Anda di halaman 1dari 45

KELOMPOK 3

Dasar Teoritik Konstitusi dan


Implementasinya, Termasuk
Amandemen UUD 1945
Hukum Tata Negara
KELOMPOK 3 HTN

N A M A A N G G O TA
• Aditia Ardiana (1803790)
• Agung Nugraha Putra (1800393)
• Annisa Amalia Prasetya (1804630)
• Aziya Najihatul Kamilah (1800763)
• Dina Yala Deslinjani (1804077)
• Kireida Rona Islam (1801074)
• Lisa Umami (1806617)
• Naufal Hidayah (1800479)
H U K U M TATA N E G A R A

Apa yang dimaksud


dengan Konstitusi?
Dipresentasikan oleh Kireida Rona Islam
A PA Ya n g D i m a k s u d
Konstitusi?
• konstitusi berasal dari bahasa Perancis, yaitu constituer
• dalam bahasa Inggris dipakai istilah constitution
• Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu cume adalah sebuah reposisi, dan
statuere berasal dari kata sta yang membentuk kata kerja
pokok stare yang berarti berdiri
Lanjutan..
Dapat disimpulkan bahwa kosntitusi menurut bahasa
Perancis, bahasa Inggris dan bahasa Latin, yaitu
merupakan suatu pernyataan untuk membentuk,
menetapkan, mendirikan, atau dapat di kenal dengan
pembentukan, penyusunan atau menyatakan suatu
negara. Maka dari itu secara sederhana, konstitusi
dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang
bentuk dan susunan dari suatu negara.
Lanjutan...
H U K U M TATA N E G A R A

Bagaimana Dasar Teoritik


Konstitusi?
Dipresentasikan oleh Agung Nugraha Putra
•Konstitusi merupakan hukum dasar atau dikategorikan sebagai aturan dasar dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang
lazim kita sebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis.
Menurut Savornin Lohman, dalam (Rumokoy,2010) Konstitusi dalam arti
undang-undang dasar sekarang ini mengandung tiga unsur antara lain:

• Konstitusi sebagai perwujudan dari perjanjian sosial (kontrak sosial) menurut


pandangan ini konstitusi merupakan hasil dari kesepakatan masyarakat untuk
mewujudkan Negara dan pemerintahan.
• Konstitusi merupakan piagam jaminan hak asasi manusia, mejamin hak-hak dan
memuat penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga Negara.
• Konstitusi sebagai formas regiminis, sebagai kerangka bangunan pemerintahan
atau struktur pemerintahan.
• Dalam penyusunan suatu konstitusi tertulis, nilai-nilai dan norma dasar
yang hidup dalam masyarakat dan dalam praktik penyelenggaraan negara turut
mempengaruhi perumusan suatu norma ke dalam naskah Undang-Undang
Dasar (Asshiddiqie, 2019: 29).
• Sebagai hukum dasar, perumusan isinya disusun secara sistematis mulai dari
prinsip-prinsip yang bersifat umum dan mendasar. Dilanjutkan dengan
perumusan prinsip-prinsip kekuasaan dalam setiap cabangnya yang disusun
secara berurutan. Pasal-pasal dan ayatnya dirumuskan dalam tingkat abstraksi
yang sesuai dengan hakikatnya sebagai hukum dasar, dengan kesadaran bahwa
pengaturan yang bersifat rinci diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang.
•Konvensi Ketatanegaraan adalah kelaziman-kelaziman yang
timbul dalam praktek hidup ketatanegaraan (Pringgodigdo,
1956: 48).

•Menurut Ismail Suni (dalam Suprijatna, 2015) bahwa konvensi


ketatanegaraan juga dapat diartikan sebagai perbuatan ketatanegaraan
yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat diterima dan ditaati
dalam praktek ketatanegaraan, walaupun ia bukan hukum.
H U K U M TATA N E G A R A

Bagaimana sebuah Konstitusi


Dapat Berlaku di Suatu Negara?
Dipresentasikan oleh Annisa Amalia Prasetya
Pada hakikatnya Negara dan Konstusi selalu beriringan dan tidak
dapat dipisahkan. Konstitusi yang berlaku di dalam suatu negara
tentunya mempunyai peranan yang sangat penting. Cita cita dan
tujuan yang diharapkan tidak semerta-merta terwujud tanpa
adanya peraturan yang mengikat.
• Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar
tertinggi yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara,
karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil
dari pada produk hukum lainnya.
• Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat
untuk menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi
tertulis dengan segala arti dan fungsinya. Konstitusi dapat berlaku
disebuah negara apabila sudah sesuai dengan kultur, norma dan
nilai-nilai yang ada di masyarakat
• Ada kalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan
konstitusi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini
terjadi apabila mekanisme penyelenggaraan negara yang diatur
dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan aspirasi rakyat.
• Oleh karena itu, konstitusi biasanya juga mengandung ketentuan
mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian
prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga perubahan yang
terjadi adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan
keinginan semena-mena dan bersifat sementara atau pun keinginan
dari sekelompok orang belaka. Magna Charta adalah salah satu
contoh bagaimana negara mengikuti kehendak rakyat. Rakyat
memberikan kekuasaannya pada raja dan raja tidak diberbolehkan
berlaku secara semena-mena.
H U K U M TATA N E G A R A

Bagaimana Hierarki Konsep


Konstitusi yang Berlaku di
Indonesia?
Dipresentasikan oleh Aziya Najihatul Kamilah
KONSEP HIERARKIS
K O N S T I T U S I YA N G
BERLAKU DI INDONESIA

• Konsep hierarki konstitusi/ norma hukum pertama kali diperkenalkan oleh Hans
Kelsen melalui teori Stufentbau Des Recht atau The Hierarkie of Law. Hans
Kelsen berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan
berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata susunan).
• Ajaran Hans Kelsen ini dikembangkan oleh muridnya yakni Hans
Nawiasky.
• Dalam bukunya yang berjudul ‘Allgemeine Rechtslehre’ ia menulis teori
tentang Stufenordnung der Rechtsmen yang isinya mengelompokkan
norma-norma hukum menjadi empat kelompok besar.
• Hierarki norma hukum menurut Hans Nawiasky inilah yang digunakan
dalam konsep hierarki konstitusi di Indonesia.
Hierarki STRUKTUR
Norma Hukum Menurut Hans Hukum di Indonesia
Nawiansky • PANCASILA (Pembukaan UUD
• Staatsfundamentalnorm (Norma 1945)
Fundamental Negara), • Batang Tubuh UUD 1945, TAP
• Staatsgrundgesetz (Aturan Dasar MPR, dan Konvensi Ketatanegaraan
Negara/Aturan Pokok Negara), • Undang-Undang
• Formell Gesetz (Undang-Undang • Peraturan Pemerintah hingga
Formal), • Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
• Verordnung & Autonome Satzung
(Aturan Pelaksana & Aturan
otonom).
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 7, Jenis dan
hierarki Peraturan Perundang-undangan yaitu :

• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


• Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
• Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
• Peraturan Pemerintah;
• Peraturan Presiden;
• Peraturan Daerah Provinsi; dan
• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
H U K U M TATA N E G A R A

Bagaimana Implementasi Konstitusi


Sebelum dan Sesudah Amandemen
UUD 1945 ?

Dipresentasikan oleh Dina Yala D. & Naufal Hidayah


• Konstitusi Indonesia adalah UUD 1945 (Undang-Undang
Dasar 1945). Sebagai aturan yang mendasar, UUD 1945
harus mampu merefleksikan norma tertinggi di Indonesia
yakni adalah Pancasila.
• Indonesia sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan
konstitusi dari segi sejarah maupun segi prosesnya.
Indonesia sudah melakukan perubahan konstitusi baik secara
keseluruhan maupun hanya sebatas memperbaiki sebagian
ketentuan saja.
Cara yang digunakan untuk mengubah
Undang-Undang Dasar atau
menurut C.F. Strong prosedur perubahan Konstitusi, memurut K.C. Wheare ada
konstitusi dilakuakan dengan empat cara empat, yakni adalah:
yakni adalah : 1. Beberapa kekuatan yang bersifat
1. Perubahan Konstitusi yang dilakukan primer (Some Primary Forces);
dengan batasan-batasan tertentu; 2. Perubahan yang diatur dalam

Tantangan Kami
2. Perubahan Konstitusi yang dilakukan konstitusi (Formal Amandement);
3. Penafsiran secara hukum (Judicial
oleh rakyat melalui referendum;
Intrepertation);
3. Perubahan Konstitusi yang dilakukan
4. Kebiasaan yang terdapat didalam
oleh negara-negara bagian;
bidang ketatanegaraan(Usage and
4. Perubahan Konstitusi yang dilakukan
Convention)
oleh suatu konvensi atau dilakukan oleh
lembaga negara khusus yang dibentuk
hanya untuk keperluan perubahan
Fase-fase perubahan
Alasan mengapa UUD 1945 perlu konstitusi di Indonesia

disempurnakan dalam rangka • UNDANG-UNDANG DASAR


reformasi hukum pasca orde baru, 1945 (UUD 1945)
• KONSTITUSI RIS (REPUBLIK
yaitu:
INDONESIA SERIKAT)
• Alasan historis
• UNDANG-UNDANG DASAR
• Alasan filosofis SEMENTARA (UUDS 1950)
• Alasan teoritis • KEMBALI KE UUD 1945
• Alasan yuridis
• Alasan praktis politis.
PERUBAHAN
KONSTITUSI
DALAM MASA
AMANDEMEN

NAUFAL HIDAYAH
1800479 (30)
01. 03.
AMANDEMEN PERTAMA AMANDEMEN KETIGA

02. 04.
AMANDEMEN KEDUA AMANDEMEN KEEMPAT
AMANDEMEN
PERTAMA
Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang
Tahunan MPR tahun 1999 yang meliputi
Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13
Ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 Ayat (2)
dan (3), Pasal 20 dan Pasal 22 UUD.
Kesemuanya berjumlah 9 Pasal UUD 1945.
Tujuan utama perubahan ini adalah
membatasi kekuasaan Presiden dan
memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.
AMANDEMEN
KEDUA
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang
Tahunan MPR tahun 2000 yang meliputi Pasal
18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20
Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B,
BAB IXA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C,
Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G,
Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, BAB XII,
Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B dan
Pasal 36C UUD 1945. Perubahan ini terdiri
dari 5 BAB dan 25 Pasal. Inti dari perubahan
kedua ini meliputi masalah wilayah negara dan
pembagian pemerintahan daerah,
menyempurnakan perubahan pertama dalam
hal memperkuat kedudukan DPR dan
ketentuan-ketentuan yang lebih merinci
mengenai HAM.
AMANDEMEN
KETIGA
Perubahan ketiga ini terdiri dari 3 BAB dan 22 Pasal,
ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2001 mengubah
dan atau menambah ketentuan-ketentuan Pasal 1 Ayat (2) dan
(3), Pasal 3 Ayat (1), (3) dan (4), Pasal 6 Ayat (1) dan (2), Pasal
6A Ayat (1), (2), (3) dan (5), Pasal 7A, Pasal 7B Ayat (1), (2),
(3), (4), (5), (6) dan (7), Pasal 7C, Pasal 8 Ayat (1) dan (2),
Pasal 11 Ayat (2) dan (3), Pasal 17 Ayat (4), BAB VIIIA, Pasal
22C Ayat (1), (2), (3) dan (4), Pasal 22D Ayat (1), (2), (3) dan
(4), BAB VIIB, Pasal 22E Ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6),
Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3), Pasal 23A, Pasal 23C, BAB
VIIIA, Pasal 22E Ayat (1), (2) dan (3), Pasal 23F Ayat (1) dan
(2), Pasal 23G Ayat (1) dan (2), Pasal 24 Ayat (1) dan (2), Pasal
24A Ayat (1), (2), (3), (4) dan (5), Pasal 24B Ayat (1), (2), (3)
dan (4), Pasal 24C Ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) UUD 1945.
AMANDEMEN
KEEMPAT
Perubahan keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR
tahun 2002. Perubahan dan atau penambahan tersebut yakni
meliputi Pasal 2 Ayat (1), Pasal 6A Ayat (4), Pasal 8 Ayat (3),
Pasal 11 Ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23D, Pasal 24
Ayat (3), BAB XIII, Pasal 31 Ayat (1), (2), (3),(4) dan (5),
Pasal 32 Ayat (1), (2), (3) dan (4), BAB IV, Pasal 33 Ayat (4)
dan (5), Pasal 34 Ayat (1), (2), (3) dan (4), Pasal 37 Ayat (1),
(2), (3), (4) dan (5), Aturan Peralihan Pasal I, II dan III,
Aturan Tambahan Pasal I dan II UUD 1945. Materi
perubahan pada perubahan keempat adalah ketentuan tentang
kelembagaan negara dan hubungan antar negara,
penghapusan Dewan Pertimbanga Agung (DPA), ketentuan
mengenai pendidikan dan kebudayaan, ketentuan tentang
perekonomian dan kesejahteraan sosial dan aturan peralihan
serta aturan tambahan.
PENDAPAT PARA
AHLI
Menurut Jimly Asshiddiqie (2007) empat tahap perubahan
UUD 1945 telah merubah hampir keseluruhan materi
UUD 1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir
ketentuan, sedangkan perubahan yang dilakukan
menghasilkan 199 butir ketentuan. Saat ini, dari 199 butir
ketentuan yang ada dalam UUD 1945, hanya 25 (12%)
butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan.
Selebihnya, sebanyak 174 (88%) butir ketentuan
merupakan materi yang baru atau telah mengalami
perubahan.
PENDAPAT PARA
AHLI
Menurut Moh. Mahfud, MD (2010), politik
pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan
nasional memerlukan adanya tata nilai, struktur dan
proses yang merupakan himpunan usaha untuk mencapai
efisiensi, daya guna dan hasil guna sebesar mungkin
dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional. Guna
mewujudkan tujuan nasional, untuk itu diperlukan
Sistem Manajemen Nasional. Sistem manajemen
nasional adalah suatu sistem yang berfungsi memadukan
penyelenggaraan siklus kegiatan berupa perumusan
kebijaksanaan, pelaksanaan kebijaksanaan, dan
pengendalian pelaksanaannya. Sistem manajemen
nasional berfungsi memadukan keseluruhan upaya
manajerial yang berintikan tatanan pengambilan
keputusan berkewenangan dalam rangka
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
untuk mewujudkan ketertiban sosial, ketertiban politik
dan ketertiban administrasi.
H U K U M TATA N E G A R A

Bagaimana Dampak Implementasi Konstitusi Sebelum


dan Sesudah Amandemen UUD 1945 terhadap Hukum
Tata Negara di Indonesia?

Dipresentasikan oleh Lisa Umami & Aditia Ardiana


KONSTITUSI
=
PEMBATASAN KEKUASAAN
AMANDEMEN UUD
1945?
Perubahan
UUD 1945 dari perubahan pertama sampai ke empat adalah merupakan satu
kesatuan.
Bagaimana Implikasi Amandemen
UUD 1945 terhadap HTN?

diantaranya adalah...
PENEGASAN
NEGARA HUKUM
• Secara eksplisit gagasan negara hukum
telah diungkapkan oleh Plato ketika ia
mengintroduksi konsep Nomoi.
Dikemukakan bahwa penyelenggaraan
negara yang baik ialah yang didasarkan
pada pengaturan (hukum) yang baik.
• Pasal 1 ayart (3) Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
perubahan ke-4 menyebutkan bahwa
“Negara Indonesia adalah Negara
hukum”.
PEMILIHAN
SECARA LANGSUNG
• Proses pemilihan umum secara
langsung kita rasakan pasca
amandemen UUD 1945. pilihan
politik pada saat itu menghendaki
untuk diadakannya pemilihan umum
secara langsung. Konstitusi kita
telah mengatur hal ini di dalam pasal
1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi
“kedaulatan adalah di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD”.
Lanjutan..
• Dalam paham kedaulatan rakyat (democracy), mengatakan
rakyatlah yang dianggap sebagai pemilik dan pemegang kekuasan
tertinggi dalam suatu negara. Rakyatlah yang menetukan corak dan cara
pemerintahan diselenggarakan. Rakyatlah yang menentukan tujuan
yang hendak dicapai oleh negara dan pemerintahannya itu.
• Secara umum ada 2 alasan diadakannya pemilihan secara
langsung. Pertama, pemilihan langsung dianggap lebih
membuka peluang bagi tampilnya para penyelenggara negara
yang sesuai dengan kehendak rakyat sendiri. Alasan kedua
adalah untuk menjaga stabilitas pemerintahan agar tidak mudah
dijatuhkan ditengah jalan (Anand, 2013).
Penguatan sistem
checks and balances

Berangkat dari arus gerakan reformasi yang berhasil


mematahkan sakralisasi UUD 1945, banyak pula
tuntutan dari arus bawah untuk memperbaiki UUD agar
ia mampu membangun sistem politik dan ketatanegaraan
yang demokratik. Gagasan ini mempunyai urgensi yang
sangat kuat, mengingat tiga periode sistem politik di
Indonesia cenderung otoriter sehingga selalu
menimbulkan korupsi dalam berbagai kehidupan.
TRIAS POLITIKA
Adapun teori yang diungkapkan menurut Motesque yakni Trias Politika
yang membagi kekuasaan dalam tiga bidang yakni:
• Kekuasaan eksekutif, pelaksana undang-undang
• Kekuasaan legislatif, pembuat undang-undang
• Kekuasaan yudikatif, pelaksana fungsi peradilan
Hal tersebut merupakan perwujudan dari sistem check and balances yang
merupakan sebuah mekanisme untuk selalu melakukan pengawasan dan penyeimbangan
oleh kekuasaan negara yang ada sesuai dengan fungsi yang diamanatkan oleh konstitusi.
• Dengan adanya amandemen terhadap konstitusi, fungsi dan peran
eksekutif sebagai pembuat, pelaksana, dan penafsir sebuah Undang-undang
direduksi dan diberikan kepada lembaga lainnya untuk melaksanakan fungsi
pengawasan
• Selain memiliki fungsi legislasi pembuatan undang-undang, DPR juga
memiliki fungsi melakukan pengawasan (kontrol) . Hal ini perlu ada
mengingat kekuasaan yang dimiliki oleh kekuasaan eksekutif sangat
besar dan juga bertendensi untuk terjadi penyalaahgunaan
kekuasaan. DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat, dapat
memintakan pertanggung jawaban atas setiap kebijakan yang telah
diambil oleh pemerintah. Ketika kebijakan tersebut dirasakan ada10
prosedur yang dilanggar, atau isi dari kebijakan tersebut tidak sesuai
dengan harapan masyarakat secara rasional, maka DPR dapat
menggunakan hak-haknya sebagai bentuk pengawasan yang
dilakukan (interplasi, angket, dan menyatakan pendapat).
Lanjutan..
• Selain itu kekuasaan kehakiman juga dapat melakukan proses
check balances. Proses ini biasanya dikenal dengan istilah judicial
review. Karena perlu diakui bahwa hukum adalah produk politik
yang dalam pembuatannya terdapat kepentingan politik pragmatis
Ketika produk politik tersebut diimplementasikan kedalam
kehidupan masyarakat, tak jarang mendapatkanpertentangan karena
substansi hukum itu sendiri.
• Maka dari itu, lembaga kekuasaan kehakiman memiliki kewenangan
untuk melakukan judicial review terhadap produk politik tersebut
(pasal 24). Hal ini pun sesuai dengan prinsip negara hukum, bahwa
harus ada pengawalan terhadap hak-hak konstitusinal warga negara
termasuk terhadap hukum itu sendiri. Demokrasi tanpa hukum dapat
menjadi anarki, hukum tanpa demokrasi maka akan kehilangan
makna
Link Youtube

https://youtu.be/_mEVGeEZa3k
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai