Mat
1
Latar Belakang
Tiga penyebab utama kematian ibu dalam bidang obstetri adalah :
perdarahan 45%, infeksi 15%, dan hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia) 13%. Sisanya terbagi atas penyebab tidak langsung
lainnya (Haryono, 2006). Malahan, menurut laporan di beberapa
rumah sakit di Indonesia, angka ini telah menggeser perdarahan
dan infeksi sebagai penyebab utama kematian maternal
(sofoewan 2003).
2
DEFINISI
Suatu penyakit vasospastik, yang
melibatkan banyak sistem dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan
proteinuria.
Bobak, 2004
ETIOLOGI
Penyebab utama belum diketahui secara pasti
Penyebab sering dihubungkan dengan
implantasi plasenta yang abnormal.
Faktor resiko
1. Kehamilan pertama
2. Pernah mengalami pre eklamsia pada
kehamilan sebelumnya
3. Diabetes militus
4. Gangguan ginjal kronik
5. Hipertensi
6. Molahydatidosa
7. Polyhydramnion
8. Kehamilan kembar
Insidensi
pasangan baru
peningkatan risiko dengan hipertensi yang telah ada
6
Gestational hypertension
TD > 140/90 mmHg yang timbul pertama kali pada
saat kehamilan
Tanpa diikuti proteinuria
Disebut juga Transient hypertension, jika:
- tidak timbul preeklampsia
- TD kembali normal 12 mggu postpartum
7
PATOFISIOLOGI PRE EKLAMSIA
8
KLASIFIKASI DAN
TANDA Pre
Pre eklamsia ringan
& eklamsia
Gejala berat
1. Kenaikan TD sistolik ≥ 30 1. TD sistolik ≥ 160 mmHg
mmHg TD diastolik ≥ 110 mmHg
Kenaikan TD diastolik ≥ 15 2. Proteinuria > 3 g/l dalam 24
mmHg jam
2. Proteinuria > 1 g/l dalam 24 3. Hiperfleksi +3
jam 4. Penglihatan kabur
3. Hiperfleksi +3 5. Nyeri kepala berat
4.Tidak ada gangguan
penglihatan
5. Nyeri kepala sementara
Komplikasi
Syndrom HELPP(hemolisis dan
peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
Eklamsia
Penyakit Cardiovaskular
Kegagalan organ lain
Rusaknya sistem pengumpalan darah
Erupsi plasenta
Stroke hemorhagik
12
Perawatan pasien PEB
Perawatan pasien PEB ideal dilakukan di unit pelayanan
tertier, untuk penanganan ibu dan bayi yang optimal
Pasang infus dengan jarum besar, ukur keseimbangan
cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
Pasang kateter urin untuk memantau urin output dan
proteinuria
Observasi tanda-tanda vital, refleks dan Djj setiap jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru
Oksigenasi
Jika tekanan diastolik lbh dari 110mmHg berikan
antihipertensi
13
Profilaksis Kejang
Sulit diprediksi siapa yang akan mengalami kejang
Tidak berhubungan langsung dengan derajat hipertensi atau
proteinuria
‘Jumlah yang harus diterapi’ banyak untuk mencegah
kejang
MgSO4 merupakan agen pilihan bila profilaksis kejang
diindikasikan
14
Magnesium Sulfat
Sediaan : 20% dan 40% (untuk pemakaian
IV)
standar obstetri namun tidak digunakan
pada keadaan lain
superior terhadap fenitoin untuk
profilaksis
superior terhadap fenitoin atau
diazepam dalam mencegah rekurensi
15
Syarat pemberian MgSo4
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas
10%, 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan intravenous
dalam 3 menit.
Refleks patella positif kuat
Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
(0,5 cc/kgBB/jam).
16
MgSo4 harus dihentikan jika:
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,
hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-
otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada
dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter.
Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter.
Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan
dan lebih 15 mEq/liter terjadi
kematian jantung
17
Magnesium Sulfat - Overdosis
lemas, paralisis pernapasan, somnolen
Perasaan panas, double vision, blured speech
Hilangnya reflek tendon
Depresi nafas, henti nafas
Cardiac arrest, pada konsentrasi yang sangat
tinggi
Risiko tinggi terutama pada pasien dengan
oliguria
ANTIDOT
Hentikan infus magnesium
Kalsium glukonas 10% 10 mL IV selama 3 menit
18
Tindakan jika terjadi keracunan
MgSo4
Hentikan pemberian magnesium sulfat
Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit.
Berikan oksigen.
Lakukan pernapasan buatan.
21
Kasus: pasien masuk dengan TD 160/100 mmhg, Advis dokter
pemberian MgSo4 bolus 4 gr harus dihabiskan dalam waktu 5-10
menit diberikan secara perlahan.
Ambil falcon penuh 10 gr
Advis berikutnya : berikan MgSo4 1 gr/jam kedalam 1 kolf (500
cc) cairan infus harus dihabiskan dalam 10 jam
Tetesan/mnt = jmlh cairan X 20 tetes / lama infus X 60 menit
=500X20/10 jam X60 menit
= 500X20/600 menit
= 10.000/600
= 16,67 tetes =17 tetes
Dik : 1cc= 20 tetes
22
Cara pemberian dalam tetes
Kasus: pasien masuk dengan TD 160/100 mmhg, Advis
dokter pemberian MgSo4 bolus 4 gr harus dihabiskan
dalam waktu 5-10 menit diberikan secara perlahan (ada sisa
dari falcon pertama 6 gr).
Advis berikutnya : berikan MgSo4 1 gr/jam kedalam 1 kolf
(500cc) cairan infus
Ambil Satu falcon penuh (yang ke 2) tambahkan yang sisa
sehingga jadi 16 gr harus dihabiskan dalam waktu 16 jam
Tetesan/mnt = jmlh cairan X 20 tetes / lama infus X 60
menit
=500X20/16 jamX60 menit
= 500X20/960
= 10.000/960
= 10,4 tetes
Dik : 1cc= 20 tetes 23
Kasus: pasien masuk dengan TD 160/100 mmhg, Advis
dokter pemberian MgSo4 bolus 4 gr harus dihabiskan dalam
waktu 5-10 menit diberikan secara perlahan (ada sisa dari
falcon pertama 6 gr).
Advis berikutnya : berikan MgSo4 1 gr/jam kedalam 1 kolf
(400 cc) cairan infus
Ambil Satu falcon penuh yang lain 10 gr harus dihabiskan
dalam waktu 10 jam
Tetesan/mnt = jmlh cairan X 20 tetes / lama infus X 60 menit
=400X20/10 jamX60 menit
= 400X20/600
=8000/600
= 13,3 tetes
Dik : 1cc= 20 tetes 24
Kasus: pasien masuk dengan TD 160/100 mmhg, Advis
dokter pemberian MgSo4 bolus 4 gr harus dihabiskan
dalam waktu 5-10 menit diberikan secara perlahan (ada
sisa dari falcon pertama 6 gr).
Advis berikutnya : berikan MgSo4 1 gr/jam kedalam 1 kolf
(400 cc) cairan infus
Ambil Satu falcon penuh (yang ke 2) tambahkan yang sisa
sehingga jadi 16 gr harus dihabiskan dalam waktu 16 jam
Tetesan/mnt = jmlh cairan X 20 tetes / lama infus X 60
menit =400X20/16 jamX60 menit
= 400X20/960
=8000/960
= 8,3 tetes
Dik : 1cc= 20 tetes
25
ASKEP
PRE
A. PENGKAJIAN
EKLAMSIA
Identitas umum ibu terutama usia (Umur biasanya sering terjadi
pada primy gravid, < 20 tahun > 35 tahun)
Data riwayat kesehatan
Keluhan utama /riwayat kesehatan sekarang: bengkak, pusing,
nyeri epigastrum, mual muntah, penglihatan kabur
Riwayat kesehatan dahulu : penyakit yang pernah diderita
(penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik,
DM)
Riwayat kesehatan keluarga apakah ada sebelumnya keluarga
yang menderita hipertensi.
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik
makanan pokok maupun selingan.
Psikososial spiritual : emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu
kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
27
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan otak.
Kepala : sakit kepala, wajah edema
Mata : Konjungtiva sedikit anemis,
edema pada retina
Pencernaan abdomen : nyeri epigastrium
Ekstremitas : edema pada kaki
Sistem persarafan : hiper refleksia
Geniourinaria : oliguria, proteinuria
Pemeriksaan janin : bunyi jantung tidak teratur
Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi
edema
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui
adanya fetal distress
Perkusi : intuk mengetahui reflex patella sebagai
syarat pemberian MgSo4 (jika reflex + )
29
Pem Penunjang
Pem Laboratorium : protein uri dengan kateter atau
midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt +1
hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatinin
menigkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
Pem USG: untuk mengetahui keadaan janin dan
Pem
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
30
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put
sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah.
Kelebihan volume cairan interstisial BHD Penurunan tekanan
osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah.
Risiko cedera pada janin BHD penurunan suplay O2dan nutrisi ke
jaringan plasenta sekunder terhadap penurunan cardiac output
Risiko cedera pada ibu BHD Edema/hipoksia jaringan, kejang
tonik klonik.
Risiko tinggi intoleransi aktivitas BHDDengan adanya masalah
sirkulasi, peningkatan tekanan darah.
DX 1
Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat danTercapai secara
optimal.
Kriteria hasil :
Keluhan nyeri pada kepala tidak ada, bebas nyeri /
ketidak-nyamanan.
GCS : E4V5M6, pasien sadar /terorientasi baik.
TD sistolik ≤ 140 mmHg,TD sistolik ≤ 90 mmHg.
Vital sign dalam batas normal, nadi perifer kuat.
Intake output seimbang, tidak ada oedem.
Akral terasa hangat. Sianosis tidak ada
32
intervensi
Monitor perubahan/gangguan mental kontinu
Obsevasi adanya pucat, sianosis, kulit dingin/
lembab, cacat kekuatan nadi perifer.
Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi
dorsofleksi ) eritema, edema
Dorong latihan kaki aktif / pasif
Pantau TTV
Monitor intake dan output
33
Dx 2
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elekrolit
Kriteria Hasil : Oedema berkurang
Distensi vena jugularis tidak terjadi
TTV DBN, CRV <2 dtk
Intervensi:
1. Pantau dan catat intake dan output
2. Pemantauan TTV, catat waktu pengisian kapiler.
3. Memantau atau menimbang berat badan ibu.
4. Observasi kedaan edema.
5. Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dgn ahli gizi.
6. Kaji distensi vena jugularis dan perifer.
7. Kolaborasi dgn dokter dalam pemberian diuretik dan pemberian
MgSo4
DX 3
Tujuan : Gawat janin/cedera tidak terjadi
Kriteria hasil :
Gerakan janin aktif
DJJ normal ( 120-160 x/mnt)
Kontraksi uterus/ his tidak ada
kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37
minggu dan atau BBL ≥ 2500 gr
35
Anjurkan penderita untuk tidur posisi miring ke kiri
Anjurkan pasien ANC secara teratur
Pantau DJJ dan kontraksi uterus/his gerakan janin
setiap hari
Pantau TD setiap hari
Support pasien untuk meningkatkan istirahat
Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan
kehamilannya bila terdapat :Gerakan janin berkurang
atau Menurun, Kontraksi/ his terus-menerus,
Pendarahan, Nyeri abdomen, Perut mengeras dan
sangat nyeri
Beri obat hipertensi setelah kolaborasi
36
37