Anda di halaman 1dari 17

PTERIGIUM

OLEH : Altirsa Warni Samara


PEMBIMBING : dr. Sarah M. Josephina, Sp.M
DEFINISI body

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan jaringan


fibrovaskular konjungtiva bersifat degeneratf dan invasif yang
berbentuk segitiga biasanya terletak pada celah kelopak
bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke
daerah kornea (mirip daging yang menjalar ke kornea).

cap
head
EPIDEMIOLOGI
MORBIDITAS DAN
 Kelainan mata yang umum di banyak bagian MORTALITAS
dunia, dengan prevalensi yang dilaporkan berkisar
antara 0,3%-29%.  
 Jenis Kelamin Laki-laki > Wanita
 Daerah Tropis prevalensi yang sangat tinggi
(23,4%)  Umur Untuk pasien umurnya diatas 40 tahun
mempunyai prevalensi yang tertinggi,
sedangkan pasien yang berumur 20-40 tahun
dilaporkan mempunyai insidensi pterygium
yang paling tinggi.
ETIOLOGI

Etiologi pasti belum diketahui diduga disebabkan Oleh :

Iritasi kronik dari lingkugnan : Agin, Debu,


Polutan)

Cahaya matahari : Paparan sinar UV


PATOFISIOLOGI

UV-B , debu
Degenarasi elastoid; menembus kornea
proliferasi jaringan (kerusakan membran
Granulasi fibrovaskular bowman)

penebalan dan pertumbuhan mengeluarkan substrat untuk


konjungtiva bulbi yang pertumbuhan pterigium
menjalar ke kornea.
GRADING

Grade I : Pterigium hanya terbatas pada limbus kornea


Grade II : Pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak > 2 mm melewati kornea
Grade III : Pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata
dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm)
Grade IV : Pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan
GEJALA KLINIS

Gejala klinis pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering


tanpa keluhan sama sekali.

Beberapa keluhan yang sering dialami pasien seperti:


 Mata sering berair
 Tampak merah
 Merasa seperti ada benda asing
 Dapat timbul astigmatisme akibat
kornea tertarik
 Pada pterigium lanjut stadium 3 dan
4 dapat menutupi pupil dan aksis
visual sehingga tajam penglihatan
menurun.
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan visus naturalis


Pemeriksaan slit lamp
Pemeriksaan slit lamp
 Cap
 Head Stocker’s line


 Body
 Islet of fuch (pulau-pulau kecil)
Stocker’s line (deposit pigmen besi)
Cap
Body
Head Islet of fuch
DIAGNOSIS BANDING

Pinguecula
 Keadaan ini tampak sebagai nodul
kuning pada kedua sisi kornea di daerah
apertura palpebra.
 Nodul terdiri dari jaringan hialin dan
jaringan elastik kuning, jarang bertumbuh
besar, tetapi sering meradang
DIAGNOSIS BANDING

Pseudopterigium
 Suatu reaksi dari konjungtiva oleh
karena ulkus kornea.
 Terjadi akibat pembentukan jaringan
parut pada konjungtiva yang berbeda
dengan pterigium, dimana pada
pseudopterigium terdapat adhesi
antara konjungtiva yang sikatrik
dengan kornea dan sklera.
 
Pterigium Pseudopterigium
Sebab Proses degeneratif Reaksi tubuh penyembuhan dari luka
bakar, GO, difteri, dll.

Sonde Tak dapat dimasukkan di bawahnya Dapat dimasukkan dibawahnya

Kekambuhan Residif Tidak

Usia Dewasa Anak


TATALAKSANA

Pterigium ringan (grade I dan II) tidak perlu pengobtan, cukup menggunakan
kacamata untuk mengurangi paparan sinar UV dan menghambat pertumbuhan
dari wing shape.

Jika pterigium diiringi iritasi: NSID (Na. Diclofenac 2,5 mg 1 tetes 2 kali sehari)
dan antibiotik tetes mata bila diperlukan.

Pembedahan
Indikasi Operasi:
• Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus
• Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil
• Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau karena
astigmatismus
• Kosmetik, terutama untuk penderita wanita.
• Melibatkan eksisi kepala dan tubuh pterigium.
Teknik Bare Sclera • Tingkat kekambuhan tinggi, antara 24% dan 89%.

• pengambilan autograft, biasanya dari konjungtiva bulbar


Teknik Autograft superotemporal, dan dijahit di atas sclera yang telah di
Konjungtiva eksisi pterygium.
• dilaporkan angka kekambuhan sangat rendah

• peneliti telah menyatakan bahwa membran amnion berisi


faktor penting untuk menghambat peradangan, fibrosis
Cangkok Membran dan epithelialisasi.
Amnion • Membran Amnion biasanya ditempatkan di atas sklera ,
dengan membran basal menghadap ke atas dan stroma
menghadap ke bawah.
TERAPI TAMBAHAN

MMC

• Kemampuannya untuk menghambat fibroblas.


• Aplikasi intraoperative MMC (Mitomycin–C) langsung ke sclera setelah eksisi
pterygium, dan penggunaan obat tetes mata MMC topikal setelah operasi.
• Aplikasi Intraoperative untuk mengurangi toksisitas

Beta iradiasi

• Menghambat mitosis pada sel-sel dengan cepat dari pterygium.


• Efek buruk dari radiasi termasuk nekrosis scleral , endophthalmitis dan pembentukan
katarak
KOMPLIKASI

1. Komplikasi dari pterigium meliputi sebagai berikut


• Gangguan penglihatan - Mata kemerahan
• Iritasi
• Gangguan pergerakan bola mata.
• Timbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan kornea
• Dry Eye sindrom.

2. Komplikasi post-operatif bisa sebagai berikut:

• Infeksi
• Ulkus kornea
• Graft konjungtiva yang terbuka
• Diplopia
• Adanya jaringan parut di kornea.
• Yang paling sering dari komplikasi bedah pterigium adalah Kekambuhan
PROGNOSIS

- Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi menjadi baik.

- Kebanyakan pasien dapat beraktivitas lagi setelah 48 jam post


operasi.

- Pasien dengan pterigium rekuren dapat dilakukan eksisi ulang dan


graft dengan konjungtiva auto graft atau transpalantasi membrane
amnion.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai