Kebanyakan kritikus
tidak mengetahui rahasia informasi mengenai faktor yang
mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat. Dalam
kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke informasi, mereka
tidak mampu untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum
terhadap mereka. Tetapi informasi yang tidak kontroversial tentang
konteks suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.
C. Kritik Fungsionalisme
Fungsionalisme, adalah arsitektur yang menerapkan pola dan konsep
keindahan yang timbul semata–mata oleh adanya fungsi dari
elemen-elemen bangunan. Bangunan terbentuk oleh bagian-bagiannya
apakah dinding, jendela, pintu, atap tersusun dalam komposisi dari unsur-
unsur yang semuanya mempunyai fungsi. pada arsitektur
fungsionalisme ,memiliki prinsip bahwa arsitek harus merancang bangunan
berdasarkan tujuan dari gedung itu. Pernyataan ini pada awalnya
membingungkan, dan kontroversi dalam profesi, terutama dalam
hal arsitektur modern. Kritik Fungsionalisme, pada arsitektur, dalam hal
ini adalah kritik apa saja atas sebuah bangunan dilihat dari segi
fungsionalitasnya.
BAB III
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif Gambaran
Bangunan (Depictive Criticism) Metode ini cenderung tidak dipandang
sebagai sebuah bentuk kritik karena ia tidak didasarkan pada pernyataan
baik atau buruk sebuah bangunan. Sebagaimana tradisi dalam kritik
kesenian yang lain, metode ini menyatakan apa yang sesungguhnya ada dan
terjadi disana.
Metode Verbal (Dynamic)Tidak seperti metode grafis, metode verbal
mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan
di buat. Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui Bagaimana manusia
bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan.
B. Lokasi
Lokasi penelitian berada di kampus Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Romangpolong, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan. Penelitian ini dilakukan pada 21 JUNI 2023 di Fakultas Sains dan
Teknologi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kritik Deskriptif
Gedung D merupakan salah satu dari empat gedung di Fakultas Sains dan
Teknologi di UIN Aluddin Makassar. Gedung merupakan gedung utama
pada Fakultas Sains dan Teknologi karena selain difungsikan sebagai tempat
pembelajaran, gedung ini juga menjadi pusat administrasi Fakultas Sains
dan Teknologi.
Dari segi bentuk, bangunan ini mengambil bentuk kotak sederhana dengan
void yang berada di tengah bangunan. Pemilihan warna pada bangunan ini
selaras dengan warna bangunan di sekelilingnya sehingga membuat gedung
ini tidak mencolok dari segi warna bangunan.
Dari segi fasilitas pada gedung D ini dinilai kurang memadai, hal ini datang
dari keluhan berbagai kalangan pengguna bangunan.
B. Kritik Impersonalistik
Gedung D Fakultas Saintek merupakan sebuah gedung dengan desain
arsitekturnya yang terlihat sederhana dan berbentuk persegi seperti
bangunan pada umumnya yang berada di sekitarnya. Menurut pandangan
kami, yang membedakan gedung ini dari bangunan fakultas lainnya karena
hanya gedung D fakultas saintek yang berbentuk persegi dengan adanya
sebuah taman ditengah-tengah gedung tersebut.
C. Kritik Fungsionalme
Dari segi fungsional-nya, menurut kami ada beberapa bagian pada
bangunan yang sudah tidak sesuai dengan peruntukannya. Beberapa bagian
dari bangunan yang kurang sesuai dengan fungsinya antara lain sebagai
berikut:
- Lobby yang diubah menjadi mushallah;
- Pintu bagian kiri dan belakang bangunan yang ditutup/tidak difungsikan;
- Area taman tengah yang menjadi ruang mati;
- Penghawaan alami yang kurang baik;
1. Fungsional Mushallah
Dari segi fungsional, mushallah pada gedung D dinilai kurang baik. Hal ini
karena pengadaan mushallah ini terkesan dadakan dan tidak sesuai dengan
fungsional pada desain awalnya.Hal ini kemudian berpengaruh pada
kenyamanan ruang seperti penghawaan yang kurang baik. Selain itu
orientasi ruang tersebut tidak mengarah langsung kepada kiblat, sehingga
karpet mushallah yang kemudian di miringkan mengarah ke
kiblat.Kebisingan pada ruang tersebut juga menjadi masalah yang
mengganggu ke-khusyu-an saat shalat.
2. Beberapa pintu pada bangunan yang ditutup
Sirkulasi pada bangunan juga dinilai kurang baik dikarenakan beberpa akses
pintu yang ditutup. Hal ini menjadi keluhan beberapa mahasiswa yang harus
mengambil jalan memutar karena akses pintu yang ditutup.
A. KESIMPULAN
Gedung Fakultas Sains dan Teknologi merupakan salah satu fasilitas
Pendidikan yang berkawasan di Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/9214/6/BAB%20III.pdf
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kritik/
https://www.bola.com/ragam/read/4718556/pengertian-kritik-ciri-ciri-
struktur-kaidah-jenis-cara-penulisan-dan-contohnya
http://pratiwinurrahmaddi.blogspot.com/2019/02/kritik-arsitektur-bab-
i.html
DOKUMENTASI
- FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI -