Anda di halaman 1dari 35

MANAJEMEN

MANAJEMEN KEUANGAN
KEUANGAN
MATERI MANAJEMEN KEUANGAN

Week Topik Perkuliahan Bentuk Perkuliahan Keterangan Tugas


1 Overview Manajemen Keuangan Lecturer    
2 LK, Arus kas & Perpajakan Lecturer SQ 1 Resume
3 Analisis Laporan Keuangan Group Presentation 1    
4 BIG QUIZ 1 Group Task Materi W3 Makalah (TH)
5 Nilai waktu uang Group Presentation 2 SQ 2 Tes Kecil (Kelompok)
6 Pasar & Institusi Keuangan Group Presentation 3    
7 tingkat bunga Group Presentation 4 SQ 3 Tes Kecil (Individu)
8 BIG QUIZ 2 Individual Task Materi W6 Makalah (TH)
9 Obligasi dan valuasinya Group Presentation 5    
10 Resiko & tingkat pengembalian Group Presentation 6 SQ 4 Tes Kecil (Kelompok)
11 BIG QUIZ 3 Individual Task Materi W9 Tes Besar
12 Saham dan valuasinya Group Presentation 7    
Dosen Tamu (Theater
13 Psar Modal Indonesia SQ 5 Resume
Room)
14 BIG QUIZ 4 Individual Task Materi W12 Tes Besar
15 Kisi-Kisi & persiapan UAS Diskusi Latihan Soal  
Materi disepakati saat kisi- Materi disepakati saat kisi-
16 UAS Open Book
kisi kisi
BIAYA UANG

• Tingkat suku bunga adalah harga yg dibayarkan untuk meminjam


modal utang. Dengan modal ekuitas, para investor berharap akan
menerima dividen dan keuntungan modal, yg jumlah keduanya
merupakan biaya dari ekuitas uang. Faktor yg mempengaruhi
penawaran dan permintaan modal investasi, yaitu biaya uang (cost of
money).
• Empat faktor paling mendasar yg mempengaruhi biaya uang adalah:
1) Peluang Produksi (aktiva produktif yang menghasilkan kas)
2) Preferensi waktu utk mengkonsumsi (menabung untuk konsumsi
di masa mendatang)
3) Risiko (peluang pengembalian dan tingkat risiko)
4) Inflasi (peningkatan harga seiring dgn waktu).
TINGKAT SUKU BUNGA

• Tingkat suku bunga pada umumnya sangat ditentu-kan oleh


pasar (demand & supply), bila permintaan akan dana menurun,
maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri dan tingkat suku
bunga akan menurun, atau sebaliknya.
• Tingkat suku bunga juga dipengaruhi oleh tingkat risiko. Bila
sekuritas berisiko tinggi maka tingkat suku bunganya juga
biasanya tinggi atau sebaliknya bila sekuritas tsb berisiko
rendah, biasanya tingkat suku bunganya juga rendah.
• Namun Ada kalanya pemerintah (setiap negara) memberikan
tingkat bunga pinjaman lebih rendah kepada usaha kecil,
minoritas tertentu, perusahaan yg bersedia membangun
pabrik di area-area yg tingkat pengangguran tinggi dan lain
sebagainya.
Pasar A: Pasar B:
Sekuritas berisiko rendah Sekuritas berisiko Tinggi

Tingkat Suku Bunga, k Tingkat Suku Bunga, k


(%) (%)
S1

S1
kB = 12
kA = 10
8

D1 D1
D2

0 Dolar 0 Dolar
DETERMINAN SUKU BUNGA PASAR

• Secara umum, tingkat suku bunga tercatat (nominal) dari


sekuritas utang, k, adalah sebagai berikut:

k = k* + IP + DRP +LP + MRP


• k = Tingkat suku bunga tercatat, atau nominal dari
sekuritas tertentu. Terdapat banyak jenis sekuritas yg
berbeda, sehingga akan banyak terdapat tingkat suku
bunga tercatat yg berbeda.
• k* = Tingkat suku bunga bebas risiko riil, yaitu tingkat
suku bunga yg akan dihasilkan oleh sekuritas bebas
risiko jika diekspektasikan angka inflasi adalah nihil.
• kRF = k* + IP, adalah tingkat suku bunga bebas risiko yg
tercatat sebagai sekuritas, seperti surat utang AS yg
sangat likuid dan juga bebas dari kebanyakan risiko.
Perhatikan bahwa kRF telah memasukkan unsur
premi untuk inflasi yg diekspektasikan akan
terjadi, karena kRF = k* + IP.
• IP = Premi inflasi (inflation premium). IP adalah sama
dengan rata-rata inflasi yg diekspektasikan selama
usia sekuritas tersebut. Tingkat inflasi yg
diekspektasikan di masa depan tidaklah harus selalu
sama dgn tingkat inflasi saat ini, sehingga IP juga
tidaklah harus selalu sama dengan IP saat ini.
• DRP = Premi risiko gagal bayar (default risk premium)
Premi ini mencerminkan adanya kemungkinan dari pihak
penerbit (emiten) untuk tidak membayar bunga atau
pokoknya pada waktu dan jumlah yg telah ditentukan.
DRP biasanya adalah nol untuk sekuritas pemerintah,
tetapi akan meningkat seiring dengan meningkatnya
tingkat risiko emiten yg bersangkutan.
• LP = Premi likuiditas (liquidity premium), atau kemampuan
untuk dipasarkan (marketable). Premi ini merupakan
premi yg dibebankan oleh pemberi pinjaman untuk
mencerminkan adanya fakta bahwa beberapa sekuritas
tidak dapat dikonversikan menjadi uang tunai dalam
waktu yg singkat & harga yg wajar. LP biasanya sangat
rendah untuk sekuritas pemerintah dan perusahaan
besar yg kuat. Tetapi relatif tinggi pada sekuritas yg
dikeluarkan oleh perusahaan yg sangat kecil.
• MRP = Premi risiko jatuh tempo (maturity risk
premium). Obligasi dengan jangka waktu yang
lebih panjang, atau bahkan obligasi
pemerintah, akan terekspos pada risiko
penurunan harga yg signifikan, dan pemberi
pinjaman akan membebankan premi risiko
jatuh tempo untuk mencerminkan risiko ini.
• Sehingga, karena kRF = k* + IP, maka dapat dirumuskan
kembali bahwa Tingkat suku bunga nominal, atau
tercatat, k, adalah sebagai berikut:

k = kRF + DRP +LP + MRP


• Pada umumnya, untuk obligasi pemerintah, premi risiko gagal
bayar (DRP = default risk premium) dan premi likuiditas (LP =
liquidity premium) adalah nol, sehingga tingkat suku bunganya
adalah:

kRF = k* + IP + MRP
• k* = Tingkat suku bunga bebas risiko riil.
• IP = Premi inflasi (inflation premium).
• MRP = Premi risiko jatuh tempo (maturity risk
premium).
STRUKTUR WAKTU DARI TINGKAT SUKU
BUNGA
• Struktur waktu dari tingkat suku bunga (term of structure
interest rate) menguraikan hubungan antara tingkat suku
bunga jangka panjang dan jangka pendek.
• Struktur waktu sangat penting bagi manajer keuangan
perusahaan, untuk memutuskan melakukan pinjaman dengan
menerbitkan utang jangka panjang atau jangka pendek. Dan
bagi para investor, untuk memutuskan membeli obligasi
jangka panjang atau jangka pendek.
• Maka harus dipahami, 1) Bagaimana waktu jangka panjang dan
jangka pendek saling berhubungan, 2) Apa yg menyebabkan
pergerakan-pergerakan dalam posisi mereka secara relatif.
• Contoh: Tingkat suku bunga untuk berbagai waktu jatuh
tempo dari tiga tanggal yg berbeda berikut:

Waktu sampai Tingkat Suku Bunga


Jatuh Tempo Mar 1980 Feb 2000 Apr 2002

6 bulan 15,0 % 6,0 % 2,0 %


1 tahun 14,0 6,2 2,3
5 tahun 13.5 6,7 4,5
10 tahun 12,8 6,7 5,2
30 tahun 12,3 6,3 5,7
• Ketika dipetakan dlm bentuk grafik akan terlihat seperti pada
kurva imbal hasil (yield curve) untuk tanggal tersebut, sebagai
berikut:
TINGKAT SUKU BUNGA OBLIGASI PEMERINTAH
UNTUK TANGGAL YANG BERBEDA

Kurva Imbal Hasil untuk Maret 1980

Kurva Imbal Hasil untuk Februari 2000

Kurva Imbal Hasil untuk April 2002

Jangka Jangka Jangka Panjang


Pendek Menengah
• Pada bulan Maret 1980, Tkt suku bunga relatif tinggi, dan
karena suku bunga jangka pendek lebih tinggi dari suku bunga
jangka panjang, kurva imbal hasilnya berbentuk menurun.
• Sejak Februari 2000, seluruh tingkat suku bunga menjadi lebih
kecil. Dan tkt suku bunga jangka menengah lebih tinggi dari tkt
suku bunga jangka pendek dan jangka panjang, sehingga kurva
imbal hasilnya berbentuk gunung.
• Kira-kira 2 tahun kemudian, pada April 2002, semua tkt suku
bunga menurun, dan tkt suku bunga jangka pendek lebih kecil
dari tkt suku bunga jangka menengah dan jangka panjang,
sehingga kurva imbal hasilnya akan berbentuk menanjak.
• Perbedaan yang jauh antara tkt suku bunga 1980 s/d 2002 di
atas, terutama karena perusahaan sudah memasukkan premi
risiko gagal bayar. Sehingga disimpulkan bahwa semakin tinggi
risiko gagal bayar, maka semakin tinggi kurva imbal hasilnya.
• Biasanya tkt suku bunga jangka panjang berada di atas tkt
suku bunga jangka pendek, sehingga kurva imbal hasil
biasanya akan berbentuk menanjak. Karena alasan ini, orang
sering menyebut kurva dengan bentuk menanjak sebagai
kurva imbal hasil normal (normal yield curve), dan kurva imbal
hasil yg menurun sebagai kurva terbalik atau abnormal
(inverted/abnormal curve).
• Mengapa kurva yg menanjak adalah situasi yang dianggap
normal? Jawaban-nya adalah : karena sekuritas jangka pendek
memiliki risiko tkt suku bunga yg lebih kecil dari pada sekuritas
jangka panjang, sehingga MRP-nya juga lebih kecil. Oleh sebab
itu tingkat suku bunga jangka pendek biasanya lebih rendah
daripada tingkat suku bunga jangka pendek.
FAKTOR DOMINAN YANG MENENTUKAN
BENTUK KURVA IMBAL HASIL

• Ekspektasi Inflasi khususnya memiliki pengaruh yg penting


pada bentuk kurva imbal hasil.
• Kita lihat sekuritas atau obligasi pemerintah AS, karena
pemerintah pada dasarnya tidak memiliki risiko gagal bayar
(DRP) atau likuiditas (LP), imbal hasil dari sebuah obligasi
pemerintah yg akan jatuh tempo dalam waktu “ t ” tahun
dapat dinyatakan sebagai berikut:

k*t + IPt + MRPt


A. DENGAN EKSPEKTASI INFLASI YANG MENINGKAT
JATUH TEMPO r* IP MRP IMBAL
HASIL
1 tahun 2,50% 3,00% 0,00% 5,50%
5 tahun 2,50 3,40 0,18 6,08
10 tahun 2,50 4,00 0,28 6,78
20 tahun 2,50 4,50 0,42 7,42
30 tahun 2,50 4,67 0,53 7,70
A. DENGAN EKSPEKTASI INFLASI YANG MENINGKAT

JATUH TEMPO k* IP MRP IMBAL HASIL


1 tahun 2,50% 3,00% 0,00% 5,50%
5 tahun 2,50 3,40 0,18 6,08
10 tahun 2,50 4,00 0,28 6,78
20 tahun 2,50 4,50 0,42 7,42
30 tahun 2,50 4,67 0,53 7,70
9.00%

8.00%

MRP (Premi Risiko


7.00%
Jatuh Tempo)
6.00%

5.00%
IP (Premium Inflasi)
4.00%

3.00%

2.00%

1.0 0% k* (Tkt Suku Bunga Real


Bebas Risiko)
0.00%
1 ta h un 5 ta hu n 10 ta hun 20 ta hun 30 ta hu n

Jumlah Tahun Sampai Jatuh Tempo


B. DENGAN EKSPEKTASI INFLASI YANG MENURUN
JATUH TEMPO r* iP MRP IMBAL HASIL
1 tahun 2,50% 5,00% 0,00% 7,50%
5 tahun 2,50 4,60 0,18 7,28
10 tahun 2,50 4,00 0,28 6,78
20 tahun 2,50 3,50 0,42 6,42
30 tahun 2,50 3,33 0,53 6,36
8.00%

7.00%

MRP (Premi Risiko


T in g kat S u ku B u n g a

6.00%
Jatuh Tempo)
5.00%

4.00% IP (Premi Inflasi)

3.00%

2.00%

1.00%
k* (Tkt Suku Bunga Real
Bebas Risiko)
0.00%
1 tahun 5 tahun 10 tahun 20 tahun 30 tahun
Jumlah Tahun Sampai Jatuh tempo
• Kemudian kita lihat obligasi perusahaan, ingat bahwa obligasi
perusahaan memasukkan premi risiko gagal bayar (DRP) dan
premium likuiditas (LP). Karenanya, imbal hasil dari suatu
obligasi perusahaan yg jatuh tempo dalam waktu “t” tahun
akan dapat disajikan sebagai berikut:

r*t + iPt + MRPt + DRPt +LPt


• Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kurva Imbal balik
bergantung pada dua faktor yaitu:
• Ekspektasi dari tingkat Inflasi di masa depan
• Relatifitas tingkat risiko sekuritas dengan waktu jatuh
tempo yang berbeda-beda
KURVA IMBAL HASIL UNTUK MERAMALKAN
TINGKAT SUKU BUNGA DI MASA DEPAN

• Kita telah melihat bagaimana cara menghitung kurva imbal


hasil, dgn memperhitungkan inflasi dan risiko yg berkaitan dgn
jatuh tempo.
• Dalam praktiknya, proses ini sering kali berjalan kebalikannya:
para investor dan analis memetakan kurva imbal hasil dan
kemudian menggunakan informasi yg terkandung di dalamnya
untuk meramalkan ekspektasi pasar sehubungan dengan
inflasi dan risiko di masa mendatang.
• Proses penggunaan kurva imbal hasil untuk meramalkan
tingkat suku bunga masa depan yang diharapkan ini, cukup
sederhana, dengan syarat:
1) Kita berfokus pada sekuritas pemerintah, dan
2) Kita asumsikan bahwa seluruh sekuritas pemerintah
memiliki risiko yang sama, yaitu tidak ada premi risiko jatuh
tempo. (beberapa akademisi & praktisi yakin bahwa asumsi
kedua ini cukup masuk akal, paling tidak sebagai suatu
perkiraan, dan mereka berpendapat bahwa pasar
didominasi oleh pemain obligasi besar yg membeli &
menjual sekuritas dgn waktu jatuh tempo yg berbeda-beda
setiap hari dan bahwa pemain ini hanya berfokus pada
pengembalian jangka pendek dan mereka tidak
berkepentingan dengan risiko).
Contoh:
Kurva Imbal Hasil Sekuritas Perusahaan dan Sekuritas Pemerintah

TINGKAT SUKU BUNGA


WAKTU SAMPAI Obligasi Obligasi
JATUH TEMPO Obligasi Perusahaan Perusahaan
Pemerintah Berperingkat Berperingkat
AA BBB
1 tahun 5,5% 6,7% 7,4%
5 tahun 6,1 7,4 8,1
10 tahun 6,8 8,2 9,1
20 tahun 7,4 9,2 10,2
30 tahun 7,7 9,8 11,1
Kurva Imbal Hasil Perusahaan dan Pemerintah
12
Obligasi Berperingkat BBB

10

Obligasi Berperingkat AA
Tingkat Suku Bunga ( % )

Obligasi Pemerintah
6

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Jumlah Tahun Sampai Jatuh Tempo
• Teori ekspektasi murni (pure expectations theory), yg kadang
disebut “teori ekspektasi” berasumsi bahwa para investor
menetapkan harga-harga & tingkat suku bunga obligasi,
sepenuhnya dengan didasarkan kepada tkt suku bunga. Artinya
mereka bersikap indiferen sehubungan dgn waktu jatuh tempo,
sehingga secara tidak langsung mereka tidak melihat obligasi jangka
panjang lebih berisiko daripada obligasi jangka pendek. Jika hal ini
benar, maka premi risiko jatuh tempo (MRP) adalah nol dan tingkat
suku bunga jangka panjang hanya menjadi rata-rata tertimbang dari
tingkat suku bunga jangka pendek saat ini dan jangka panjang.
• Sebagai contoh, jika surat utang negara 1 tahun saat ini memberikan
imbal hasil 7%, tetapi surat utang 1 tahun diharapkan dapat
memberikan imbal hasil 7,5% satu tahun dari sekarang, para investor
akan berharap untuk mendapatkan rata-rata 7,25% selama 2 tahun
ke depan, yaitu: (7% + 7,5%) / 2 = 7,25%.
• Menurut teori ekspektasi, hal di atas mengandung arti bahwa surat
utang negara 2 tahun yg dibeli sekarang seharusnya juga akan
memberikan imbal hasil sebesar 7,25%. Sama halnya jika saat ini
obligasi 10 tahun memberikan imbal hasil 9%, dan jika obligasi 5 tahun
diharapkan dapat memberikan imbal hasil 7,5% 10 tahun dari
sekarang, maka investor seharusnya berharap akan mendapatkan 9%
selama 10 tahun dan 7,5% selama 5 tahun, untuk rata-rata
pengembalian adalah sebesar 8,5% selama 15 tahun ke depan:

10(9%) + 5(7,5%)
15 = 8,5%

• = sebuah obligasi 15 tahun seharusnya memberikan imbal


Akibatnya,
hasil dengan tingkat pengembalian yang sama yaitu 8,5%.
• Andaikan obligasi 2 tahun memberikan imbal hasil hanya sebesar 7%,
bukannya 7,25% yg diperhitungkan di atas, pemain obligasi akan dapat
memperoleh keuntungan dengan menerapkan strategi perdagangan
berikut ini:
1) Meminjam uang selama 2 tahun dgn biaya 7%
2) Menginvestasikan uang tersebut pada seri – seri obligasi
1 tahun. Ekspektasi pengembalian selama jangka waktu
2 tahun tersebut akan menjadi (7%+7,5)/2 = 7,25%

• Ingat kembali, bahwa peningkatan permintaan dana akan


meningkatkan tingkat suku bunga, sedangkan peningkatan
penawaran dana akan menurunkan tkt suku bunga. Oleh karena itu
tindakan pemain obligasi tadi, akan mendorong imbal hasil 2 tahun
tetapi mengurangi imbal hasil obligasi 1 tahun. Dampak bersihnya
akan membawa ke suatu tingkat ekuilibrium pasar di mana tingkat
suku bunga 2 tahun menjadi rata-rata tertimbang dari ekspektasi
tingkat suku bunga 1 tahun di masa depan.
• Menurut asumsi-asumsi tersebut, kita akan dapat memperkirakan pasar
obligasi tentang suku bunga di masa depan dari kurva imbal hasil. Jika
misalnya kita mengamati bahwa sekuritas pemerintah dgn jangka waktu
1 dan 2 tahun masing-masing memberikan imbal hasil sebesar 7% dan 8%,
maka informasi ini akan dapat digunakan untuk menghitung peramalan
pasar dari beberapa imbal hasil yang akan diberikan satu tahun ke depan
oleh tingkat suku bunga 1 tahun. Jika teori ekspektasi murni benar, tkt
suku bunga dari obligasi 2 tahun = rata-rata dari tkt suku bunga 1 tahun
saat ini dan ekspektasi tkt suku bunga 1 tahun ke depan. Karena tkt suku
bunga 1 tahun saat ini adalah 7%, maka artinya tkt suku bunga 1 tahun
setahun berikutnya diperkirakan akan menjadi 9%

7% + X%
Imbal Hasil 2 tahun = 8% = 2
X = 16% - 7% = 9% = Ekspektasi tkt suku bunga 1 tahun,
tahun depan
• Apabila premi risiko jatuh tempo (MRP) dimasukkan/
dipertimbangkan, maka akan seperti contoh ini:
• Asumsikan bahwa jangka waktu 1 dan 2 tahun masing-masing akan
memberikan imbal hasil sebesar 7% dan 8%, dan asumsikan bahwa
premi risiko jatuh tempo untuk obligasi 2 tahun adalah 0,5%, artinya
ekspektasi pengembalian untuk obligasi 2 tahun (8%) adalah 0,5%
lebih tinggi daripada ekspektasi pengembalian dari pembelian seri-
seri obligasi 1 tahun (7,5%). Dengan latar belakang itu, kita dapat
menggunakan prosedur dua langkah untuk mendapatkan “X”,
ekspektasi tingkat suku bunga 1 tahun setahun ke depan:

Langkah 1: Imbal hasil 2 tahun – MRP obligasi 2 tahun


= 8,0% - 0,5% = 7,5%
Langkah 2: 7,5% = (7,0% + X%)
X = 15,0% - 7% = 8,0%
BERINVESTASI DI LUAR NEGERI

Risiko tambahan yang perlu dipertimbangkan untuk berinvestasi


di Luar Negeri :
• Risiko negara (country risk), yang meliputi stabil-tidaknya
keadaan perkonomian, politik dan sosial negara tersebut.
• Risiko nilai tukar (exchange rate risk), sebagai contoh, jika
seorang investor AS membeli sebuah obligasi Jepang, maka
bunganya kemungkinan akan dibayarkan dalam Yen Jepang,
yg kemudian harus dikonversikan ke dalam US$ jika investor
tersebut ingin membelanjakan uangnya di Amerika. Jika
tertanya Yen melemah relatif terhadap US$, maka investor
akan mendapatkan US$ yang lebih sedikit, demikian juga
sebaliknya.
FAKTOR LAIN YG MEMPENGARUHI TINGKAT
SUKU BUNGA
• Kebijakan bank sentral, seperti uang beredar dll.
• Devisit atau surplus anggaran negara, Contoh, jika
pemerintah membelanjakan uang lebih banyak dari perolehan
pendapatan pajak, maka akan defisit, sehing mendorong
untuk melakukan pinjaman atau mencetak uang, sehingga
cenderung meningkatkan suku bunga karena meningkatkan
permintaan dana.
• Faktor Internasional; termasuk neraca perdagangan dan
tingkat suku bunga dari negara-negara lain.
• Tingkat aktivitas bisnis; meningkat atau menurunnya tingkat
aktivitas bisnis akan sangat mempengaruhi tingkat suku
bunga (teori demand-supply).
TINGKAT SUKU BUNGA & KEPUTUSAN BISNIS

• Keputusan-keputusan pendanaan akan mudah jika kita dapat


membuat peramalan tingkat suku bunga di masa depan secara
akurat. Namun meramalkan tingkat suku bunga yg akurat
secara konsisten, sangat sulit, dan bahkan banyak orang
mengatakan sesuatu yang mustahil. Meramalkan tkt suku
bunga akan berfluktuasi adalah mudah, karena memang selalu
berfluktuasi.
• Dalam kenyataan ini kebijakan keuangan yg baik meminta
dilakukannnya pencampuran utang jangka pendek dan jangka
panjang, dan sekaligus juga ekuitas untuk memposisikan
perusahaan sehingga perusahaan bertahan hidup menghadapi
lingkungan tingkat suku bunga apapun juga.
• Contoh: lihat hal 195-buku 1)

Anda mungkin juga menyukai