Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Komoditi Agribisnis
Tanaman Perkebunan Teh ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Hardiansyah Sinaga, SP., M.Agr pada mata kuliah Pengantar Agribisnis. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tanaman Perkebunan Teh bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hardiansyah Sinaga, SP., M.Agr ,
selaku Dosen Pengantar Agribisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 27 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………...i

Daftar Isi………………………………………………………………………………………….ii

Bab 1. Pendahuluan……………………………………………………………………………...1

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………1


1.2.Tujuan ………………………………………………………………………………..1

Bab 2. Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………...2

Bab 3. Pembahasan………………………………………………………………………………6

3.1. Sub Sistem Hulu Teh ……………………………………………………………….6

3.2. Sub Sistem Budidaya Teh…………………………………………………………..9

3.3. Sub Sistem Hilir Teh ………………………………………………………………16

Bab 4. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..19

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Teh adalah minuman yang mengandung kafeina, sebuah infusi yang dibuat dengan cara
menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia
sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi empat
kelompok: teh, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau
tanaman obat lain yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan jiaogulan. Teh yang
tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.

Teh merupakan sumber alami kafeina, teofilin, dan antioksidan dengan kadar
lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Cita rasa sedikit pahit dari teh merupakan
kenikmatan tersendiri dari teh.

Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi
melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar
0,8 kilogram per kapita per tahun, masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun
Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem perkebunan dari
tanaman teh dari hulu sampai ke hilir. Mulai dari pembenihan, penanaman, panen sampai
pemasaran.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Teh

Negeri Tiongkok menjadi tempat lahirnya teh. Di sanalah pohon teh Tiongkok (Camellia
sinensis) ditemukan dan berasal, tepatnya di provinsi Yunnan, bagian barat daya Tiongkok. Iklim
Yunnan yang tropis dan subtropis, yaitu hangat dan lembap menjadi tempat yang sangat cocok
bagi tanaman teh. Yunnan memiliki banyak hutan purba, bahkan ada tanaman teh liar yang
berumur 2,700 tahun dan selebihnya tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia 800 tahun
juga ditemukan di tempat ini.

Sebuah legenda, salah satu bentuk dokumentasi yang paling tua, menceritakan bahwa
Shennong yang menjadi cikal bakal pertanian dan ramuan obat-obatan, juga yang menjadi
penemu teh. Dikatakan dalam bukunya bahwa dia secara langsung mencoba banyak ramuan
herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang
dicoba. Hidupnya berakhir karena ia meminum ramuan yang beracun dan tidak sempat
meminum teh pemunah racun menyebabkan organ dalam tubuhnya meradang.

Teh China pada awalnya memang digunakan untuk bahan obat-obatan (abad ke-8 SM).
Orang-orang Tiongkok pada waktu itu mengunyah teh (770 SM–476 SM) mereka menikmati
rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis
makanan dan racikan sup.

Pada zaman pemerintahan Dinasti Han (221 SM – 8 M), teh mulai diolah dengan
pemrosesan yang terbilang sederhana (dibentuk membulat, dikeringkan dan disimpan) dan
dijadikan sebagai minuman dengan cara diseduh dan dikombinasikan dengan ramuan lain
(misalnya jahe) dan kebiasaan ini melekat kuat dengan kebudayaan masyarakat Tiongkok. Lebih
jauh lagi, teh digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Setelah zaman Dinasti Ming,
banyak ragam jenis teh kemudian ditemukan dan ditambahkan. Teh yang populer nantinya ini
banyak dikembangkan di daerah Canton (Guangdong) dan Fukien (Fujian).

Kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat.
Pada tahun 800 M, Lu Yu menulis buku berjudul Ch'a Ching yang mendefinisikan tentang teh.
Lu Yu adalah seorang anak yatim yang dibesarkan oleh cendekiawan Pendeta Buddha di salah

2
satu biara terbaik di Tiongkok. Sebagai seorang pemuda, dia acap kali melawan disiplin
pendidikan kependetaan yang kemudian membuatnya memiliki daya pengamatan yang baik,
performasinya pun meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, dia merasa hidupnya
hampa dan tidak bermakna.

Setelah setengah perjalan hidupnya, dia pensiun selama 5 tahun untuk mengasingkan diri.
Dengan riwayat hidup dan perjalanan yang pernah disinggahinya, dia merekam beragam metode
dalam bertanam dan mengelola teh ala Tiongkok Purba.

2.2. Introduksi Teh ke Indonesia

Teh diintroduksikan dari Jepang oleh orang Jerman, Andreas Cleyer pada 1664 dan ditanam
sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada 1827, teh dibudidayakan dalam skala besar di Kebun
Percobaan Cisurupan, Jawa Barat. Selanjutnya, teh mulai berkembang di Jawa. Setelah itu,
Rudolf Edward Kerkhoven membawa Camellia sinensis var. assamica (Masters) tipe Chang
pada 1877 ke Jawa dari Sri Lanka (Ceylon) dan ditanam di kabupaten Gambung, Jawa Barat
(saat ini kantor Pusat Penelitian Teh dan Kina Indonesia) (Sriyadi et al., 2012)

2.3. Pengelempokkan Teh

Berikut ini pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:

1) Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan
sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan
klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain
sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok,
walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
2) Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik.
Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan
dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara
tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah
dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk
seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).

3
3) Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang
biasanya memakan waktu 2-3 hari.
4) Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh
hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Lanka,
Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti Kenya, Burundi,
Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara Hanzi untuk teh
bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah teh merah karena air
teh sebenarnya berwarna merah. Barat menyebutnya teh hitam karena daun teh berwarna
hitam. Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk
golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis: ortodoks (teh diolah
dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh crush, tear,
curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended)
dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan
(awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis ortodoks dan CTS
masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pascaproduksi sesuai standar Orange
Pekoe.
5) Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: mentah dan matang. Teh pu-erh mentah bisa
langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga matang.
Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-
erh matang dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya
menyerupai rasa teh pu-erh mentah yang telah lama disimpan dan mengalami proses
penuaan alami. Teh pu-erh matang dibuat dengan mengontrol kelembapan dan
temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual
dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil, atau mangkuk.
Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang
tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma
teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh mentah kadang-kadang disimpan sampai

4
30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum
menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan
selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja
diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan
merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih sering kali hingga 5 menit.
Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega
dari lemak yak, gula dan garam.

Teh Da Hong Pao, sejenis teh Oolong

Teh putih Bai Hao Yinzhen

Teh Pu-erh tuo cha yang belum matang, setelah dipres

Teh Huoshan Huangya, jenis teh kuning

5
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Sub Sistem Hulu Teh


1. Perbanyakan Teh
A. Perbanyakan Tanaman Secara Generative

Tanaman teh dapat diperbanyak secara generative maupun secara vegetative. Pada
perbanyakan secara generative digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan secara
vegetative digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon. Biji yang baik ditandai dengan
beberapa ciri, antara lain:
a. Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap
b. Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.
c. Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan
kedalam air akan tenggelam.
d. Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.
e. Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.

Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah, dikumpulkan
secara teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik. Sebaiknya biji segera
disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh mudah menjadi busuk.

B. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetative

Perbanyakan teh secara vegetatif dengan menggunakan setek satu daun lebih dianjurkan.
Selain itu benih vegetatif seperti ini memiliki karakter yang sama dengan induknya sehingga
potensi hasil, kualitas, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit terjamin. Pertumbuhan
tanaman juga seragam sehingga mudah mengelolanya. Benih yang digunakan harus memenuhi
syarat berikut:
1) Merupakan klon unggul yang sudah dilepas sebagai benih bina oleh Menteri Pertanian.
2) Berasal dari kebun perbanyakan yang telah dimurnikan dan ditetapkan sebagai kebun
sumber benih.

6
3) Benih diambil dari tanaman yang telah dikelola khusus dan dipangkas 4 bulan
sebelumnya.
4) Benih harus disertifikasi dan diberi label sebelum siap diangkut dan ditanam di lapangan.
Hal ini merupakan jaminan mutu dari benih tersebut.

Benih teh berasal dari kebun perbanyakan yang telah dipelihara sampai berumur 2 tahun.
Setelah dilakukan pangkas bersih setinggi 50 – 60 cm. Ranting setek mulai dapat diambil 4
bulan setelah pemangkasan, dengan ciri ranting primer di bagian pangkal sudah terlihat berwarna
coklat.
a. Pengambilan dan pembuatan setek
1) Ranting setek yang dipilih adalah pada bagian tengah perdu (2/3), dipotong setinggi 15
cm dari bidang pangkasan (perbatasan warna coklat dan hijau)
2) Ranting setek diambil secara selektif, yang tumbuh sehat, tegak mengarah ke atas dan
berdaun mulus, berwarna hijau tua dan mengkilap.
3) Ranting stek yang diambil segera dimasukkan ke dalam kantong plastik berlabel dan
diberi keterangan klon.
4) Pengambilan ranting setek dilakukan pada pagi hari (jam 07.00-10.00) dan sore hari (jam
16.00-17.00).
5) Dari 1 ranting setek dapat dihasilkan 4-6 setek. Benih setek yang diambil sepanjang ± 1
ruas dan mempunyai 1 helai daun, berasal dari bagian tengah ranting yang berwarna hijau
tua. Bagian pangkal dan bagian ujung tidak dipakai.
6) Pemotongan benih dilakukan dengan pisau tajam dengan cara memotong tiap ruas
dengan satu lembar daun sepanjang 0,5 cm di atas daun dan 4-5 cm di bawah ketiak daun
dengan kemiringan 45º (bagian lancip ke arah luar/atas daun).
7) Benih yang telah dipotong ditampung pada ember yang berisi air bersih dan direndam
maksimal 30 menit dan dapat ditanam lagsung di persemaian.

b. Persemaian
1) Sebelum benih siap ditanam, bedeng persemaian dan polybag harus disiapkan dulu.

7
2) Siapkan dua ember besar, salah satunya yang diisi air bersih dan ember lainnya diisi
larutan zat pengatur tumbuh (ZPT). Celupkan benih teh ke ember pertama dan kemudian
ke ember kedua selama 1 menit.
3) Setek ditanam dengan menancapkan tangkainya ke dalam tanah di polybag dengan
menghadap ke arah tangan, arah daun harus condong ke atas dan tidak saling menutupi
satu sama lain.
4) Setelah ditanam kemudian disiram air bersih dan dijaga agar tangkai setek tidak goyah.
5) Bedengan segera ditutup dengan sungkup plastik selama 3-4 bulan tergantung
pertumbuhan, hanya dibuka jika dilakukan pemeliharaan namun segera ditutup lagi.
6) Setelah benih berumur 6-7 bulan, dilakukan seleksi tanaman. Benih dengan tinggi min.
15 cm siap dilakukan adaptasi terhadap sinar matahari dengan cara membuka naungan
secara bertahap.
7) Benih siap tanam setelah 8 bulan, minimal tinggi 30 cm dan 5 helai daun, secara visual
sehat, kekar dan jagur, serta memiliki akar tunggang semu minimal 2 dan tidak ada
pembengkakan kalus.
2. Produsen Teh
Kebun teh terbaik di Indonesia terbilang banyak. Wajar saja bila sekarang ini berada di
peringkat ke tujuh sebagai penghasil teh terbesar di dunia. Pulau Jawa dan Sumatera tercatat
memiliki banyak kebun teh, yang sudah mengekspor hasilnya ke mancanegara. Berikut adalah
beberapa daftar kebun teh bermutu tinggi dan dihiasi dengan panorama nan eksotis di Indonesia
versi Gotravelly :
 Kebun Teh Sidamanik (Pematang Siantar)
 Kebun Teh Kemuning (Solo)
 Kebun Teh Rancabali (Jawa Barat)
 Kebun Teh Nglinggo (Yogyakarta)
 Kebun Teh Tambi (Dataran Tinggi Dieng)
 Kebun Teh Sukawana (Lembang)
 Kebun Teh Kaligua (Brebes)
 Kebun Teh Gunung Mas (Bogor)
 Kebun Teh Wonosari (Malang)
 Kebun Teh Kayu Aro (Jambi)

8
3.2. Sub Sistem Budidaya Teh

1. Persiapan bahan tanam


Bahan tanam yang digunakan dalam on farm teh kali ini menggunakan bahan tanam
berupa setek batang.Hal ini dipilih karena metode setek merupakan metode yang paling efektif
mengingat lahan tanam yang sangat luas tentu membutuhkan bahan tanam dalam jumlah sangat
banyak.Selain itu salah satu kelebihan dari metode setek yaitu sifat yang diturunkan serupa
dengan induknya.
2. Persiapan Lahan Semai
Lahan yang digunakan sebagai lahan pesemaian perlu disiapkan jauh hari sebelum
dilakukan pembibitan. Lokasi yang cocok untuk dilakukan pesemaian adalah lahan kebun
dengan spesifikasi sebagai berikut;
 Tempat yang terbuka
 Drainase tanah yang baik
 Berdekatan dengan sumber air
 Berdekatan dengan akses transportasi
 Topogrfi yang landa
3. Pembuatan Bedengan Semai
Bedengan yang digunakan sebagai lokasi pesemaian merupakan lokasi yang tidak terlalu
menjadi persoalan yang berarti.Bedengan yang dibutuhkan hanya lahan yang dibuat secara
berpetak-petak dengan ukuran 1m x 15 m. Jarak yang dibutuhkan untuk memisahkan bedengan
satu dengan lainnya sebesar 60 cm dimana terdapat parit pada jarak tersebut sedalam 10 cm yang
dimaksudkan sebagai tempat resapan air manakala air terlampau banyak. Pada tiap petak
bedengan diberlakukan pola rangka sungkup yang dibuat oleh kerangka bambu dan ditutupi oleh
plastik berbentuk setengah lingkaran layaknya atap rumah seperti gambar dibawah ini,

9
4. Penanaman Semai
Media tanam berupa polibag disusun pada lahan bedengan semai secara rapat dan disiram
hingga keadaan cukup basah sebelum dilakukan penanaman. Setelah itu bahan tanam berupa
setek ditanam dengan cara ditancapkan tangkainya ke tanah lalu dilakukan penyiraman kembali
hingga tangkai sedikit goyah. Kemudian bedengan ditutup dengan sungkup plastik selama 4
bulan. Setelah itu dilakukan pembukaan sungkup secara bertahap dalam waktu 2 bulan dengan
rincian selama 2 jam pada minggu 1 dan 2, dan selanjutnya bertahap 4, 6, 8 dan 12 jam sampai
tanpa sungkup.
5. Seleksi Bibit Semai
Pelaksanaan seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan setelah bibit tumbuh.Bibit yang
tumbuh sehat dipisahkan dari yang kecil.Bibit yang baik dipindahkan keluar agar beradaptasi di
bawah sinar matahari.Untuk sementara diberi naungan dari alang-alang atau paku andam.
Adaptasi dapat juga dilakukan dengan cara membuka plastik naungan secara bertahap. Kriteria
bibit siap tanam sebagai dasar penentuan mutu bibit sebagai berikut :
 Umur bibit minimal 8 bulan
 Tinggi minimal 30 cm dengan jumlah daun 5 helai.
 Tumbuh sehat, mekar dan berdaun normal
 Perakaran baik, terdapat akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan kalus.
 Beradaptasi minimal 1 bulan terhadap sinar matahari.
6. Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang dilakukan adalah persiapan lahan dimana lahan tersebut belum
pernah ditanami tanaman teh atau disebut dengan penanaman baru. Langkah-langkah yang
dilakukan antara lain;
 Survey dan Pemetaan Tanah
o Jalan kebun, kontrol, dan transportasi
o Lokasi emplasmen pabrik, perumahan dan lain-lain
o Peta kebun dan peta kemampuan lahan
o Pembuatan fasilitas yang mendukung pengembangan kebun
 Pembongkaran Pohon dan Tunggul
o Pohon dan tunggul dibongkar langsung

10
o Pohon dimatikan terlebih dahulu dengan cara mengoleskan bahan kimia pada batang
kemudian dikuliti.
 Babad dan Nyasap
Pembabatan pohon dan tunggul dilakukan setelah pembongkaran pohon dan
tunggul selesai.Setelah pembabatan tanah disasap dengan cangkul sedalam 5-10 cm
untuk membersihkan gulma.Pekerjaan ini dilakukan musim kemarau.
 Pengolahan Tanah
Pencangkulan pertama dilakukan sampai sedalam 60 cm untuk menggemburkan
tanah. Selanjutnya pencangkulan kedua sedalam 30-40 cm setelah 2-3 minggu setelah
pencangkulan pertama sambil meratakan tanah
 Pembuatan Jalan dan Saluran Drainase
Selesai membuat petakan tanah berukuran 20 x 20 m, perlu segera dibuat jalan
kebun untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanaman.Lebar jalan kebun cukup 1 m
dengan panjang tergantung keadaan.Jangan terlalu banyak membuat jalan sehingga
banyak lahan terbuang atau terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan
pekerjaan.Selesai pembuatan jalan, dibuat saluran drainase untuk mencegah
erosi.Pembuatan saluran drainase agar mempertimbangkan kemiringan serta letak jalan
kebun.
7. Pengajiran
Pengajiran dilakukan sebelum tanaman ditanam bermaksud agar jumlah tanaman teh
sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Ajir yang dipakai panjang 50 cm dengan tebal 1 cm.
Cara pengajiran pada lahan datar dan landai dengan membuat ajir induk pada kedua sisi lahan,
kemudian dilakukan dengan sistem barisan lurus atau zigzag sesuai jarak tanam. Pada lahan
miring pengajiran dilakukan dengan sistem kontrol.
8. Pembuatan Lubang Tanam
Karena jarak antara 2 ajir dekat, maka lobang tanam dibuat di antara kedua ajir yang telah
ditanam.Ukuran lobang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 x 30 x 40 cm dan untuk bibit
asal setek 20 x 20 x 40 cm. Lobang dibuat 1 minggu sebelum ditanam.
9. Penanaman Bibit Teh
Sebelum ditanam lobang diberi pupuk dasar 11 g urea + 5 g TSP + 5 g KCl. Untuk
daerah pH tinggi lobang diberi belerang murni sebanyak 10-15 g atau 50-100 g belerang lumpur

11
tiap lobang. Bibit asal stump biji atau bibit asal polibag setelah ditanam, lobang tanam diratakan
agar bekas penanaman tidak nampak cekung atau cembung. Jarak tanam yang diterapkan adalah
120cm x 90cm menyesuaikan dengan kemiringan lahan.
10. Pembuatan Rorak
Sesuai dengan kemiringan tanah rorak dibuat 2 – 3 baris tanaman secara selang seling
dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm dan dalam 60 cm. Rorak perlu dikuras 3 kali dalam
setahun. Tanah yang menutup dikeluarkan dari rorak agar berfungsi kembali.Fungsi dari pada
rorak ini sebagai kantong peresapan air yang berguna dimusim kering.Rorak disamping
mencegah erosi dapat memperbaiki abrasi tanah dan tempat penampungan bahan organik.
Jumlah rorak di daerah datar jumlahnya dapat sama atau lebih dibanding lereng yang miring,
tergantung
aliran air.
11. Penyulaman
Penyulaman tanaman yang mati harus diganti dengan yang baru. Bibit untuk menyulam
adalah bibit terbaik dari klon yang sama. Penyulaman dilakukan mulai 2 – 4 minggu setelah
adanya penanaman.Penyulaman harus dilakukan sampai tanaman berumur 2 tahun.Penyulaman
tahun pertama diperkirakan sekitar 10%, tahun ke 2 sebesar 5% sehingga tanaman menghasilkan
populasi menjadi penuh.
12. Penyiangan
Apabila penanaman tanaman teh telah selesai dilakukan, tanah perlu diratakan
kembali.Satu setengah atau 2 bulan setelah tanaman ditanam, gulma mulai tumbuh dan perlu
disiangi.Penyiangan dapat juga dilakukan dengan herbisida bila tersedia. Penyiangan dengan
cara manual perlu diulangi 1,5 – 2 bulan kecuali ada gangguan serangga hama/penyakit
penyiangan dilakukan dengan cara strip weeding.
13. Pembentukan Bidang Petik
Pembentukan bidang petik berfungsi agar tanaman menjadi bentuk perdu, dimana
kerangka tanaman percabangannya ideal dengan bidang petik yang luas sehingga pucuk yang
dihasilkan banyak. Pelaksanaan cara ini sebagai berikut :
Setalah umur tanaman 6 bulan batang utama dipotong pada ketinggian 20 cm dengan
meninggalkan minimal 5 lembar daun.

12
Tunas sekunder yang tumbuh setelah 6 bulan dibiarkan mencapai panjang 50 cm kemudian
dirundukkan kesegala arah.
Setelah 6 bulan dirundukkan, tunas daun yang tumbuh 60 – 70 cm dilakukan pemotongan
setinggi 45 cm. Jendangan setinggi 60 – 65 cm dilakukan 3 bulan setelah dipotong di atas.
14. Pemangkasan
Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi bidang petik
sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan produktivitas tanaman
yang tinggi.Cara pemangkasan dan tingkat kemahiran pemangkas sangat menentukan
keberhasilan suatu pemangkasan selain faktor lainnya.Sebelum pangkasan dimulai, terlebih
dahulu harus dibuat contoh pangkasan (indung pangkasan) yang diawasi dengan ketat. Secara
garis besarnya urutan pelaksanaan cara pemangkasan adalah sebagai berikut:
1. Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.
2. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting diupayakan rata membentuk sudut 45°
menghadap ke dalam perdu.
3. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak, oleh karena itu
gaet atau gergaji harus tajam.
4. Memotong cabang/ranting yang besarnya lebih kecil dari ibu jari (< 2 cm) menggunakan
gaet pangkas, sedangkan yang lebih besar dari ibu jari (> 2 cm)mempergunakan gergaji
pangkas.
5. Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari 1 cm (ukuran
pensil).
6. Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.
7. Untuk membentuk luka pangkas menghadap kedalam perdu, pemangkasan dilakukan dari
kedua sisi perdu sesuai dengan barisan tanaman.

15. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan untuk perkembangan dan
pertumbuhan tanaman teh. Oleh karena itu pemupukan harus dilakukan pada waktu, dosis,
jenis, dan pelaksanaan yang tepat. Waktu pemupukan terbaik, yaitu pada kondisi dimana jumlah
curah hujan antara 60 – 200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur hara
dari pupuk belum dapat diserap dengan sempurna karena belum terurai secara keseluruhan.

13
Sedangkan lebih dari 200 mm/minggu sebagian akan larut terbawa aliran air. Dalam rangka
pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang tepat agar kehilangan pupuk dapat diperkecil
sehingga dapat menunjang produktivitas yang ingin dicapai.Namun demikian untuk
mempermudah pemberian pupuk di lapangan pedoman umum untuk dosis pemupukan sudah
harus ditetapkan baik untuk tanaman TBM maupun tanaman TM seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1. Dosis Pupuk TBM

Table 2. Dosis Pupuk TM

16. Pengendalian HPT


Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman merupakan salah satu bentuk pemeliharaan
tanaman agar dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit yang akan mempengaruhi
produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Fungisida yang dianjurkan untuk
memberantas penyakit penting pada tanaman teh bahan aktifnya terdiri atas: tembaga oksiklorida
50%, tembaga hidroksida 77%, bitertanol 30%, triadimefon 25%, tridemorf 75%, propiconasol

14
25%, klorotalonial 75%, tembaga amonium karbonat 8%, methylbromida, natrium metan,
tembaga 50%, benomyl, benomyl+tiram dan mankozeb 80%.

Berikut penggolongan jenis hama dan penyakit pada tanaman teh.


Hama Kurang Penyakit Kurang
Hama Penting Penyakit Penting
Penting Penting
Kepik pengisap Tungau kuning Cacar daun Jamur akar coklat
Ulat penggulung Penyakit akar
Tungau jingga Jamur leher akar
daun
Empoasca sp. Penyakit busuk daun
Ulat jengkal Jamur busuk akar

Ulat penggulung
Penyakit mati ujung Jamur busuk akar
pucuk

Selain hama dan penyakit, masalah gulma pada teh muda dan produktif perlu mendapatkan
perhatian. Permukaan tanah yang terbuka terhadap solar radiasi sinar matahari mendorong laju
pertumbuhan gulma. Cara pengendaliannya terdiri dari ;
1. Cara kultur teknis, dengan pemberian mulsa dan pupuk hijau,
2. Cara mekanis dengan mencabut gulma,
3. Cara kimiawi, dengan menggunakan herbisisda baik herbisida kontak atau sistemik.

17. Pemetikan
Fungsi dari pemetikan pucuk tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat pengolahan
dimana tanaman mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi secara berkesinambungan.
Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung dari tebal lapisan daun pendukung
pertumbuhan tunas 15-20 cm. Kecepatan pembentukan tunas menentukan aspek-aspek
pemetikan seperti: jenis pemetikan, jenis petikan, daun petik, areal petik, tenaga petik, dan
pelaksanaan pemetikan. Pemetikan teh adalah pengambilan pucuk meliputi: 1 kuncup + 2-3 daun
muda. Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk pertumbukan tanaman.
Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin kasar pemetikan semakin
tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk tidak akan mengganggu

15
pertumbuhan tanaman asalkan lapisan daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses
asimilasi. Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan
pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,
1. Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun
muda (m), rumus p+1 atau b+1m.
2. Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk burung dengan
satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m).
3. Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung dengan beberapa
daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.

3.3. Sub Sistem Hilir Teh


1. Pengolahan
Pucuk basah daun teh yang sudah sampai di pabrik diturunkan dari truk pengangkutan
lalu diletakkan di wadah persegi yang besar, witehring trough sebagai penempatan
sementara sebelum masuk pucuk basah dimasukkan ke dalam rotary panner. Rotary panner
berfungsi sebagai mesin pelayuan cepat, waktu yang dibutuhkan adalah 5-7 menit saja.
Setelah tahap pelayuan cepat, daun teh tersebut dimasukkan ke dalam mesin penggulung selama
25 menit yaitu Open Top Roller (OTR). Kadar air daun teh setelah proses penggulungan
tersebut berkurang 30 persen. Daun teh yang sudah digulung tadi dikeringkan dalam mesin
pengeringan yang bernama ball tea.
Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 10-14 jam pada suhu 120oC-150oC dan
menghasilkan output teh kering dengan kadar air lima persen. Tahap terakhir dari proses ini

16
adalah penyortiran. Penyortiran teh kering tersebut juga melalui beberapa tahap mesin
penyortir, antara lain :
1. Mydleton, yaitu pemisahan partikel berdasarkan ukuran, bentuk dan kebersihan teh kering.
2. Winower, yaitu pemisahan partikel berdasarkan berat jenis teh kering.
3. Colour separator, yaitu pemisahan partikel berdasarkan warna.
Teh hijau memiliki beberapa grade menurut kehalusan partikel dan kebersihan dari
serat dan batang.Grade tersebut dipisahkan menjadi grade ekspor dan grade lokal.
Jumlah teh pucuk basah yang masuk pabrik sekitar 55.406 kg tiap sekali proses
produksi. Setalah melalui beberapa tahap pengolahan, berat daun mengalami penyusutan karena
sudah menjadi daun teh kering. Berat daun teh kering sebesar 1 kg didapat dari pengolahan 5 kg
daun teh basah, sehingga jumlah teh kering yang dihasilkan pabrik ini yaitu 11.081 kg. Harga
untuk 1 kg daun teh kering adalah sekitar Rp 150.000,-. Pabrik ini melakukan proses produksi
sebanyak 4 kali, sehingga produk teh kering yang dihasilkan sebanyak 44.324 kg.
Seluruh teh jadi diuji coba mutunya oleh quality control berdasarkan masing-
masing grade. Mutu teh dinilai berdasarkan rasa, aroma dan warna seduhan. Produk jadi
dari pengolahan agroindustri daun teh pada perusahaan ini yaitu berupa teh kering (teh celup)
yang biasanya dapat langsung disedu dengan air panas untuk dikonsumsi. Produk teh kering
dikemas setiap 1000 kg, biaya yang dikeluarkan untuk 1000 kg adalah Rp 250.000,-.
2. Pemasaran
Ada begitu banyak sekali pabrik teh di Indonesia baik itu dalam bentuk teh setengah
jadi maupun teh jadi dan dalam bentuk yang beragam adayang berbentuk sachet, kotak maupun
botol. Ada yang di perjualbelikan dalam bentuk teh biasa, teh kantung, maupun teh siap minum.
Berikut adalah beberapa pabrik teh yang ada di wilayah Sumatera Utara :
1) ALEX JAMINDA JALI/BINTANG BUANA
Jl. Medan Km 9,5, Simalungun, Sumatera Utara
2) INDISTRA KARYA PRATAMA, CV
Jl. Tanjung Pinggir Dusun X, Pematang Siantar, Sumatera Utara
3) MITRA DOLOK HIJAU, PT/ PT. GOOD TEA
Partapaan Parbuluan, Dairi, Sumatera Utara
4) PTP NUSANTARA IV PERKEBUNAN SIDAMANIK
Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara

17
5) PTP NUSANTARA IV BAH BUTONG
Bah Butong I, Simalungun, Sumatera Utara
6) PTP NUSANTARA IV KEBUN TOBASARI
Pematang Sidamanik Tromol Pos 17 P.siantar, Simalungun, Sumatera Utara
7) REKSOBUDI ADIJAYA/SINAR SOSRO, PT
Jl. Raya - Tg.merawa Km 14,5, Deli Serdang, Sumatera Utara
8) SUKABUMI/SIANTAR MARTOBA
Jl.medan Km.7 Siantar, Pematang Siantar, Sumatera Utara
9) PT SINAR SOSRO KP MEDAN
Jl. Panglima Denai No. 99, Amplas, Kec. Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara
10) PABRIK TEH JUMHANA
Sukaramai II, Kec. Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara
11) BINTANG PABRIK
Jl. Medan Km no.9, Pardomuan, Siantar Timur, Pematang Siantar, Sumatera Utara
12) PABRIK TEH – UD.HEMAT
Jl. Mataram II No.2, RT.04/RW.010, Melayu, Kec. Siantar Utara, kota Pematang Siantar,
Sumatera Utara.

18
BAB 4
KESIMPULAN

Kegiatan on farm (usahatani tanaman teh) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan
kegiatan off farm yaitu agroindustri teh. Dalam kegiatan on farm dibutuhkan kegiatan
manajemen seperti perencanaan yang meliputi pemilihan komoditas, perencanaan lokasi, skala
usaha, perencanaan proses produksi pertanian, pola-pola produksi dan sumber input-input
pengadaan. Selain manajemen dalam kegiatan on farm, diperlukan kegiatan manajemen off farm
yang meliputi perencanaan lokasi dan tata letak, perencanaan teknologi, perencanaan tenaga
kerja, perencanaan bahan baku dan pelengkap serta pelaksanaan kegiatan pengolahan. Semua hal
tersebut direncanakan agar dapat memperkirakan apa saja yang perlu disiapkan sehingga pada
saat pelaksanaan dapat terlaksana dengan baik dan efisien.
Perkebunan teh bukan hanya bisa dijadikan sebagai bahan produktivitas tetapi juga bisa
dijadikan sebagai tempat ekowisata. Dimana perkebunan teh yang memiliki panorama keindahan
dan kedamaian dapat menarik masyarakat untuk berkunjung.
Dalam budidaya teh ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut
1. Persiapan bahan tanam, 10. Pembuatan rorak,
2. Persiapan lahan semai, 11. Penyulaman,
3. Pembuatan bedengan semai, 12. Penyiangan,
4. Penanaman semai, 13. Pembentukan bidang petik,
5. Seleksi bibit semai, 14. Pemangkasan,
6. Persiapan lahan, 15. Pemupukan,
7. Pengajiran, 16. Pengendalian HPT dan
8. Pembuatan lubang tanam, 17. Pemetikan.
9. Penanaman bibit teh,

19
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teh
http://www.surabayapagi.com/read/180530/2018/12/03/daftar-10-kebun-teh-paling-terbaik-di-
indonesia.html
http://budidayanews.blogspot.com/2011/04/budidaya-tanaman-teh.html?m=1
https://kemenperin.go.id/direktori-perusahaan?what=Teh&prov=12
https://www.academia.edu/16614754/MANAJEMEN_HULU_HILIR_TANAMAN_TEH

Anda mungkin juga menyukai