Anda di halaman 1dari 40

Asuhan Keperawatan

Penyakit Terminal

Hermani Triredjeki
Definisi
• Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang
tidak bisa disembuhkan lagi.
• Kematian adalah tahap akhir kehidupan.
Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti periode sakit yang
panjang
• Suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan
fisik , psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito ,1995 )

• Pasien Terminal adalah : Pasien –pasien yang


dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka akan
meninggal atau keadaan mereka makin lama makin
memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk ,hal 282, 1999 )
Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam
kondisi terminal/ mengancam hidup, antara lain :

 Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia,


Edema Pulmonal,Sirosis Hepatis, Penyakit
Ginjal Kronis, Gagal Jantung & Hipertensi
Kondisi Keganasan : Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca
Pankreas, Ca Liver, Leukemia
• Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke,
Hydrocephalus dll
• Keracunan seperti keracunan obat, makanan,
zat kimia
• Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis,
Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung)
ginjal dll.
Doka (1993) menggambarkan respon
terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam
empat fase, yaitu :
• Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala
atau factor resiko penyakit
• Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien
dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,
termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun
psikologis.
• Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan
pengobatannya.
• Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi
hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
Respon Kehilangan
1. Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi
wajah, ketakutan, cara tertentu untuk
mengulurkan tangan.
2. Cemas dengan cara menggerakkan otot
rahang kemudian mengendor
• Gambaran problem yang dihadapi pada
kondisi terminal antara lain :
• Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular,
cepat/ lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental;
agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
• Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi/
imobilitas memperlambat peristaltic, kurang
diet serat & asupan makanan jg
mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal
karena pengobatan/ kondisi penyakit , retensi
urin, inkontinensia urin akibat penurunan
kesadaran / kondisi penyakit mis trauma
medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan
• Problem Nutrisi & Cairan; asupan makanan &
cairan & peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering & pecah-pecah, lidah
kering & membengkak, mual, muntah, cegukan,
dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun
• Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan
• Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur,
refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada
kornea, Pendengaran & kemampuan
berkonsentrasi serta sensasi menurun.
• Problem nyeri ; ambang nyeri menurun,
pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena,
klien harus selalu didampingi u/ menurunkan
kecemasan & meningkatkan kenyamanan
• Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah
baring lama menimbulkan masalah pada kulit
sehingga pasien terminal memerlukan
perubahan posisi yang sering.
• Masalah Psikologis ; klien terminal & orang
terdekat biasanya mengalami banyak
respon emosi, marah & putus asa seringkali
ditunjukan. Problem psikologis lain :
ketergantungan, hilang control diri, tidak
mampu lagi produktif dalam hidup,
kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi / barrier
komunikasi.
• Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa
hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal
& menderita peny. kronis yg lama dpt
memaknai kematian sbg kondisi peredaan
terhdp penderitaan. Sebagian beranggapan
bahwa kematian sbg jalan menuju kehidupan
kekal yg akan mempersatukannya dgn orang2
yg dicintai. Sedangkan yg lain beranggapan
takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian
Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi
Terminal Illnes
 1. Closed Awareness
Dalam hal ini klien dan keluarga tidak
menyadari datangnya kematian, tidak tahu
mengapa sakit & percaya akan sembuh.
2.      Mutual Pretense
Dalam hal ini klien, kelg, team kesehatan tahu
bahwa kondisinya terminal tetapi merasa tidak
nyaman & menghindari membicarakan kondisi
yg dihadapi klien. Ini berat bagi klien karena
tidak dapat mengekspresikan kekuatannya.
3.   Open Awareness
Pada kondisi ini klien & orang disekitarnya
tahu bahwa dia berada diambang
kematian sehingga tidak ada kesulitan u/
membicarakannya. Pada tahap ini klien
dapat dilibatkan / proses intervensi
keperawatan.
3.   Open Awareness
Pada kondisi ini klien & orang disekitarnya
tahu bahwa dia berada diambang
kematian sehingga tidak ada kesulitan u/
membicarakannya. Pada tahap ini klien
dapat dilibatkan / proses intervensi
keperawatan.
Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal
secara umum/cara mengurangi syok :
1. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian,
takut dan depresi
2. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa
berguna
3. Membantu klien menerima rasa kehilangan
4. Membantu kenyamanan fisik
5. Mempertahankan harapan (faith and hope)
6.Pengabdian yang tulus dengan hati nurani
yang ikhlas
7.Seulas senyum yang ikhlas dari seorang
perawat bisa memberikan secercah harapan
kesembuhan untuk seorang pasien
8.Membantu klien agar siap meninggal dengan
tenang
9.Memenuhi kebutuhan spiritual
• FOKUS ASPEK PSIKOSOSIAL.
• a)     PENGKAJIAN
• Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal,
menggunakan pendekatan holistik yaitu suatu
pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan
hanya pada penyakit dan aspek pengobatan saja
tetapi juga aspek psikososial lainnya. Salah satu
metode untuk membantu perawat dalam mengkaji
psikososial pada klien terminal yaitu dengan metode
“ PERSON “
P : Personal Stranghai
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya
hidup, kegiatan/ pekerjaan
E : Emotional Reaction
Reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien
R : Respon to Stres.
Respon klien terhadap situasi saat ini atau di masa lalu.
S : Support Sistem.
Keluarga atau orang lain yang berarti
O : Optimum Health Goal
Alasan untuk menjadi lebih baik ( motivasi )
N : Nexsus
Pengkajian yang perlu diperhatikan dengan klien
penyakit terminal menggunakan pendekatan :
a.    Faktor predisposisi.
• Faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada
penyakit terminal, sistem pendekatan bagi klien. Ras Kerud
telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:
1)     Riwayat psikososial
2)     Banyaknya distress yang dialami dan respon
terhadap krisis
3)     Kemampuan koping
4)     Tingkat perkembangan
5)     Adanya reaksi sedih dan kehilangan
b.    Faktor sosio kultural
Klien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan, pola
kultur terhadap kesehatan, penyakit dan kematian yang
dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal
c.    Faktor presipitasi
1)     Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan
kematian.
2)     Faktor transisi dari arti kehidupan menuju
kematian
3)     Support dari keluarga dan orang terdekat
4)     Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak
terpenuhi sehingga klien menarik diri , cepat
tersinggung dan tidak ada semangat hidup
d.    Faktor perilaku
1)     Respon terhadap klien
2)     Respon terhadap diagnosa
3)     Isolasi sosial
• Perubahan fisik saat kematian mendekat
1. pasien kurang rensponsif
2. fungsi tubuh melambat
3. pasien berkemih dan defekasi secara tidak
sengaja
4. rahang cendrung jatuh
5. pernafasan tidak teratur dan dangkal
6. sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi
cepat dan melemah
7. kulit pucat
8. mata membelalak dan tidak ada respon terhadap
cahaya
Faktor-Faktor yang perlu dikaji
• a.      Faktor Fisik
• Pada kondisi terminal klien dihadapkan pd berbagai
masalah pd fisik. Gejala a.l perubahan pd
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi,
kulit, tanda-2 vital, mobilisasi, nyeri.
• Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yg
tjd pd klien, klien mungkin mengalami berbagai
gejala selama berbulan-2 sebelum tjd kematian.
Perawat harus respek terhdp perubahan fisik yg tjd
pd klien terminal karena hal tsb menimbulkan
ketidaknyamanan & penurunan kemampuan klien
dalam pemeliharaan diri.
b.      Faktor Psikologis
• Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam
kondisi terminal. Perawat harus peka & mengenali
kecemasan yg terjadi pd pasien terminal, harus bisa
mengenali ekspresi wajah yg ditunjukan apakah
sedih, depresi, /marah. Perawat harus mengenali
tahap-2 menjelang ajal yg tjd pd klien terminal.
• Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang
menjelang ajal menunjukan lima tahapan, yaitu :
• Denial (menolak), pada tahap ini individu
menyangkal dan bertindak seperti tidak terjadi
sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam
kondisi terminal. Pernyataan seperti ‘ tidak mungkin,
hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan
mati karena kondisi ini’ umum dilontarkan klien.
• Anger (Marah) individu melawan kondisi
terminalnya, dia dapat bertindak pada seseorang
atau lingkungan di sekitarnya. Tindakan seperti tidak
mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak
ingin makan, adalah respon yang mungkin ditunjukan
klien dalam kondisi terminal.
• Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya
membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kematian. Seperti “ Tuhan beri
saya kesembuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan
berbuat baik dan mengikuti program pengobatan’.
• Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau
kondisi semakin memburuk klien merasa terlalu
sangat kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi
kesenjangan, klien banyak berdiam diri dan
menyendiri.
• Aceptance(Penerimaan), reaksi fisiologis semakin
memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah pada
keadaan atau putus asa.
Peran perawat adalah mengamati perilaku pasien
terminal, mengenali pengaruh kondisi terminal
terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang
empatik.
c.      Faktor Sosial
• Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien
selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini
pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung,
tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya
tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi.
Perawat harus bisa mengenali tanda klien
mengisolasi diri, sehingga dapat dukungan social
bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat
untuk selalu menemani klien.
d.      Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien
akan proses kematian, bagaimana sikap pasien
menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin
berontak akan keadaannya.
Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti
ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh
agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
RENTANG RESPON
Respon Adaptif
• a.      Masih punya harapan
• b.     Berkeyakinan bisa sembuh
Respon Mal Adaptif
• a.      Keputusasaan
• b.     Pasrah
Respon Ketidakpastian
Respon antara adaptif dan mal adaptif
Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien Terminal

• Nilai, sikap, keyakinan, & kebiasaan adalah aspek


cultural/budaya yg mempengaruhi reaksi klien
menjelang ajal & kelg mengekspresikan berduka dan
menghadapi kematian/menjelang ajal. Perawat tidak
boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal
berdasarkan etika, norma, & budaya,  sehingga
reaksi menghakimi harus dihindari. Keyakinan
spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan. Perawat harus mampu memberikan
ketenangan melalui keyakinan-2 spiritual, harus
sensitive terhdp keb. ritual pasien , sehingga keb.
spiritual klien menjelang kematian dpt terpenuhi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• a) Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang
berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak
dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif
pada gaya hidup

• b) Berduka yang behubungan dengan penyakit


terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain
c) Perubahan proses keluarga yang berhubungan
dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan
hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh
dengan stres ( tempat perawatan )

d) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan


dengan perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang privacy atau ketidak mampuan
diri dalam menghadapi ancaman kematian
KRITERIA HASIL
a) Klien atau keluarga akan :
1. mengungkapkan ketakutan yg berhubungan
dengan gangguan
2. menceritakan pikiran tentang efek gangguan
pada fungsi normal , tanggung jawab peran
dan gaya hidup
b) Klien akan :
1. mengungkapkan kehilangan dan perubahan
2. mengungkapkan perasaan yang berkaitan
kehilangan dan perubahan
3. menyatakan kematian akan terjadi
• Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
Mempertahankan hubungan erat yang efektif,
yang dibuktikan dengan cara berikut:
a. menghabiskan waktu bersama klien
b. mempertahankan kasih sayang , komunikasi
terbuka dgn klien
c. berpartisipasi dalam perawatan
c) Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan:
1. Megungkapkan akan kekhawatirannya
mengenai prognosis klien
2. Mengungkapkan kekhawatirannnya mengenai
lingkungan tempat perawatan
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan
kontinu selama perawatan klien

d) klien akan mempertahankan praktik spritualnya


yg akan mempengaruhi penerimaan terhdp
ancaman kematian
Pokok – pokok  dalam memberikan bimbingan
dan konseling dalam perawatan pasien
Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal

terminal terdiri dari :


   Peningkatan Kenyamanan.
   Pemeliharan Kemandirian
   Pencegahan Kesepian dan Isolasi
   Peningkatan Ketenangan Spiritual
   Dukungan untuk keluarga yang berduka
Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien
terminal
• Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada
pasien terminal atau keluarganya, harus ditetapkan
tujuan bersama.
• Bimbingan yang diberikan harus berfokus pada
peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa kualitas
hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada
aspek perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai