Anda di halaman 1dari 15

Topical Application Fluor

(TAF)

Pembimbing : Dr. drg. Dharli Syafriza, Sp. KGA

Sayed Rustia, S.KG (1713101020039)


Anamnesa
Orang tua dari pasien perempuan berumur 11 tahun datang ke RSGM menginginkan
anaknya dilakukan pemberian obat penguat gigi berupa topical application flour (TAF)
dengan tujuan agar gigi anaknya tidak rentan berlubang. Pasien juga sedang dalam
perawatan removable orthodontic di RSGM.

Rahang Atas Rahang Bawah


Karies gigi  Salah satu penyakit kronis rongga mulut yang paling umum di dunia,
khususnya di negara berkembang seperti di Indonesia.

Prevalensi karies aktif di Indonesia meningkat dari hasil Riskesdas tahun 2007 yaitu
43,4% dan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu 53,2%.

Penggunaan Fluor secara luas telah menjadi faktor utama dalam penurunan
prevalensi dan tingkat keparahan karies gigi berbagai negara-negara maju.

Tindakan pencegahan yang dimulai sedini mungkin dibutuhkan agar tidak terjadi
peningkatan prevalensi karies.

Sumber:
• Riset Kesehatan Dasar 2013. 118 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013).
• Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. Journal of Indonesian Dental Association. Maret 2018, Volume 1, Number 1
Fluoride merupakan mineral yang secara alami ditemukan dalam berbagai bentuk.
Fluoride bisa terkandung dalam air, makanan, diabsorbsi di tanah, dan pada beberapa produk
yang biasa kita gunakan.

 Air laut mengandung fluor 1,2-1,5 ppm


 Air bersih mengandung fluor kurang lebih 0,3 ppm
 Air minum sekitar 0,5- 0,7 ppm

Fluor adalah zat kimia inorganik anion yang sangat elektronegatif dan merupakan elemen reaktif.
Fluor biasanya berikatan dan tidak ditemukan dalam keadaan tunggal, karena kereaktifannya.
Struktur kristal fluor lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses inisiasi dan
progresi karies.

Topical Application Flour (TAF) efektif dalam mencegah perkembangan lesi dengan
menghentikan proses terjadinya karies atau memperlambat progres dari lesi kavitas yang
aktif serta meremineralisasi lesi awal karies.
Sumber:
• McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for The Child and Adolescent.8th ed. St. Louis, Missouri: Mosby; 2004. p.227
• Domen, K., Sterbenk, P. & Artnik, B. Fluoride: a review of use and effects on health. Mater Sociomed 28, 133–137 (2016).
• Buzalaf, C. ., Leite, A. . & Buzalaf, M. A. . Fluoride Metabolism. in Food and Nutritional Components No.6, Fluorine : Chemistry, Analysis, Function
and Effects 54–72 (The Royal Society of Chemistry, 2015).
FUNGSI  Efek pembentukan email gigi
FLUOR
Fluor membuat struktur gigi menjadi lebih kuat karena terjadi perubahan dari
hidroksiapatit (HA) menjadi fluoroapatit (FA) sehingga gigi lebih tahan terhadap
pengikisan yang diakibatkan oleh kondisi asam dalam rongga mulut.

Fluor juga berfungsi merangsang pembentukkan mineral kembali (remineralisasi)


yang akan menghentikan proses terjadinya karies

 Efek flour pada bakteri rongga mulut

Fluor menghambat aktivitas glikolisis bakteri kariogenik dimana terjadi pemecahan metabolik glukosa
dan gula lainnya melepaskan energi dalam bentuk ATP. Ion fluor diketahui dapat mempengaruhi fisiologi
sel mikroba, yang dapat secara langsung mempengaruhi demineralisasi. Fluor berperan mengurangi
kemampuan bakteri untuk membentuk asam.

Sumber:
•Hiremath SS. Textbook of Preventive and Community Dentistry. Elsevier. 2011. p: 380, 385-8
•Buzalaf, M. A. R., Pessan, J. P., Honorio, H. M. & Cate, J. M. ten. Mechanisms of Action of Fluoride for Caries Control. Monogr Oral Sci Basel
vol 22, 97–114
Sumber fluor yang dapat ditemukan di rongga mulut yang
dibagi menjadi 5 kategori yaitu:

1. FO, fluor luar, hadir di luar email (dalam biofilm atau


saliva)
2. FS, fluor hadir dalam fasa padat yang bergabung
dalam struktur kristal, juga dikenal sebagai
fluorhidroksiapatit
3. FL, fluor hadir pada cairan email
4. FA, fluor yang teradsorpsi ke permukaan kristal,
sebagai ikatan longgar;
5. Bahan CaF2: ‘CaF2-like’; endapan partikel pada email
dan biofilm setelah aplikasi fluor.

Sumber :
Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. Journal of Indonesian Dental Association. Maret 2018, Volume 1, Number 1
pH Kritis
pH kritis Hidroksiapatit sekitar 5,5
pH kritis untuk Fluorhidroksiapatit sekitar 4,5

pH berada di atas tingkat kritis untuk pembentukan fase


mineral masing-masing (remineralisasi).

Bila pH berada di bawah tingkat kritis, pelarutan terjadi


(demineralisasi).

Sumber :
Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. Journal of Indonesian Dental Association. Maret 2018, Volume 1, Number 1
Pra Erupsi

Pemberian yang optimal, pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal
apatit yang lebih tahan terhadap kelarutan yang disebabkan oleh asam.
Manfaat
Fluor
Pasca Erupsi

- Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit menjadi FA


yang akan menurunkan kelarutan enamel dalam asam.
- FA lebih padat sehingga gigi lebih tahan oleh proses demineralisasi.
- Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi.

Sumber: Robinson DS. Bird DL. Essentials of Dental Assisting. Elsevier. 5th ed. 2013. p: 267
 Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi.
 Anak-anak dengan kelainan motorik, contohnya down syndrome.
INDIKASI  Gigi yang sensitif.
 Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic.
 Pasien dengan laju aliran saliva yang rendah

KONTRA • Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum terfluoridasi.


INDIKASI • Pasien anak dengan risiko karies rendah.
• Pasien yang memiliki kavitas besar yang terbuka.

Sumber :
•Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Pediatric Dentistry. 3rd ed. New York:Oxford University Press Inc.; 2005. p.133-42
•Hawkins R, et al. Prevention. Part 7: Professional applied Topical Fluorides for Caries Prevention. British Dental Journal. 195(6). 2003.p: 313-4
Flouride Sistemik
1. Fluoridasi Air 2. Fluoridasi Suplement

 Fluoridasi air dikonsumsi berkali-kali dalam sehari.

 Frekuensi kontak fluor yang tinggi dengan struktur


gigi atau penampungan fluor dalam rongga mulut
sangat efektif dalam kontrol karies, walaupun
konsentrasinya lebih rendah dari pasta gigi berfluor.

 Fluor penting untuk pencegahan karies pada masa


preerupsi, terutama untuk permukaan pit dan fisura
pada gigi geraham permanen, karena sulitnya fluor
topikal mencapai area tersebut.

Sumber :
• Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. Journal of Indonesian Dental Association. Maret 2018, Volume 1, Number 1
• Nowak JA. Pediatric Dentistry : Infancy Through Adolescence. 6th ed. Elsevier. 2019. p: 173-4.
Flouride Topikal
Pengaplikasian Sendiri

 Pasta gigi
 Obat kumur
 Fluoride varnish

Pengaplikasian oleh Dokter Gigi

 Sodium Fluoride (NaF)


 Stannous Fluoride (SnF2)
 Acidulated Phosphate Fluoride
(APF)

Sumber:
•Hiremath SS. Textbook of Preventive and Community Dentistry. Elsevier. 2011. p: 385-8
•Nowak JA. Pediatric Dentistry : Infancy Through Adolescence. 6th ed. Elsevier. 2019. p: 292.e1
• Kaca Mulut

Alat • Sonde Bahan •
Disclosing Solution
Cotton Roll
• Pinset
• Chip Blower • Cotton Pellet
• Dappen glass • Pumish dan Pasta
• Disposable • Gel APF
Fluoride Tray
• Brush
• Saliva Ejector
Prosedur
1. Buat skor plak menjadi 0.
Tahap 1 2. pembersihan gigi dengan brushing
Persiapan 3. Cocokkan Disposable Fluoride Tray
Gigi 4. siapkan APF gel.
5. Keringkan gigi pasien dengan three way syringe/ chip blower dan saliva ejector tetap
dalam rongga mulut (mulut dalam kondisi kering)

Tahap 2 1. APF gel setinggi 1/3 sendok cetak.


Pengaplikasian 2. Masukkan sendok cetak rahang atas dan rahang bawah yang telah diisi APF gel secara
Flour bergantian.
3. Diamkan selama 4 menit

Tahap 3 Lepaskan sendok cetak dan bersihkan sisa fluor yang berlebih dengan menggunakan
Finalisasi kapas atau tampon. Pasien boleh meludah selama 1-2 menit setelah tray dilepas.

Sumber: Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. John Wiley and Sons. 2016.
Intruksi Setelah Tindakan
1. Instruksikan pasien untuk tidak berkumur, makan dan minum
selama ± 30 menit.
2. Pasien hanya boleh minum atau makan makanan yang lunak.
3. Pasien tidak boleh menyikat gigi seharian.
4. Kontrol 1 minggu kemudian.

Sumber: Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. John Wiley and Sons. 2016.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai