Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYEDUHAN TERHADAP KUALITAS

TEH DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.)

Nidhamul Fikri
1505105010003

Dosen Pembimbing
Pembimbing 1 : Rasdiansyah, S.T.,M.T
Pembimbing 2 : Fahrizal, S. TP., M.Sc

Dosen Penguji
Penguji 1 : Dr. Murna Muzaifa, S.TP., M.P
Penguji 2 : Dr.Ir. Yusya’ Abubakar, M.Sc
BAB I. PENDAHULUAN

Teh adalah jenis minuman yang


paling banyak dikonsumsi setelah air,
selain sebagai minuman yang
menyegarkan, teh juga memiliki
banyak khasiat bagi tubuh.

Teh tidak hanya terbuat dari daun


tanaman teh (Camellia sinensis),
namun dapat dibuat dari daun yang
lain seperti daun sirsak, daun kelor,
dan daun kersen.
Manfaat dari teh dapat memicu
keluarnya keringat, mempelancar
keluarnya air seni, menguatkan
lambung, membangkitkan fungsi
otak, dan memulihkan sembelit
(Jampes, 2009).
BAB I. PENDAHULUAN
Daun kersen dapat dimanfaatkan
sebagai minuman herbal karena
daun kersen mengandung flavonoid,
glikosida, tanin, steroid, saponin, dan
minyak esensial (Prasetyo dan
Pangsoko, 2014).

Menurut Agus (2015), daun kersen


dapat dijadikan minuman teh yang
memiliki banyak khasiat. Berdasarkan dari pengamatan
lapangan, potensi daun kersen
sangat besar namun
Daun Kersen (Muntinala calabura L.) pemanfaatannya masih sangat
kurang.
BAB I. PENDAHULUAN
Pada penelitian Yuningsi (2012) dan fajar (2018) menunjukan bahwa kualitas minuman teh dapat
Perumusan dipengaruhi oleh suhu dan lama penyeduhan. Kedua faktor tersebut merupakan hal yang penting
Masalah untuk dikaji agar dapat mengetahui kualitas teh daun kersen terhadap kandungan yang ada di
dalamnya. Pada penelitian ini akan digunakan suhu 80 0C, 90 0C, dan 100 0C dengan waktu
penyeduhan (kontak bahan) dengan air selama 6, 9, dan 12 menit

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas teh daun kersen berdasarkan pengaruh suhu dan
Penelitian lama penyeduhan .

Hipotesis
Diduga lama suhu dan lama penyeduhan berpengaruh terhadap kualitas teh daun kersen
Penelitian
BAB I. PENDAHULUAN

Sebagai sumber informasi untuk menghasilkan minuman herbal dengan bahan dasar dari daun
kersen..

Tujuan Sebagai sumber pengetahuan dan informasi ilmiah yang menjadikan teh daun kersen ini minuman
Penelitian fungsional yang bernilai ekonomis.

Memberikan informasi pembuatan minuman teh daun kersen agar dapat dijadikan sebagai peluang
bisnis untuk mengembangkan usaha minuman herbal.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kersen merupakan tanaman


yang dapat tumbuh dan berbuah dengan
cepat sepanjang tahun. Tanaman kersen
berasal dari Filipina dan tersebar ke
Indonesia sekitar abad ke-19, tumbuhan
kersen merupakan tanaman liar yang
mudah tumbuh sehingga sering digunakan
sebagai tumbuhan peneduh karena
mimiliki daun yang rindang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Daun kersen memiliki warna hijau


dan berbulu halus

Menurut Hariono (2010), kandungan


senyawa flavonoid yang terdapat
didalam daun kersen memiliki khasiat
menghambat sel kanker.

Menurut Haki (2009), di negara Peru


daun kersen telah lama
dimanfaatkan sebagai minuman
herbal dengan khasiat mengobati
sakit kepala dan anti radang.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Teh Daun Kersen

Teh merupakan minuman yang


umumnya diperoleh dari seduhan
Menurut Rethaningrum (2018), suatu
pucuk daun teh dengan
minuman dapat dikatakan teh apabila
menggunakan air panas
mengandung beberapa senyawa
antara lain seperti katekin, asam
amino, dan tanin.

Teh mempunyai banyak jenis yaitu


teh oolong, teh hijau, teh hitam, dan
teh herbal (Aoshima et al., 2007).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
PENYEDUHAN

faktor yang mempengaruhi proses


penyeduhan adalah suhu dan lama Proses penyeduhan merupakan tahap
penyeduhan. Semakin tinggi suhu air dan terjadinya proses ekstraksi senyawa aroma dan
lama proses penyeduhan maka flavor oleh air panas. Menurut (Lingle, 2001)
kemampuan air dalam mengekstrak secara garis besar ada 3 proses yang dapat
kandungan kimia yang terdapat di dalam terjadi selama penyeduhan, yaitu wetting,
teh semakin tinggi.. ekstraksi, dan hidrolisis
BAB III. METODELOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pangan dan Industri, Laboratorium Analisis
Pangan dan Hasil Penelitian dan Laboratorium Uji Sensoris Program Studi Teknologi Hasil Penelitian,
Fakultas Pertanian Unisvesitas Syiah Kuala. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2020

ALAT
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : ember, terpal jemur, ayakan 20 mesh, timbangan
analitik, blender, baskom, panci, thermometer, sendok, beaker glass, kertas saring, tabung reaksi, gelas
ukur, pipet tetes, kertas saring, erlenmeyer, saringan, desikator, kuvet, kertas label dan UV-Vis
Spektrofotometer
BAB III. METODELOGI PENELITIAN

BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : daun kersen yang diperoleh dari Banda Aceh
dan Aceh Besar, air, larutan 1,1-dphynil-2-picrylhdrazil (DPPH) dalam methanol 0,2 mM, 0,3 ml FeCL3,
Na2CO3, standar asam galat, kloroform, asam klorogenat, etanol dan aquades.
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian

ulangan
Penelitian ini menggunakan suhu (P) lama penyeduhan (W)
U1 U2 U3
Rancangan Acak Kelompok
6 menit P1W1U1 P1W1U2 P1W1U3
(RAK) faktorial yang terdiri
800C 9 menit P1W2U1 P1W2U2 P1W2U3
dari 2 faktor. Faktor 1 yaitu
pengaruh suhu (P) yang 12 menit P1W3U1 P1W3U2 P1W3U3
terdiri atas 3 taraf yaitu P1= 6 menit P2W1U1 P2W1U2 P2W1U3
80 ˚C P2= 90 ˚C dan P3= 100 900C 9 menit P2W2U1 P2W2U2 P2W2U3
˚
C . Faktor 2 yaitu lama 12 menit P2W3U1 P2W3U2 P2W3U3
waktu penyeduhan teh 6 menit P3W1U1 P3W1U2 P3W1U3
yang terdiri atas 3 taraf 1000C 9 menit P3W2U1 P3W2U2 P3W2U3
yaitu W1= 6 menit, W2= 9 12 menit P3W3U1 P3W3U2 P3W3U3
menit dan W3= 12 menit,
semua perlakuan diulang
sebanyak 3 kali sehingga
didapatkan 27 kali satuan
percobaan
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian

Data
  hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).
Model persamaan linear yang digunakan untuk rancangan ini adalah sebagai berikut (Sastrosupadi, 2000).
Yijk =+ Ji + Pj + Gk + (KG)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Hasil pengamatan pada faktor ulangan ke-i yang memperoleh perlakuan pada factor konsentrasi suhu
penyeduhan (P) taraf ke-j dan faktor waktu penyeduhan (W) taraf ke-k
μ = Nilai tengah atau pengaruh rata-rata umum
Ji = Pengaruh kelompok ke-i
Kj = Pengaruh suhu penyeduhan (P) pada taraf ke-j
Gk = Pengaruh lama waktu penyeduhan (W) pada taraf ke-k
(KG)ij = Pengaruh interaksi faktor formulasi suhu penyeduhan (P) taraf ke-j dan faktor lama waktu
penyeduhan (W) taraf ke-k
ԑijk = Pengaruh galat pada faktor ulangan ke-i dari faktor pengaruh suhu (P) taraf ke-j dan lama waktu
penyeduhan (W) taraf ke-i
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Daun kersen
A
seger

Disortir, dicuci kotoran Di timbang sebanyak 2 gram

Dikeringkan mennginkan matahari 3-5 Dimasukan dalam kemasan teh


hari ( 1 hari 8 jam) celup

Serbuk daun
kersen
Disimpan
dalam wadah
kering

Digiling
Diagram Alir Pembuatan
Serbuk Daun Kersen
A
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
PROSEDUR PENELITIAN

Serbuk daun
Kersen

Diseduh pada suhu 80˚C, 90 ˚C, 100


˚C selama 6 menit, 9 menit, 12 menit

Diagram Alir Teknik Teh Daun


Analisis:

Penyeduhan Teh Daun Kersen Fisikokimia

Kersen Kadar Tanin


Aktivitas antioksidan
Sensori , meliputi:
a. Warna
b. Aroma
c. Rasa
d. keseluruhan
 
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Tanin
Kadar tanin pada penelitian ini berada pada rentang 0,01% –
0,18% dengan rerata yaitu 0,09%. Sedangkan menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI) tahun 1992 minuman teh dalam
kemasan hanya ditetapkan uji kualitatif dan hasil uji yang 0.60 b
0.52
seharusnya hasil positif. Hal ini membuktikan bahwa minuman 0.50
teh alami dan bukan perisa teh.
0.40

Kadar Tanin (%)


Dari hasil sidik ragam menunjukan bahwa suhu 0.30
penyeduhan (P) berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) sedangkan a a
lama penyeduhan berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) dan 0.20
0.16 0.17
interaksi kedua perlakuan (PW) berpengaruh tidak nyata 0.10
(P≥0,05) terhadap kadar tanin.
0.00
80˚C (P1) 90˚C (P2) 100˚C (P3)
Menurut Jyosmita (2015), Tinggi rendahnya kadar tanin Suhu Penyeduhan (P)
pada seduhan teh dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar
ekstrak dalam air seduhannya dikarenakan tanin erat
hubungannya dengan rasa seduhan teh yang bisa memberikan
rasa pahit pada seduhan tersebut. Kadar tanin dapat terekstrak
maksimal pada suhu yang lebih tinggi ( Nurul Dkk., 2018).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas anti oksidan
Nilai aktivitas antioksidan pada penelitian ini berkisar antara
2,31% – 3,86% dengan rerata yaitu 2,98% (netral). Dari hasil
analisis sidiq ragam menunjukan bahwa suhu penyeduhan (P)
berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) sedangkan lama penyeduhan e e
3.50 d d 3.27 d cd 3.31
berpengaruh nyata (P≤0,05) dan interaksi kedua perlakuan 3.05 c 3.03 b 3.002.96
2.91
(PW) berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap aktivitas 3.00 a 2.77
2.57
antioksidan.

Aktivitas Antioksidan (%)


2.50

2.00
Nilai aktivitas antioksidan yang paling tinggi pada
P1 (80˚C)
penelitian ini diperoleh pada waktu penyeduhan 12 menit 1.50 P2 (90˚C)
P3 (100˚C)
dengan suhu 100°C yaitu sebesar 3,31%. Hal ini dikarenakan 1.00
penyeduhan suhu 100°C selama 12 menit merupakan waktu
0.50
optimum.
0.00
W1 (6 menit) W2 (9 menit) W3 (12 menit)
Menurut hapsari (2013), Aktivitas antioksidan berbanding Lama Penyeduhan
lurus dengan kenaikan temperatur karena semakin tinggi
temperatur maka energi panas yang diberikan kepada sampel
semakin tinggi dan senyawa yang terekstrak akan semakin
banyak.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Sensori

a. Warna
Nilai hedonik warna berkisar antara 2,75% (tidak suka)
hingga 3,50% (netral) dengan rata-rata 3,55 (suka). Hasil sidik 4.00
ragam menunjukkan bahwa interaksi faktor pada teh kersen d d
3.50 3.34 c c 3.34 b a bc
(PW) berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap nilai 3.12 d 3.11 b 2.912.772.98
3.00
3.00 2.96
hedonik warna teh kersen.

Nilai Hedonik Warna


2.50
Perlakuan terbaik terhadap skor warna yang disukai oleh
panelis adalah perlakuan pada suhu 80°C selama 6 menit dan 2.00 P1 (80˚C)
P2 (90˚C)
suhu 90°C selama 9 menit dengan nilai uji skor warna yang 1.50
P3 (100˚C)
tertingi yaitu 3,34 yang berarti jumlah penelis yang menyukai 1.00
dan tidak menyukai warna teh daun kersen yang diuji hampir 0.50
sama.
0.00
Menurut Dewata (2017), Ada empat hal yang W1 (6 menit) W2 (9 menit) W3 (12 menit)

menyebabkan suatu bahan berwarna, yaitu pigmen yang Lama Penyeduhan Teh (W)

secara alami terdapat dalam tanaman, reaksi karamelisasi,


warna gelap yang timbul akibat reaksi yang terjadi, dan reaksi
oksidasi oleh adanya penambahan zat warna.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Sensori

a. Warna
Nilai hedonik warna berkisar antara 2,75% (tidak suka)
hingga 3,50% (netral) dengan rata-rata 3,55 (suka). Hasil sidik 4.00
ragam menunjukkan bahwa interaksi faktor pada teh kersen d d
3.50 3.34 c c 3.34 b a bc
(PW) berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap nilai 3.12 d 3.11 b 2.912.772.98
3.00
3.00 2.96
hedonik warna teh kersen.

Nilai Hedonik Warna


2.50
Perlakuan terbaik terhadap skor warna yang disukai oleh
panelis adalah perlakuan pada suhu 80°C selama 6 menit dan 2.00 P1 (80˚C)
P2 (90˚C)
suhu 90°C selama 9 menit dengan nilai uji skor warna yang 1.50
P3 (100˚C)
tertingi yaitu 3,34 yang berarti jumlah penelis yang menyukai 1.00
dan tidak menyukai warna teh daun kersen yang diuji hampir 0.50
sama.
0.00
Menurut Dewata (2017), Ada empat hal yang W1 (6 menit) W2 (9 menit) W3 (12 menit)

menyebabkan suatu bahan berwarna, yaitu pigmen yang Lama Penyeduhan Teh (W)

secara alami terdapat dalam tanaman, reaksi karamelisasi,


warna gelap yang timbul akibat reaksi yang terjadi, dan reaksi
oksidasi oleh adanya penambahan zat warna.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Sensori

b. Aroma
Nilai aroma pada penelitian ini berkisar 2,55% (tidak
suka), 3,38% (sangat suka) dengan rerata yaitu 2,99% (suka).
Sidik ragam menunjukkan bahwa suhu penyeduhan (P)
berpengaruh nyata (P≤0,05) dan lama penyeduhan (W) 3.50
a b b c bc ab
3.15 bc c 3.173.18 c 3.042.952.95
berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) sedangkan interaksi kedua
3.00 2.802.92 2.75
perlakuan (PW) berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap sensori
2.50

Nilai Hedonik Aroma


aroma teh daun kersen. P1 (80˚C)
2.00 P2 (90˚C)
Perlakuan terbaik terhadap skor aroma yang disukai oleh P3 (100˚C)
1.50
panelis adalah perlakuan dengan suhu 90ºC selama 9 menit
dengan nilai uji aroma skor dengan nilai 3,18. 1.00

Menurut Dewata (2017), Aroma dalam bahan makanan 0.50

dapat ditimbulkan oleh komponen-komponen volatil, akan 0.00


W1 (6 menit) W2 (9 menit) W3 (12 menit)
tetapi komponen volatil tersebut dapat hilang selama proses
Lama Penyeduhan (W)
pengolahan terutama panas
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Sensori

c. Rasa
Nilai rasa pada penelitian ini berkisar 2,75 (tidak suka)
4.00
3,44 (suka) dengan rerata yaitu 3,03 (netral). Hasil sidik ragam d
menunjukkan bahwa suhu penyeduhan (P) berpengaruh 3.50 c c bc 3.34 a a bc
3.123.11 bc 3.12 b 3.002.962.98
sangat nyata (P≤0,01) dan lama penyeduhan (W) berpengaruh 3.00 2.91
2.77
tidak nyata (P≥0,05) sedangkan interaksi dari kedua perlakuan

Nilai Hedonik Rasa


2.50
(PW) berpengaruh nyata (P≤0,05) terhadap sensorik rasa teh P1 (80˚C)
2.00 P2 (90˚C)
daun kresen. P3 (100˚C)
1.50
Perlakuan terbaik terhadap skor rasa yang disukai oleh
panelis adalah perlakuan dengan suhu 90°C selama 9 menit 1.00

adalah 3,34. 0.50


Menurut Daroini (2006), Perbedaan rasa suka ataupun 0.00
tidak suka oleh panelis adalah tergantung kesukaan panelis W1 (6 menit) W2 (9 menit) W3 (12 menit)

terhadap masing-masing perlakuan dengan penambahan daun Lama Penyeduhan (W)

teh yang berbeda, sebab tingkat kesukaan terhadap suatu


produk adalah relatif
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Sensori

d. Keseluruhan
Berdasarkan penilaian panelis terhadap keseluruhan teh
daun kersen, memiliki nilai antara 2,75% (tidak suka) 3,40% d
3.40
cd 3.32 cd d
(suka) dengan rerata yaitu 3,11% (netral). Hasil sidik ragam 3.30 3.26 3.273.28
c
menunjukkan interaksi antara suhu penyeduhan dan lama 3.20
3.11 bc

Nilai Hedonik Keseluruhan


penyeduhan (PW) berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) 3.10 bc 3.04
3.00 b
terhadap keseluruhan teh kersen 3.00 2.96
2.90 a
Secara nilai keseluruhan panelis lebih menyukai teh daun P1 (80˚C)
2.80 2.77 P2 (90˚C)
kersen dengan interaksi suhu penyeduhan 80oC dan lama P3 (100˚C)
2.70
penyeduhan teh 6 menit (P3W1) yang mendapatkan penilaian
2.60
tertinggi serta nilai keseluruhan yang terendah pada teh daun 2.50
kersen dengan suhu penyeduhan 90oC dan lama penyeduhan 9 2.40
menit (P3W2). Teh daun kersen dapat diterima oleh panelis W1 (6 menit) W2 (9 menit) W3 (12 menit)

yang dibuktikan dengan uji penerimaan konsumen Lama Penyeduhan (W)

berdasarkan nilai keseluruhan yang didapatkan pada


penelitian ini.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Sensori

d. Keseluruhan
Berdasarkan penilaian panelis terhadap keseluruhan teh
daun kersen, memiliki nilai antara 2,75% (tidak suka) 3,40% d
3.40
cd 3.32 cd d
(suka) dengan rerata yaitu 3,11% (netral). Hasil sidik ragam 3.30 3.26 3.273.28
c
menunjukkan interaksi antara suhu penyeduhan dan lama 3.20
3.11 bc

Nilai Hedonik Keseluruhan


penyeduhan (PW) berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) 3.10 bc 3.04
3.00 b
terhadap keseluruhan teh kersen 3.00 2.96
2.90 a
Secara nilai keseluruhan panelis lebih menyukai teh daun P1 (80˚C)
2.80 2.77 P2 (90˚C)
kersen dengan interaksi suhu penyeduhan 80oC dan lama P3 (100˚C)
2.70
penyeduhan teh 6 menit (P3W1) yang mendapatkan penilaian
2.60
tertinggi serta nilai keseluruhan yang terendah pada teh daun 2.50
kersen dengan suhu penyeduhan 90oC dan lama penyeduhan 9 2.40
menit (P3W2). Teh daun kersen dapat diterima oleh panelis W1 (6 menit) W2 (9 menit) W3 (12 menit)

yang dibuktikan dengan uji penerimaan konsumen Lama Penyeduhan (W)

berdasarkan nilai keseluruhan yang didapatkan pada


penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Durasi waktu penyeduhan mempengaruhi kadar tanin yang terdapat di dalam


teh daun kersen. Kadar tanin tertinggi diperoleh pada waktu penyeduhan 12
menit.

Interaksi suhu dan lama penyeduhan berpengaruh nyata


terhadap aktivitas antioksidan teh daun kersen. Nilai
aktivitas antioksidan yang paling tinggi diperoleh pada waktu
penyeduhan 12 menit.

Suhu dan lama penyeduhan berpengaruh sangat nyata


terhadap warna air seduhan teh daun kersen. Perlakuan yang
disukai oleh panelis adalah suhu 80°C selama 6 menit dan
suhu 90°C selama 9 menit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

suhu dan lama penyeduhan pada uji skor aroma berpengaruh


tidak nyata terhadap aroma teh daun kersen.

Suhu dan lama penyeduhan (PW) berpengaruh


sangat nyata terhadap keseluruhan teh
kersen. Panelis lebih menyukai teh daun
kersen dengan interaksi suhu penyeduhan
80oC selama 6 menit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran

Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lanjutan


agar teh daun kersen dapat dikomersialisasi secara industri
dan juga dapat dikemas dengan kemasan yang baik sesuai
dengan standar SNI yang berlaku.

Peneliti selanjutnya dapat melakukan


penelitian terhadap senyawa – senyawa yang
terekstrak pada teh daun kersen dan
menggunakan variasi berat bubuk teh dalam
penyeduhan terhadap kadar antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA

Arum, YP. Supartono dan Sudarmin. 2012. Isolasi dan Uji Daya Antimikroba Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
calabura). Jurnal MIPA 35 (2): 165-174.

Dewata, I.P., Wipradnyadewi, P.A.S., dan Widarta, I.W.R. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Penyeduhan Terhadap
Aktivitas Antioksidan dan Sifat Sensoris Teh Herbal Daun Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal ITEPA 6(2):30-
39.

Daroini, O. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Camellia Sinensis) Rimpangan
Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Caremai (Phylianthus acidus (I.) Skeels. Skripsi. Fakultas Pertanian
IPB, Bogor.

Haki, M. 2009. Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia calabura L.) terhadap Aktivitas Enzim SGPT pada Mencit Yang
Diinduksi Karbon Tetraklorida. Skripsi S1, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
 
Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Kanisius, Yogyakarta.
Handayani, H., Sriherfyna, F. H., Yunianta. 2016. Ekstraksi antioksidan daun sirsak metode ultrasonic bath (kajian
rasio bahan : pelarut dan lama ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4 (1), 262-272.
 
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, E. K., Ghanaim, F. A., dan Lailis, S. 2010. Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.). Jurnal Kimia, 4(2):193-200.

Jyosmita, K. C. 2015. Determination Of Tanin Contect By Tirtrimectric Method From Different Types Of Tea.
International Journal India. (Diakses Pada 24 September 2015).

Kuntorini, Evi Mintowati. Setya Fitriana dan Maria Dewi Astuti. 2013. Struktur Anatomi dan Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura). Prosiding Semirata. Lampung: FMIPA Universitas Lampung.

Rakhmawati,R. dan Yunianta. 2015. Pengaruh Proporsi Buah : Air dan Lama Pemanasan terhadap Aktivitas Antioksidan
Sari Buah Kedondong. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.3, No.4. Hal,1682-1693.
Terima
Kasih
Thank You

Anda mungkin juga menyukai