SI Revisi-1
SI Revisi-1
4. Kartika Retnaningrum(19)
Maluku Selatan saat itu. Seorang mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur, Mr. Dr.
Christian Robert Soumokil, memproklamirkan berdirinya Republik Maluku Selatan pada
tanggal 25 April 1950. Hal ini merupakan bentuk penolakan atas didirikannya NKRI,
Soumokil tidak setuju dengan penggabungan daerah-daerah Negara Indonesia Timur ke
dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Dengan mendirikan Republik Maluku
Selatan, Ia mencoba untuk melepas wilayah Maluku Tengah dan NIT dari Republik
Indonesia Serikat.
● Berdirinya Republik Maluku Selatan ini langsung menimbulkan respon pemerintah yang
merasa kehadiran RMS bisa jadi ancaman bagi keutuhan Republik Indoensia Serikat. Maka
dari itu, pemerintah langsung ambil beberapa keputusan untuk langkah selanjutnya.
Upaya Peredaman Pemberontakan
Di Belanda
Duta besar Indonesia untuk Belanda, Yunus Effendi Habibie, memberitahu Radio Netherlands
Worldwide bahwa Indonesia senang mengetahui bahwa pemerintahan terasing Maluku tidak lagi
memperjuangkan kemerdekaan. Menurut Habibie, penduduk Maluku sudah diberikan hak otonomi,
sehingga situasi masa kini tidak perlu diubah lagi. Ia menolak kemerdekaan Maluku. Komentar
Habibie muncul setelah Presiden Maluku dalam pengasingan, John Wattilete, mengatakan bahwa
negara Maluku tidak lagi menjadi prioritas utamanya. Meski kemerdekaan masih menjadi tujuan
terakhir, ia menyatakan puas dengan otonomi yang juga diberlakukan di Aceh. Katanya, "Hal paling
penting adalah penduduk Maluku bisa memimpin daerahnya sendiri.
Pada bulan April 2010 John Wattilete menjadi presiden kelima RMS. Ia adalah presiden pertama yang
berasal dari generasi kedua suku Maluku di Belanda dan dianggap lebih pragmatis dibanding presiden-
presiden sebelumnya. Akan tetapi, sehari sebelum kunjungan kenegaraan Presiden Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono ke Belanda, pertama kali sejak 1970, Wattilete mengeluarkan perintah hukum
agar Presiden ditahan setelah menginjakkan kaki di Belanda. Meski sejumlah pakar hukum menyebut
aksi ini tidak berperasaan dan gagal, Presiden Yudhoyono membatalkan kunjungannya keesokan
harinya.
Di Indonesia
Penduduk Maluku Selatan mayoritas beragama Kristen, tidak seperti wilayah-wilayah lain di
Indonesia yang didominasi Muslim. Republik Maluku Selatan juga didukung oleh Muslim
Maluku pada masa-masa awalnya. Saat ini, meski mayoritas penganut Kristen di Maluku
tidak mendukung separatisme,ingatan akan RMS dan tujuan-tujuan separatisnya masih
bergaung di Indonesia. Umat Kristen Maluku, saat kekerasan sekte 1999-2002 di Maluku,
dituduh memperjuangkan kemerdekaan oleh umat Islam Maluku. Tuduhan ini berhasil
membakar semangat umat Islam untuk melawan dengan mendirikan Laskar Jihad. Situasi
tersebut tidak diperparah oleh fakta bahwa umat Kristen Maluku di luar negeri memang
memperjuangkan berdirinya RMS.
Di Maluku, Piagam Malino II ditandatangani untuk mengakhiri konflik dan menciptakan
perdamaian di Maluku. Penduduk Maluku mengaku "menolak dan menentang segala jenis
gerakan separatis, termasuk Republik Maluku Selatan (RMS), yang mengancam kesatuan
dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia". Akan tetapi, saat presiden Indonesia
berkunjung ke Ambon pada musim panas 2007, sejumlah simpatisan RMS melancarkan
provokasi dengan menari Cakalele dan mengibarkan bendera RMS.Sejak 1999, sebuah
organisasi baru bernama Front Kedaulatan Maluku (FKM) beroperasi di Ambon,
mengumpulkan senjata, dan mengibarkan bendera RMS di tempat-tempat umum. Pemimpin
FKM, Alex Manuputty, mengungsi ke Amerika Serikat dan terus memperjuangkan
kemerdekaan.
Dampak Negatif Pemberontakan RMS
Adanya pemberontakan
RMS pastinya membuat Dibandingkan dengan dampak positif, RMS lebih banyak
masyarakat, terutama memberikan dampak negatif terutama bagi negara Indonesia.
masyarakat Maluku Beberapa dampak tersebut diantaranya seperti:
kembali sadar akan Jatuhnya korban jiwa dan kerusakan materiil
pentingnya kesatuan Dampak yang sangat jelas terlihat dari adanya pemberontakan RMS
bangsa. Selain itu, adalah banyaknya korban jiwa yang berjatuhan dan juga
diterapkannya kembali adanya kerusakan materiil. Pemberontakan yang terjadi
menimbulkan kericuhan dan juga ancaman tidak hanya bagi
penghargaan dan juga
kestabilan Indonesia saja, tetapi juga menimbulkan ancaman
pengembalian pedoman
bagi masyarakat. Banyaknya korban yang yang ditimbulkan
atau orientasi adat istiadat baik dari anggota RMS maupun dari pihak pemerintah
serta budaya Maluku pada Indonesia pastinya menjadi dampak yang negatif, belum lagi
masyarakat setempat. dengan banyaknya fasilitas negara maupun masyarakat yang
Dimana kondisi tersebut menjadi rusak pula.
juga menyadarkan Hubungan antar kelompok di Maluku terganggu
masyarakat Maluku akan Berdirinya RMS dan terjadinya pemberontakan juga menyebabkan
pentingnya dan kokohnya hubungan antar kelompok di Maluku terganggu, terutama bagi
adat istiadat dan juga kelompok pendukung RMS dan kelompok pendukung NKRI.
kebudayaan Maluku itu RMS menimbulkan berbagai contoh konflik sosial dalam
masyarakt di wilayah Maluku, keadaan tersebut juga
sendiri.
menyebabkan masyarakat bingung akan status
kewarganegaraan mereka, sehingga hubungan antar anggota
Dampak Positif Pemberontakan RMS masyarakat juga terganggu.
Dampak Negatif Pemberontakan RMS lainnya: