Anda di halaman 1dari 12

Poster Ilmiah

Kajian Diabetes Melitus


• . Diabetes melitus termasuk salah satu penyakit kronik dengan
prevalensi kasus yang terus meningkat baik secara global maupun
nasional. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh International
Diabetes Federation (IDF) (2013) bahwa jumlah penderita diabetes di
seluruh dunia pada tahun 2011 mencapai 366 juta orang, 371 juta
orang pada tahun 2012 dan diperkirakan akan meningkat hingga 552
juta orang pada tahun 2030. Sebanyak 75% angka kejadian DM di
dunia berasal dari negara berpenghasilan rendah dan berkembang,
termasuk Indonesia yang saat ini berada pada urutan ke-7 dari 10
negara dengan prevalensi DM tertinggi di dunia dengan jumlah
penderita diabetes mencapai 7,6 juta.
Kajian Derajat Diabetes Melitus
Patogenesis Diabetes Melitus
• Patogenesis DM dapat disebabkan oleh adanya reaksi autoimun,
gangguan sekresi insulin, kerusakan genetik sel β hingga abnormalitas
yang menyebabkan resistensi kerja insulin. Berdasarkan
patogenesisnya, DM terdiri dari empat tipe, dengan tipe tersering
adalah DM tipe 2 yang insidensinya sekitar 80-95% dari seluruh kasus
diabetes (ADA, 2013). Diabetes melitus tipe 2 merupakan DM yang
disebabkan oleh gangguan sekresi dan kerja insulin (Guyton, 2006)
Pengobatan Antihiperglikemia oral di Indonesia
Pengobatan obat antihiperglikemia oral yang
tersedia di Indonesia terdapat beberapa
golongan yang dapat meningkatkan sekresi
insulin anatara lain, sulfonilurea, flinid, dan juga
mekanisme menekan produksi glukosa hati &
menambah sensitifitas insulin contohnya
metformin. Terdapat juga mekanisme
penghambat alfa Glukosidase yang menghabay
absorbsi glukosa, selain itu mekanisme lain
seperti menghambat sekresi glukagon, dan
penyerapan kembali glukosa di tubulus distal
ginjal. Akan tetapi obat obat tersebut
mempunyai efek samping seperti Berat badan
naik, hipoglikemia, dispepsia, dan flatulen, diare
bahkan asidosis.
Kajian Probiotik
• Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek
yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam
jumlah yang cukup dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora
intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan.
Standar Jumlah Probiotik
• Standard jumlah probiotik yang terkandung dalam suatu bahan
pangan menurut Swiss Food Regulation and International Standard
adalah >106 cfu/g (Jay et al., 2005).
Kajian Probiotik
• Probiotik umumnya dari golongan bakteri asam laktat (BAL),
khususnya genus Lactobacillus dan Bifidobacterium yang merupakan
bagian dari flora normal pada saluran pencernaan manusia
Kajian Yogurt
Yogurt merupakan produk hasil fermentasi susu dengan menggunakan
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus sebagai
bakteri starternya. Sebagai akibat dari inokulasi kedua starter tersebut
dimungkinkan terjadinya degradasi laktosa dan produksi asam laktat
yang berakibat pada penurunan pH dan terbentuknya gumpalan
yogurt. Degradasi laktosa menjadi glukosa dan galaktosa dengan
sendirinya menurunkan potensi terjadinya intoleransi laktosa. Pada saat
yang bersamaan, produksi asam laktat mampu menghambat
pertumbuhan patogen penyebab berbagai penyakit terkait pangan.
Saat ini, berbagai produk yogurt dikembangkan dengan penambahan
probiotik dan sering disebut bioyogurt (Koh Samui, 2003).
Kajian Yogurt
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan (Hidayat, 2006). Adapun Persamaan Reaksi Kimia adalah sebagai berikut.
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) +
Karbon dioksida + Energi (ATP). Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi
tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang
merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar
organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan
(Hidayat, 2013).
Kajian Konsumsi Serat
• “American Diet Assosiation” (ADA) merekomendasikan konsumsi serat
makanan untuk orang dewasa sebanyak 25-35 g/hari untuk menghindari
kelebihan lemak jenuh, kolesterol gula, natrium serta membantu mengontrol
berat badan (Astawan et al. 2001).
• Fungsi dietary fiber melibatkan asam empedu (bile acid). Pasien dengan
konsumsi serat yang tinggi dapat mengeluarkan lebih banyak asam 26
empedu, juga lebih banyak sterol dan lemak dikeluarkan bersama feses, serat-
serat tersebut ternyata mencegah terjadinya penyerapan kembali asam
empedu, kolesterol dan lemak. Serat dalam usus besar juga menjadi sumber
energi bagi bakteri. Fermentasi serat dalam usus besar meningkatkan
pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat. Asam ini membantu mencegah
akumulasi zat racun dan bakteri patogen
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai