Anda di halaman 1dari 203

ASWB...

SEMANGAT PAGI
Salam Sehat.......
Perkenalkan
Nama Panjang : D. SUPRIATNA. MM
Nama Pendek : Pak DE
Jabatan : Pengampu/Widyaswara
Bidang K3 PA&A dan K3 L
Pusdiklat KEMNAKER

Pengalaman: Pengawas Ketenagakerjaan.


Spesialis k3 Th 2000 s/d th 2010
KEMNAKER

Lahir : Bandung 27 JULI - 1954

Rmh : Jl.KH Maisin I Kp.Bulak Rt


005 RW 015 No.20 Klender
Jakarta Timur
Hp. : 0812 9955202 - 085773100001
E-mail : dsupriatnaspd@yahoo.com
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 1
PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEB.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

Source
Energy

Kebakaran = Energi yang tidak terkendali


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 2
Arus / Tegangan listrik

Tidak tampak
DANGER
Tidak berbau
Tidak berbunyi

Dapat dirasakan
Dapat menyebabkan

Kematian
N
09/13/2021 5
Bahaya kejut
Bahaya kejut listrik
listrik

Langsung

tt ::1,0
1,0 0,8
0,8 0,6
N
0,6 0,40,4 0,3
Tidak langsung

0,3 0,2
0,2 (detik)
(detik)
EE :: 90
90 100
100 110110 125125 140
140 200
200 (Volt)
(Volt)
II :180
:180 200 200 250250 280280 330
330 400
400 (mA)
(mA)

09/13/2021 6
EFEK SENGATAN LISTRIK
Besar arus yang Akibat yang timbul
melewati tubuh
1 mA, atau kurang Tidak ada akibat, tidak terasa
AMAN

1 – 8 mA Sengatan terasa tetapi tidak sakit dan


tidak mengganggu kesadaran
8 – 15 mA Sengatan terasa sakit, tetapi masih bisa
melepaskan diri, kesadaran tidak hilang
15 – 20 mA Sengatan sakit kesadaran bisa hilang
BERBAHAYA

dan tidak bisa melepaskan diri


20 – 50 mA Kesakitan, susah bernafas, terjadi
konstraksi pada otot & kesadaran hilang
100 – 200 mA Kondisi mematikan langsung dan susah
ditolong
200 mA atau lebih Terbakar dan jantung berhenti berdetak

09/13/2021 7
2 PEKERJA TEWAS
TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)
Tegangan Sentuh Waktu MaksimumYang Diijinkan
(Volt) (Detik)

Kurang dari 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03

09/13/2021 12
09/13/2021 13
Cover of electrical boxes should never be left open. Leaving
them open creates the danger of electrical shock and violates
OSHA regulations
 Pembebanan lebih
 Sambungan tidak sempurna
 Perlengkapan tidak standar
 Pembatas arus tidak sesuai
 Kebocoran isolasi
 Listrik statik
 Sambaran petir

09/13/2021 24
PEMBAGIAN TEGANGAN LISTRIK
►TER <50 V a,b kering
► <25 V a.b basah/lembab
► <120 V a.s
►TR <1000 V
►TM >1000V <35 KV
►TT >35 KV
►TET 500 KV ( SUTET )
►TUT 1000 KV

PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 LISTRIK

Permenaker 33/Men/2015 Perubahan dari Permen


Pengendalian 12/M/2015 psl 10 Pengawasan K3 Listrik (PUIL 2011).
ENERGI • Permenak psl 46 er 31/ Men /2015,Perubahan Permen

02/M/89 psl 46 Prot. Petir


• Permenaker 32/M/2015 Perubahan (Permen 03/M/99)
psl 9A menjadi Permen 06/M/2017 Pengawasan K3
Elevator & Esc
• KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
• PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
• PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)

• PERMENAKER 04/87 P2K3


MANAJEMEN • PP.50/2012 SMK3
K3 • Permenaker 04/M/1995
• KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. MRT
Created by D.SUPRIATNA DI 2021
TEMPAT KERJA 29
PENGAWASAN K3 LISTRIK

PERMENAKER 12/M/2015
BAG. I

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 30


LATAR BELAKANG K3 Listrik

1. Zaman Sebelum Merdeka


- VR 1910 STBL No. 406
- Pert Khusus B tentang pemberlakuan AVE 1938

(AVE diterjemahkan menjadi PUIL 1964)

Diselenggarakan Oleh Jawatan Inspeksi


Keselamatan Kerja waktu itu

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 31


2. Zaman Merdeka
- UU No. 14digantikan
Th 1969 dgn UU No. 13 Th 2003
tentang Ke-TK-an)
- UU No. 1 Th 1970 (UU KK)
Kepmenaker No.75/M/2002 Pemberlakuan PUIL 2000
- Permenaker No. 12/M/2015 (Pengawasan K3 L)
- Permenaker No. 02/M/1989 (Pengawasan K3 Petir)
- Permenaker No. 06/M/2017
(Pengawasan K3 Elev & Escalator)
- SK Dirjen Binawas No. 407/BW/1999 (Pembinaan
teknisi lift )
- SK Dirjen PPK No. 47/DJPPK/2015 (Pembinaan Ahli
dan Teknisi Listrik) Kepdirjen 48/DJPPK/2015
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 32
Ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan
UU.30/2009
UU.30/2009 ESDM
ESDM

