Anda di halaman 1dari 26

Kritik

Arsitektur
D OS EN :
M E L AT I R A H M I A Z I Z A , S .T. , M .T. ; D E W I FA D I L A S A R I ,
S . T. , M . T. ; H E N D R A F R I S K Y, S .T. , M . A R C H .
Mata kuliah ini membahas
pengertian, tujuan, jenis-jenis
metoda, retorika dalam kritik
arsitektur, serta struktur karya
kritik arsitektur

DESKRIPSI SINGKAT MK
CPMK
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, tujuan, jenis-jenis metoda,
CPMK1 retorika dalam kritik arsitektur, serta struktur karya kritik arsitektur (P1,
KU1)
Mahasiswa mampu mengolah dan menelaah secara kritis informasi/data
yang berkaitan dengan obyek desain bangunan dan lingkungan binaan,
CPMK2 baik yg sudah dibangun maupun masih dalam bentuk dokumen, yang
dihuni/digunakan dan dikunjungi, secara bertanggung-jawab (S6, P1,
KU1)
Mahasiswa mampu menggunakan persepsi, perasaan dan akalnya untuk
CPMK3 mengevaluasi kualitas desain bangunan dan lingkungan binaan pada
umumnya, secara bertanggung-jawab (S6, P1, KU1, KK5)
TATA TERTIB MAHASISWA
1. Sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Buku Panduan Akademik
2. Mahasiswa mengikuti perkuliahan dalam keadaan rapih di meja kerja (tidak boleh dibarengi dengan
aktifitas lain) dan WAJIB berpakaian rapi!
3. Resume perkuliahanan dan/atau tugas individu (mengikuti instruksi selanjutnya oleh dosen) akan
menjadi tolak ukur mahasiswa hadir di perkuliahan, untuk memastikan bahwa mahasiswa benar-
benar mengikuti perkuliahan. Bagi yang tidak mengumpulkan, maka dianggap tidak hadir
perkuliahan.
4. Selama mengikuti kuliah DILARANG:
a. Menghidupkan mic jika tidak diminta oleh dosen pengampu, dan dilarang mematikan kamera
kecuali atas izin dosen pengampu.
b. Makan atau merokok saat pemaparan materi.
TATA TERTIB MAHASISWA
5. Mahasiswa wajib hadir kuliah minimal 80% atau 12 kali dalam satu semester yang dibuktikan dengan
pengumpulan resume/tugas individu. Kehadiran kurang dari 80% tidak akan diijinkan untuk mengikuti
UAS.
6. Absen lebih dari 3 kali akan bebas dari sanksi apabila:
a. Mahasiswa sakit/kecelakaan dengan tanda bukti resmi dari sebuah rumah sakit atau klinik—tidak
cukup dengan surat keterangan dari dokter praktek
b. Ayah, ibu, nenek, kakek, dan saudara kandung meninggal dan disertai surat pernyataan tertulis dari
orang tua/wali. Jika perihal tersebut menimpa anggota keluarga selain yang telah disebutkan, maka
ijin tidak disetujui
c. Mahasiswa mendapat tugas dari kampus dengan bukti surat keterangan dari kampus yang dibuat
minimal satu hari sebelum absen
d. Terjadi bencana nasional pada hari mahasiswa absen
KRITERIA PENILAIAN
Tugas 1 (Individu) 10%
Tugas 2 (Individu) 10%
Tugas 3 (Individu) 10%
UTS 30%
UAS (dalam bentuk Tugas Besar)* 30%
Keaktifan** 10%

* Mahasiswa yang berani memasukkan tugas besarnya ke jurnal nasional maupun internasional, baik yang
terakreditasi SINTA maupun tidak, maka otomatis akan memperoleh nilai 100 (disertai dengan bukti
pemasukkan jurnal)

**Keaktifan dinilai berdasarkan pertimbangan ketepatan waktu pengumpulan resume dan tugas, hasil
quiz/keaktifan dalam diskusi
KRITERIA PENILAIAN
Pada tugas besar (UAS) akan diadakan penilaian teman sejawat.
Sehingga, jika diketahui ada mahasiswa yang tidak berkontribusi
pada pengerjaan tugasnya, maka mahasiswa tersebut akan
memperoleh nilai 0 pada nilai UAS
Pelanggaran yang mengandung plagiarisme akan langsung tidak
diluluskan/ mendapat nilai akhir E
Materi Perkuliahan
Minggu 1 – Pendahuluan, Rona Kritik Minggu 9 – Kritik Normatif
Minggu 2 – Kritik Interpretatif Minggu 10 – Proses Membangun Kritik
Minggu 3 – Retorika Kritik Normatif

Minggu 4 – Debat Kasus Minggu 11 – Contoh Artikel dan Jurnal Kritik


Minggu 5 – Kritik Deskriptif Minggu 12 – Debat Kasus
Minggu 6 – Proses Membangun Kritik Deskriptif Minggu 13 – Penyusunan Jurnal
Minggu 7 – Peranan Para Kritikus dalam Minggu 14 – Penyusunan Jurnal
Arsitektur
Minggu 8 – UTS
Minggu 15 – Penyusunan Jurnal

Minggu 16 - UAS
Biasanya pembelajaran teori/sejarah arsitektur dilihat sebagai terpisah dari praktek
perancangan, atau pembelajaran desain dilepaskan dari konteks teori/sejarah. Peranan
kritik arsitektur dapat menjembatani / menjelaskan keterkaitan antara teori / sejarah
dengan desain arsitektur.

Jika kritik dilihat sebagai dialog, sebagai hipotesa, dan sebagai bagian dari proses
pengujian desain, maka kritik dapat memainkan peran penting dalam membantu
mencari dan mengembangkan solusi desain bangunan dan lingkungan binaan yang
lebih baik.
Mengandung kritik atau tidak?
Mengandung
kritik atau
tidak?
Pembelajaran kritik arsitektur melatih calon
perancang yang reflektif. Seorang perancang selain
trampil merancang & berpengetahuan luas tentang
desain juga mampu berpikir kritis dalam
pengambilan keputusan desain, yaitu dengan tidak
mudah percaya begitu saja terhadap fenomena
yang dilihat, didengar, dibaca; selalu
mempertanyakan, menyangkal, dan mencari
asumsi-asumsi, motif-motif dan ideologi-ideologi
tersembunyi
Proses kritik terjadi saat mengevaluasi
evaluasi preseden, karya sendiri, kritik
karya teman/sejawat, kritik dari dosen ke
mahasiswa, dari oleh penguji, juri
sayembara, pegawai dinas tata bangunan,
dan ada kritik oleh awam
Arsiteknya dituntut

Media yang mengkritik bangunan dituntut


Pengertian Rona Kritik

Rona ialah lingkungan kritik arsitektur atau situasi dimana kritik biasanya
langsung.

Secara garis besar dapat dikondisikan menjadi:


Self (diri),
Authority (yang berwenang),
Expert (pakar),
Peer (kelompok, dan
Layman (orang awam
Kritik Diri (Self Criticism)
Kritik diri merupakan situasi dimana perancang atau
pembuat keputusan mengkritisi dirinya sendiri dalam proses
perancangan. Kritik model ini memusatkan perhatian pada
pengkayaan pikiran diri. Dengan ini diharapkan kritikus dapat
lebih banyak mempelajari dan mengembangkan berbagai
fenomena yang muncul dalam situasi dan hukum-hukum
perancangan.
Kritik yang Berwenang (The Authoritative Setting)
Sumber kritik otoritas adalah kekuatan yang melekat dalam
posisi social. Hubungan secara hirarkis individu dengan
pembuat keputusan dan penentu kebijakan.
Dalam kasus yang sama adalah dasar-dasar kritik yang
berlangsung dalam situasi pendidikan studioperancangan.
Sekalipun dalam banyak model pendidikan sebagaimana di
Beaux Art Guru dipandang sebagai partner dalam proses
pembelajaran. Ada juga dalam model pendidikan kontemporer
yang masih memandang guru secara structural memiliki
kepekaan untuk menyukai individu tertentu sebagai sebuah
figure yang semi otoriter.
Kritik Pakar (Expert Criticsm)
Kritik pakar dipandang tidak memiliki kekuatan yang spesifik
melampaui apa yang dikritiknya. Dampaknya sangat bergantung
pada kesan-kesan yang lain yang berkait dengan pengetahuan
secara khusus dan kemampuan internalnya.
Kritik biasanya berupa tulisan popular yang dimuat di media
massa. Pakar dalam hal ini biasanya adalah orang-orang jurnalis
yang memiliki kepekaan untuk membuat paparan dan
pengumpulan fakta-fakta. Melalui berbagai perangkat
pengalamannya mereka mendemonstrasikan kemampuan
pemahamannya tentang isu-isu yang berkaitan dengan desain
lingkungan.
Kritik Kelompok (Peer Criticism)
Kebanyakan lingkungan masyarakat dan institusi tertentu dalam
kritik kelompok (peer criticism) tentang arsitektur adalah juri
penghargaan desain. Dalam hal ini arsitek professional
mengevaluasi dan memberikan pengetahuan khusus tentang
desain yang dibawa oleh para professional. Institusi lain dalam
kritik kelompok adalah buku atau artikel yang ditulis oleh para
arsitek tentang arsitek-arsitek lain.
Kritik Awam (Layman Criticsm)
Awam lebih diarahkan pada pengguna lingkungan fisik yang :
• Tidak menyadari bahwa lingkungan fisik diciptakan
• Tidak secara khusus dilatih sebagai desainer dan kritikus.

Beberapa kategori dasar respon awam dalam memandang


arsitektur :
• Perhatian terhadap Lingkungan
• Perilaku terhadap lingkungan antara desain dan kebutuhan
kondisi lingkungan yang diinginkan

Modifikasi terhadap lingkungan :


• Yang tidak disadari
• Yang disadari (improvement/perbaikan).
• Yang disadari (destruksi/penghancuran)
TUGAS 1: Kritik Interpretatif
1. Masing-masing kelas akan diberikan topik yang berbeda sebagai tema debat kasus yang akan dilaksanakan pada
pertemuan ke-4. Topik terpilih adalah sebagai berikut:
Kelas A : Arsitektur masa sekarang harus melupakan konteks arsitektur tradisional
Kelas B : Bangunan arsitektur harus ikonik dan monumental
Kelas C : Fasad bangunan harus memperlihatkan identitas fungsi bangunan
2. Dalam 1 kelas, mahasiswa dibagi menjadi 2 golongan: golongan yang pro dengan topik isu, dan golongan yang
kontra dengan topik isu
3. Masing-masing mahasiswa harus memilih minimal 1 obyek bangunan sebagai preseden yang merepresentasikan
posisi argumennya (sebagai yg pro/kontra) terhadap topik isu yang diberikan
4. Berdasarkan preseden yang dipilih, mahasiswa membuat gambar sketsa/meme/poster disertai penjelasan
(dapat berupa deskripsi dari gambar yang dibuat, maupun sajak metafora) yang menjelaskan argumennya
5. Jika ditemukan ada gambar/meme/poster yang sama persis dalam 1 kelas, maka nilainya 0
Contoh sketsa/poster/meme:
Contoh paragraf metafora
The London underground by Peter Green (1974):

I went down into your intestines, London, through your mouth, through your dirty lips, cracked tile,
patched tarmac, down endless escalator, trundling in the half-light; … I travelled into a dream of
nausea, cheek by unshaven cheek, thoughtlessly through thoughtless tunnels, ….
Materi selengkapnya tentang Kritik Interpretatif akan
dijelaskan pada pertemuan berikutnya….

Anda mungkin juga menyukai