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 33


previous next
G

Kebijakan nasional

TT/
Kebijakan nasional
dalam hal upaya dalam hal penyediaan

TET
menjamin tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
yang Aman dan TM/ yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan

TR
M

Tempat kerja Bukan tempat kerja


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 34
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Keputusan
Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI
Menteri Tenaga Kerja RI
No Kep 75/Men/2002
No Kep 75/Men/2002
Keselamatan Kerja

Pemberlakuan
Pemberlakuan
PUIL 2000
PUIL 2000
SNI 04-0225-2000 wajib
SNI 04-0225-2000

Permen No.12/Men/2015

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 35


Undang undang No 1 tahun 1970 Dasar hukum :

BAB II. Pasal 2 ayat (2)


huruf q
(Ruang lingkup)
Keselamatan Kerja

Setiap tempat dimana listrik


dibangkitkan, ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 36


Dasar hukum :
BAB III. Pasal 3 ayat (1) huruf q
Undang undang No 1 tahun 1970

(Objective)

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
Keselamatan Kerja

kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya
Teg.listrik >50Volt AC(arus bolakbalik)
Teg.listrik >120Volt DC(arus searah)

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 37


PUIL 2011 Bagian 9
Pengusahaan Instalasi Listrik

Bagian 9.5.3.2 : Orang yang mengawasi


pemasangan instalasi listrik (PLN/AKLINDO)
Bagian 9.5.3.1 : Orang yang diberi tanggung jawab,
perancangan, pemasangan,
pemeriksaan, dan pengujian inst.
Listrik, harus memahami K3 dan
memiliki ijin kerja.(AK3L/TK3L)

(Psl 7 dan Psl 8 Permen


12/M/2015)

Bagian 9.10.4. : Pengusahaan listrik > 200 kVA


harus
09/13/2021 created
memiliki
Created byby
organisasi yang
PNK3 MRT 2021
D.SUPRIATNA 38
38
Tujuan K3 Listrik
1. Menjamin kehandalan/akurasi instalasi
listrik,Petir,pes Lift & escalator sesuai
tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
N bahaya sentuhan langsung
N bahaya sentuhan tidak langsung
N bahaya kebakaran akibat listrik
dan Sambaran petir

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 39


Selasa, 3 Juli 2018 Api muncul dari
Terminal MRT Section Layang di kabel gulungan
Lebak Bulus, Jakarta terjadi kebakaran
listrik yang terbakar

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 40


MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2015
TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LISTRIK
DI TEMPAT KERJA
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat
(2) huruf q dan Pasal 3 ayat (1) huruf q Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja perlu
menetapkan Peraturan Menteri tentang Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja;

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 41


Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.

Pasal 2
Pengusaha dan / atau Pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di
tempat kerja.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 42


Pasal 4
(1) Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan
pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi:
a. perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan;
b. pemeriksaan dan pengujian.
(2) Persyaratan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada
kegiatan:
c. pembangkitan listrik;
d. transmisi listrik;
e. distribusi listrik; dan
f. pemanfaatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 (lima puluh) volt arus bolak
balik atau 120 (seratus dua puluh) volt arus searah.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 43


BAB III
PERENCANAAN, PEMASANGAN, PENGGUNAAN,
PERUBAHAN, DAN PEMELIHARAAN
Pasal 5
(1) Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan,
perubahan, dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a yang dilaksanakan pada
kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan
pemanfaatan listrik wajib mengacu kepada standar bidang
kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap instalasi, perlengkapan, dan peralatan listrik.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 44


Pengawasan Instalasi Listrik
Intalasi listrik merupakan objek pengawasan dibidang K3,
sesuai UU No 1 Tahun 1970, sebagai berikut :
• Tujuan K3 dalam UU Nomor : 1 tahun 1970, yaitu
melindungi tenaga kerja dan orang lain, sumber
produksi /peralatan dan lingkungan masyarakat;
• Amanat Undang-undang No 1 tahun 1970 yang berkaitan
dengan instalasi listrik seperti pasal 2 ayat (2) huruf q
pasal 3 ayat (1) huruf a dan n;
• Persyaratan administarasi dan teknis diatur dalam
Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja;

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 45


Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud
bertujuan untuk :
a. melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja dan orang lain yang berada didalam
lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya
listrik;
b. menciptakan instalasi listrik yang aman, handal
dan memberikan keselamatan bangunan
beserta isinya; dan
c. Menciptakan tempat kerja yang selamat dan
sehat untuk mendorong produktivitas.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 46


Persyaratan Umum
a) Ketentuan Umum Instalasi Listrik.
 Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud merupakan
pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi :
a. perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan,
pemeliharaan;
b. pemeriksaan dan pengujian.
Yang dilaksanakan pada kegiatan :
 pembangkitan listrik;
 transmisi listrik;
 distribusi listrik; dan
 pemanfaatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 (lima
puluh) volt arus bolak balik atau 120 (seratus dua puluh)
volt arus searah.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 47
Persyaratan Umum (lanjutan)
 Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan,
perubahan, dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud
yang dilaksanakan pada kegiatan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan pemanfaatan listrik wajib mengacu
kepada standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kegiatan sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap
instalasi, perlengkapan, dan peralatan listrik.
Standar bidang kelistrikan sebagaimana dimaksud pada
meliputi :
a. Standar Nasional Indonesia;
b. Standar Internasional; dan/atau
c. Standar Nasional Negara lain yang ditentukan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 48
N
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 49
Bahaya Sentuhan Tidak Langsung
Sentuhan tidak langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan
karena terjadi kegagalan isolasi
PROTEKSI : PENTANAHAN
PEMBUMIAN
GROUNDING
RESISTANS MAK R 5 0HM.
(ARDE)

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 50


Proteksi bahaya
Proteksi bahaya
NN Sentuhan
Sentuhan tidak
tidak langsung
langsung

1. Sistem TT atau
Pembumian Pengaman (PP)
2. Sistem IT atau
Hantaran pengaman (HP)
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 51


1. Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP)

L1
Membumikan titik netral di
L2
sumbernya dan membumikan
L3
N pada BKT instalasi dan BKT
perlengkapan listrik.

Bila terjadi kegagalan isolasi,


teganan suplai akan terputus
PE
karena alat proteksi bekerja
otomatik
Mak 5 OHM. Mak 5 OHM.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 52


SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN
L1
L2
L3
N

SATU FASE TIGA FASE

R. Mak 5 OHM. Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 R.Mak 5 OHM. 53


2. Sistem IT atau Hantaran pengaman (HP) Tujuan
pembumian :
Bila terjadi arus bocor atau hubung singkat, arus akan
tersalur ke bumi melalui penghantar pengaman sehingga arus
meningkat dan pengaman akan terputus secara otomatik

Fasa tunggal 3 kawat


Penghantar Aktif
Penghantar Nol/Netral
Hantaran pengaman

R. Mak 5 OHM. Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 54


SISTEM HANTARAN PENGAMAN
L1/R
L2/S
L3/T
N
PE

R. Mak 5 OHM. Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 55


WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM IT
WAKTU PEMUTUSAN
TEGANGAN (detik)
(volt) N tdk
terdistribusi N terdistribusi

120-240 0,8 5
230/400 0,4 0,8
400/690 0,2 0,4
580’1000 0,1 0,2

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 56


3. Sistem
3. Sistem TN
TN atau
atau
Pembumian Netral
Pembumian Netral Pengaman
Pengaman (PNP)
(PNP)
Fasa tunggal 3 kawat

Nol &
Ground
dihubungkan

R. Mak 5 OHM.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 57
SISTEM HANTARAN NETRAL PENGAMAN
L1
L2
L3
N/PE

R.Mak 5 OHM.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 58


WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM TN
TEGANGAN WAKTU PEMUTUSAN
(volt) (detik)

120 0,8
230 0,4
277 0,4
400 0,2
> 400 0,1

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 59


Khusus Pentanahan (Grounding)
Pentanahan tower adalah perlengkapan
pembumian sistem transmisi yang
berfungsi untuk meneruskan arus listrik
dari tiang SUTT maupun SUTET ke
tanah.
Pentanahan tiang terdiri dari konduktor
tembaga atau konduktor baja yang
diklem pada pipa pentanahan yang
ditanam di dekat pondasi tiang, atau
dengan menanam plat aluminium /
tembaga disekitar pondasi tiang yang
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 60
Gambar 35 - Pentanahan tiang
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 61
Pentanahan
Jenis-jenis pentanahan tiang pada SUTT dan
SUTET :
1. Electroda bar, yaitu suatu rel logam yang
ditanam di dalam tanah. Pentanahan ini
paling sederhana dan efektif, dimana nilai
tahanan tanah adalah rendah.
2. Electroda plat, yaitu plat logam yang
ditanam di dalam tanah secara horisontal
atau vertikal. Pentanahan ini umumnya
untuk pengamanan terhadap petir.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 62


Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 63


PROTEKSI BAHAYA
SENTUH LANGSUNG
METODA :
1
Isolasi bagian aktif
2 Penghalang atau Selungkup
3
3 Rintangan
4 Jarak aman atau diluar jangkauan
5 Gawai proteksi arus sisa
6
3 Isolasi lantai kerja.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 64
TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)

Tegangan Sentuh Waktu Maksimum Yang


(Volt) Diijinkan (Detik)

< 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 65
Kemungkinan jatuh dari ketinggian

Luka bakar akibat


sentuh
langsung listrik

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 66


Menutup dg Penghalang atau Selungkup

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 67


Memasang Rintangan

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 68


Memberi Jarak Di Luar Jangkauan

TEGANG JARAK
AN (KV) (cm)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021
300 69
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 70
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 71
Definisi
Drop tegangan adalah selisih antara tegangan
sisi kirim dan tegangan sisi terima.
Drop tegangan disebabkan oleh adanya
hambatan (R) atau impedansi (Z) dari kawat
saluran listrik.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 72


Dalam Tegangan DC
Drop tegangan = R.I Volt
Dimana :
R = hambatan dalam kawat saluran (Ω)
I = arus listrik yang mengalir dalam kawat (A)

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 73


Pada tegangan AC satu fasa
Drop tegangan = (2. I . Z).L Volt
= 2.I.(R cos Ɵ + X sin Ɵ).L
Z=R+jX
Dimana :
2 : jumlah kawat saluran
Z : impedansi saluran (Ω/km)
I : Arus yang mengalir dalam kawat (A)
L : panjang kawat
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 74
PUIL 2000 VERSUS PUIL 2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 1 Bagian 1
Pendahuluan Pendahuluan, prinsif fundamental dan
definisi

Bagian 2 Bagian 2
Persyaratan dasar Desain instalasi listrik

Bagian 3 Bagian 3
Proteksi untuk keselamatan Asesment karakteristik umum

Bagian 4 Bagian 4
Perancangan instalasi listrik Proteksi untuk keselamatan

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 75


PUIL 2000 VERSUS PUIL 2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 5 Bagian 5
Perlengkapan listrik Pemilihan dan pemasangan perlengkapan
listrik

Bagian 6 Bagian 6
Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali Verifikasi
(PHBK) serta komponennya

Bagian 7 Bagian 7
Penghantar dan pemasangannya Pemilihan dan pemasangan perlengkapan
listrik-Konduktor dan pemasangannya

Bagian 8 Bagian 8
Ketentuan untuk berbagai ruang dan etentuan untuk berbagai ruang dan
instalasi khusus instalasi khusus
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 76
PUIL 2000 VERSUS PUIL 2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 9 Bagian 9
Pengusahaan instalasi listrik SNI 04-0225- Pengusahaan instalasi listrik SNI 0225-
2000 2011

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 77


Jaringan Instalasi Listrik Industri

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 78


Bagian-bagian jaringan
• Trafo Distribusi
• Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
• Generator Set
• Main Distribution Panel
• Subdistribution Panel

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 79


Keberlakuan PUIL
(RUANG LINGKUP)
• PUIL 2000 (1.2.1.1)
• Berlaku untuk semua pengusahaan instalasi
– Tegangan rendah AC sampai dengan 1000 V,
– Tegangan DC 1500 V
– Tegangan Menengah sampai dengan 35 kV dalam
bangunan dan sekitarnya
• Yang meliputi :
– perancangan, pemasangan, pemeriksaan, pengujian,
pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 80


Keberlakuan PUIL
(RUANG LINGKUP)
• PUIL 2011 (11.2 MOD)
• Berlaku untuk semua pengusahaan instalasi
– Tegangan rendah AC sampai dengan 1000 V,
– Tegangan DC 1500 V
– Frequensi 50 dan 400 Hz, Frekuensi lain
dimungkinkan
– Sirkit, selain pengawatan internal aparatus, yang
beroperasi pada tegangan > 1000V, dan disuplai
dari instalasi yang tegangannya < 1000V

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 81


Pengusahaan instalasi listrik
PUIL 2000/2011 Bagian 9

9.1 Ruang lingkup


Bab ini mengatur perancangan, pembangunan,
pemasangan, pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan dan
pengujian instalasi listrik serta pengamanannya.
9.2 Izin
9.2.1 Setiap badan perancang, pemasang dan pemeriksa
atau penguji instalasi listrik harus mendapat izin kerja dari
instansi yang berwenang.
9.2.2 Setiap instalasi listrik harus dilengkapi dengan
rancangan instalasi yang dibuat oleh perancang yang
mendapat izin kerja dari instansi yang berwenang.
Created by D.SUPRIATNA
82
MRT 2021
9.4.3 Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik

9.4.3.1 Instalasi listrik yang selesai dipasang, atau yang mengalami


perubahan, harus diperiksa dan diuji dahulu sebelum dialiri
listrik sesuai dengan ketentuan dalam 9.4.3.2.
9.4.3.2 Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik dilakukan antara
lain mengenai hal berikut:
a) Berbagai macam tanda pengenal dan papan peringatan.
b) Perlengkapan listrik yang dipasang.
c) Cara memasang perlengkapan listrik.
d) Polaritas, sesuai dengan 2.5.2.
e) Pembumian sesuai dengan 3.18.
f) Resistans isolasi, sesuai dengan 3.20.
g) Kesinambungan sirkit.
h) Fungsi proteksi sistem instalasi listrik.
Pemeriksaan dan pengujian tersebut diatas kemudian dilanjutkan
dengan uji coba.

Created by D.SUPRIATNA
83
MRT 2021
9.5.2
Perancang, Pemasang Dan Pemeriksa Atau Penguji Instalasi
Listrik
9.5.2.1 Perancang, pemasang dan pemeriksa atau penguji
instalasi listrik harus mentaati ketentuan dalam PUIL
2000 dan peraturan lain sebagaimana dimaksud dalam
1.3.
9.5.2.2 Perancang, pemasang dan pemeriksa atau penguji
instalasi listrik harus menggunakan tenaga kerja yang
terlatih sebagaimana tersebut dalam 9.5.3.
9.5.2.3 Perancang, pemasang dan pemeriksa instalasi listrik
wajib memenuhi ketentuan K3 bagi tenaga kerjanya
sesuai dengan peraturan perundangundangan K3 yang
berlaku.

Created by D.SUPRIATNA
84
MRT 2021
9.5.6 Pemeriksaan dan pengujian instalasi
listrik
9.5.6.1 Jika pemasangan instalasi listrik telah selesai, harus secara
tertulis memberitahukan kepada instansi yang berwenang bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik, memenuhi syarat
proteksi sebagaimana diatur dalam PUIL 2000 serta siap untuk
diperiksa dan diuji.
9.5.6.2 Hasil pemeriksaan dan pengujian instalasi menurut 9.4.3, harus
dinyatakan secara tertulis oleh pemeriksa dan penguji yang
ditugaskan. (Lap riksa uji)
9.5.6.3 Instalasi listrik harus diperiksa dan diuji secara periodik
sesuai ketentuan/standar yang berlaku.
9.5.6.4 Meskipun instalasi listrik dinilai baik oleh instansi yang
berwenang, pelaksana instalasi listrik tetap terikat oleh ketentuan
tersebut dalam 9.5.8 atas instalasi yang dipasangnya.

Created by D.SUPRIATNA
85
MRT 2021
9.5.8 Wewenang dan tanggung jawab
9.5.8.1 Perancang suatu instalasi listrik sebagaimana dimaksud
dalam 9.5.2.1, bertanggung jawab atas rancangan instalasi
listrik yang dibuatnya.
9.5.8.2 Pelaksana instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam
9.5.2.1, bertanggung jawab atas pemasangan instalasi listrik
sesuai dengan rancangan instalasi listrik yang telah disetujui
oleh instansi yang berwenang.
9.5.8.3 Jika terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh karena
instalasi tersebut diubah dan atau ditambah oleh pengguna
instalasi atau pemasang instalasi lain, maka pelaksana
pemasangan instalasi listrik yang terdahulu dibebaskan dari
tanggung jawab.
9.5.8.4

Created by D.SUPRIATNA
86
MRT 2021
9.5.8 Wewenang dan tanggung jawab
9.5.8.4 Setiap pengguna instalasi listrik bertanggung jawab
atas penggunaan yang aman, sesuai dengan maksud dan
tujuan penggunaan instalasi tersebut.
9.5.8.5 Instansi yang berwenang, berhak memerintahkan
penghentian seketika penggunaan instalasi listrik yang
dapat membahayakan keselamatan umum atau
keselamatan kerja. Perintah penghentian tersebut harus
diberikan secara tertulis, disertai alasannya.

Created by D.SUPRIATNA
87
MRT 2021
KEMAMPUAN
HANTAR ARUS 
SNI 04 SPLN LMK NYM 3x2,5 mm2 SUPREME

SNI SPLN LMK NYM 3x2,5 mm2


SYARAT K3
SUPREME
KHA : MIN 1,25 X I
nominal
Perencanaan : Beban daya listrik (In) 12 A
1,25x12= 15 A
KHA kabel listrik ditentukan oleh jenis bahan
konduktornya (NYA,NYM DLL)dan ukuran
penampangnya (Periksa tabel PUIL)
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 88
Created by D.SUPRIATNA
MRT 2021
89
In
1

2
3

4
1

2
3

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 90


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 91
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 92
NOMEN KLATUR KABEL
N : PENGANTAR BERISOLASI DAN KABEL BERPENGANTAR
TEMBAGA.
CONTOH : NYA, NYY, NYM
NA : PENGANTAR DARI ALUMINIUM
CONTOH : NAYFGBY
F : PERISAI DARI KAWAT BAJA PIPIH
CONTOH : NYFGbY
G : SELUBUNG ISOLASI DARI KARET
CONTOH : NGA
Y : SELUBUNG ISOLASI DARI PVC
CONTOH : NYA, NYM, NYY
S : - PERISAI DARI TEMBAGA
- PELINDUNG LISTRIK DARI PITA TEMBAGA YANG
DIBALUTKAN
MASING-MASING INTI KABEL BERSAMA-SAMA
2X : SELUBUNG DARI XLPE

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 93


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 94
 JENIS-JENIS KABEL LISTRIK

 Kabel NYA

untuk instalasi luar


atau kabel udara,
pakai pipa pelindung .

Kabel NYM

Untuk dilingkungan
kering & basah,
namun tidak boleh
ditanam.

Kabel NYAF
untuk instalasi panel-
panel yang memerlukan
fleksibelitas yang tinggi.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 95


 JENIS-JENIS KABEL LISTRIK

Kabel NYY
untuk instalasi
tertanam (kabel
tanah)

Kabel NYFGbY

untuk instalasi bawah


tanah,

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 96


Kabel NYA Kabel NYM
Untuk kabel udara. Lingkungan kering &
umum dipergunakan di basah namun tidak
perumahan boleh ditanam.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 97


Kabel ACAR
yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam
campuran, sehingga kabel ini lebih kuat daripada kabel ACSR.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 98


KEWAJIBAN PENGUSAHA MENGUJI
RESISTAN ISOLASI 5 THN SEKALI
PANEL R-S R-T T-S R-N R-G S-N S-G T-N T-G N-G

P1- P1.1

p1-P1.2 R
N

T S
P1-P1.3

P1.P1.4 1000 Ohm /Volt (diruang normal)


100 Ohm / Volt (diruang lembab)
P1.P1.5 Penghantar kabel 3 phase 380 V

4 kawat
ΩP1-P1.6
1000x380=380 000 ohm
(sekurang kurangnya 0,38 MΩ)
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 99
PEKERJAAN BERBAHAYA .
Bekerja pada keadaan bertegangan ;
• dilakukan minimal dua orang, ahli, memilki surat ijin kerja.
• Pekerja dalam keadaan sehat rohani dan jasmani.
• Pekerja harus berdiri ditempat isolasi atau menggunakan
pekakas berisolasi yang handal.
• Menggunakan pengaman badan (APD) yang diperlukan.
• Semua perlengkapan yang digunakan diperksa.
• Keadaan cuaca.
• Dilarang menyentuh perlengkapan listrik dengan tangan
telanjang.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 100
Bekerja di dekat instalasi yang bertegangan :
Perhatikan Jarak minimum aman
Perlengkapan harus bebas dari kebocoran isolasi atau imbas.
Dilarang menggunakan pengukur dari logam
Dilarang menggunakan tangga kayu yang diikat batang logam.
• Jarak
aman atau diluar
jangkauan
Tegangan Kv Jarak cm
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 101
Pasal 6
(4) Dalam hal kegiatan yang dilaksanakan berupa pemasangan
dan pemeliharaan pada pembangkitan, transmisi, distribusi
dan pemanfaatan listrik, dapat dilakukan oleh:
a. Teknisi K3 Listrik pada perusahaan; atau
b. Teknisi K3 Listrik pada PJK3(Permenaker 04/M/95)
Pasal 7
Untuk perusahaan yang memiliki pembangkitan listrik lebih dari 200 (dua
ratus) kilo Volt-Ampere wajib mempunyai Ahli K3 bidang
Listrik.
 

Pasal 8
Ketentuan dan tata cara penunjukan PJK3, Ahli K3 bidang Listrik dan Teknisi
K3 Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 102


Pembinaan /Pelatihan K3 Listrik sesuai PUIL 2011Bagian 9
Pengusahaan Instalasi Listrik

Jenis Sertifikasi Kompetensi Personel


Bidang Teknisi K3 Listrik &Petir : kepdijen 48/DJPPK/VIII/2015
PEMBINAAN SELAMA 65 JP(syarat ijzah S3/SD SLTP SLTA)
Bidang Ahli K3 Listrik & Petir : kepdijen 47/DJPPK/VIII/2015
PEMBINAAN SELAMA 165 JP (syarat ijazah min Min D3 )

Bidang Teknisi K3 : Kepdijen 407/M/BW/ 1999 (Permen 06/M/2017)


PENYELIA PEMASANGAN (permenaker 06/m/2017 bab VI
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek pemasangan
• TEKNISI (Ajustment)
Melaksanakan Comissioning,
• TEKNISI PEMELIHARAAN
Merawat dan memperbaiki lift
• PENYELIA OPERASI LIFT
Mengawasi kelaikan operasi lift

Pengurus Wajib Membentuk Organisasi K3trik, Lis Pen. Keb dan


Menyiapkan Personilnya Created
(PUIL 2011 Bag
by D.SUPRIATNA MRT9.5.)
2021 103
Pasal 5
(lanjutan)

(3) Standar bidang kelistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) meliputi:
a.Standar Nasional Indonesia; (SNI : PUIL dll)
b.Standar Internasional; dan/atau
c. Standar Nasional Negara lain yang ditentukan
oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Listrik.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 104


Pasal 9
(1). Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b
merupakan kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik untuk memastikan terpenuhinya
standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan
(2) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b
merupakan kegiatan penilaian, perhitungan, pengetesan dan
pengukuran terhadap instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik
untuk memastikan terpenuhinya standar bidang kelistrikan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 105


Pasal 9

(3). Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2) wajib dilakukan pada perencanaan,
pemasangan, penggunaan, perubahan, dan pemeliharaan
untuk kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan
pemanfaatan listrik.
(4) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) mengacu kepada standar bidang
kelistrikan dan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 106


PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2015
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Pasal 10
(1) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;
b. Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan; dan/atau
c. Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3.
(2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan:
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/pengg-una;
b. setelah ada perubahan/perbaikan; dan
c. secara berkala.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 107


Pasal 10
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dan huruf b yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Listrik dan Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c digunakan sebagai bahan
pertimbangan penerbitan PENGESAHAN dan/atau pembinaan
dan/atau tindakan hukum
.
(4) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dan huruf b yang dilakukan oleh Ahli K3 bidang Listrik pada
Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan
sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan hukum
oleh Pengawas Ketenagakerjaan.
(5) PENGESAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi
Sesuai dengan PERMENAKER 33/M/2016.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 108


PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2015

PERUBAHAN PASAL 10 ayat (3) (4) dan (5)


Pasal 10
(1) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;
b. Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan; dan/atau
c. Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3.
(2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan: Berkala 1 thn sekali , 5 thn sekali Pengujian Resistans
isolasi (Megerr test)
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/pengg-una;
b. setelah ada perubahan/perbaikan; dan
c. secara berkala.
Ayat (1) dan (2) Tidak ada perubahan
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 109
Pasal 11
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN INST.LISTRIK
(1). Pemeriksaan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(2) huruf c dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
(2). Pengujian secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
huruf c dilakukan paling sedikit 5 (lima) tahun sekali.
(3). Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) hams dilaporkan kepada Kepala Dinas Provinsi.
(4). Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan
dan/atau tindakan hukum oleh Pengawas Ketenagakerjaan

Pasal 12
Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik
wajib menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik yang telah
mempunyai SERTIFIKAT yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
yang berwenang.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 110


PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2015

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia Nomor SNI 04-0225-2000 mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 111


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 112
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 113
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 114
PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2015

(2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan:
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/pengg-una;
b. setelah ada perubahan/perbaikan; dan
c. secara berkala.
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan huruf b yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan Ahli K3 bidang Listrik
pada PJK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf c digunakan sebagai bahan pertimbangan penerbitan
PENGESAHAN dan/atau pembinaan dan/atau tindakan
hukum.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 115


VERIFIKASI
Test & Commissioning

Pemeriksaan
Dokumen (As
built drawing)

Pemeriksaan Visual &


Pengukuran teknik

Uji coba

PEMBINAAN

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 116


1.Pembebanan lebih
2.Sambungan tidak sempurna
3.Perlengkapan tidak standar
4.Pembatas arus tidak sesuai
5.Kebocoran isolasi
6.Listrik statik
7.Sambaran petir

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 117


ALAT UKUR TAHANAN ISOLASI AMPHER TESTER

created by PNK3 118


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 09/13/2021
118
5. SPESIFIKASI KAMERA INFRAMERAH Thermo Tracer TH9100 WV
High Spec, and High Performance IR Thermal
Imager
ALAT PENGUKUR PANAS Visual Camera Built into IR lens
Specifications :
THERMOGRAFH
Measuring range -40 to 2000 oC
Resolution 0.06 oC (at 30 oC 60 Hz) --- range 1
Accuracy ± 2 oC or ± 2% of reading
Detector Uncooled Focal Plane Array (microbolometer)
Spectral range 8 to 14 μm
I.F.O.V. 1.2 mrad
Focusing range 30 cm to infinity
Field of View 21.7 o(H) x 16.4 o(V)
Frame time 60 frames/sec
Display View finder and 3.5 inch LCD monitor
Thermal image pixels 320 (H) x 240 (V) pixels
Measuring functions Run / Freeze
S/N improvement ?2, ?8, ?16 and spatial filter ON/OFF
Interval measurement Recording on memory card : 2 t 3600 sec interval
Trigger function
Emissivity correction 0.10 to 1.00 ( at 0.01 step )
Env. Temp. correction Provided ( including interval UNC )
Auto functions Full automatic (level, sense, focus)
Display funtions Display color : color/monochrome, posi/nega
Annotation Text and voice annotation (30 sec per image)
Movie recording Real-time memory : 1664 images ( max. 60 Hz)
Operating temp / -15 to 50 oC, 90% RH or less (not condensed)
humidity
Storage temp / -40 to 70 oC, 90% RH or less (not condensed)
humidity
Shock and vibration 294m/sec2 (IEC60068-2-27), 29,4m/sec2
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021
(IEC60068-2-6) 119
THERMAL VISUAL

KETERANGAN TEMPERATUR ( OC )

1 2 3
OBYEK MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH

66.3
LABEL NO. X-1 T SPOT

40
PANEL /
PNL. UTAMA SEL-3 T REF
ALAT

26.3
LOKASI RUANG GENSET ∆T

SKALA C
KEMUNGKINAN PENYEBAB

X Koneksi buruk (kendor / kotor ) KOMENTAR & SARAN


Beban berlebih (overload)
OVERHEATING PADA KABEL MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH
PERBAIKI KONEKSI MCCB TSB
Beban tdk seimbang (unballance)
OFF PANEL, LEPAS KONEKSI YANG BERMASALAH, GANTI SKUN KABEL & KABELNYA, BERSIHKAN TERMINAL MCCB, KEMUDIAN KONEK KEMBALI DAN
KENCANGKAN BAUT TERMINASINYA
Komponen dalam PERIKSA ULANG SETELAH DILAKUKAN PERBAIKAN

Induksi elektromagnetis
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 120
Suhu kerja
Aspek pertimbangan rancangan / evaluasi
instalasi listrik

Internal
Jenis pelayanan/beban
• Penerangan Eksternal
• Pesawat tenaga Jenis /kondisi lingkungan
• Peruntukan / • Ruang normal
• Karakteristik • Ruang lembab
• Daur tugas • Ruang panas
• BESARAN
Dll NOMILAL
• Ruang berdebu
• Ruang uap/gas ledak
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 121
AWAN KE AWAN perintis kilat 20 msec
mencapai bumi jrk 3 km

+- +-
+- Arus : 5.000 ~ 200.000 A
+- +- o
Panas: 20.000 C

AWAN KE BUMI perintis kilat 20 msec


mencapai bumi jrk 3 km
Return stroke BUMI ke awan 100 msec

KERUSAKAN
KERUSAKAN Sasaran
•• THERMIS,
THERMIS,
•• ELEKTRIS,
ELEKTRIS, OBYEK YANG TERTINGGI
•• MEKANIS,
MEKANIS,

09/13/2021 created
Created by PNK3
by D.SUPRIATNA MRT 2021 122
122
Petir
REF.
1. Keputusan Dirjen BATAN No.Per
02/45/DJ/31/III/1977 Ketentuan
pemakaian penangkal petir Rdioaktif
2.PP.11/1975 keselamatan kerja thd radiasi
3. PP.12 /1975 ijin pemakaian zat radioaktif
atau zat radiasi lainnya
Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan
No. 24/DJ/20/11/79 Pemakaian
Penangkal petir radioaktif
PENANGKAL
PETIR SKB DEPNAKER & BATAN
Kep 1880/M/87-PN 00.01/193/DJ/87
Penertiban ijin penangkal RADIOAKTIF
(LARANGAN PEMASANGAN BARU )

09/13/2021 Createdby
created by PNK3
D.SUPRIATNA MRT 2021 123
123
Ref Petir
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per
02/Men/1989 tentang Pengawasan
instalasi penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal /
proteksi bahaya sambaran langsung
PENYALUR/PENAMGKAP/PENERIMA

2. SNI 04- 0225 2000 (PUIL 2000)


Sebagai rujukan untuk sistem
proteksi internal / proteksi bahaya
sambaran tidak langsung
ARESTER (alat elektronik penyama
teg.potensial)
Obyek SAMBARAN
LANGSUNG

Instalasi penyalur petir yang tidak


memenuhi syarat dapat mengundang bahaya
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 124
KONSEP
KONSEPPROTEKSI
PROTEKSIBAHAYA
BAHAYASAMBARAN
SAMBARANPETIR
PETIR

PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG, PERMENAKE


Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statik

PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG


Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester) PUIL 2011

09/13/2021 created
Created by PNK3
by D.SUPRIATNA MRT 2021 125
125
BAHAYA SAMBARAN PETIR

SAMBARAN
LANGSUNG .

SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 126


Per 02/Men/1989
Sistem Franklin
Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan
sarana penyalur petir terdiri atas :
1. penerima (Air Terminal/Rod),
2. Penghantar penurunan (Down Conductor),
3. Sambungan ukur
4. Elektroda Bumi (Earth Electrode)
termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan
satu kesatuan berfungsi untuk menangkap
muatan petir dan menyalurkannya ke bumi;

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 127


INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SISTEM FRANKLIN
Franklin Benjamin,
Perintis LPS

PENERIMA
(AIR TERMINAL)
PENERIMA Sudut perlindungan
(AIR TERMINAL) 112 o
HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min

HANTARAN PENURUNAN
BC 50 mm2
(DOWN CONDUCTOR)min
HANTARAN
BC 50 mm2 PEMBUMIAN
(GROUNDING)

HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)

Resistan pembumian
mak 5 ohm

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 128


Jenis Penerima (Spitzer)

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 129


Air Terminal

Down Conductor

Clamp Test

Grounding
Instalsi Penyalur Petir sistem konvensional
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 130
). Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung bertingkat
tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang pada kolom-kolom tersebut.
Tentu saja sambungan-sambungan antar kolom besi betonnya harus berhubungan secara
elektrik. Ini sudah digunakan di Negeri Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir
semacam ini yang disebut dengan sistem sangkkar (Faraday Cage) seperti pada gambar

Sistem sangkar faraday

Pembumian Rod
sistem Faraday

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 131


r r

KANTOR
GEDUNG 4 LANTAI GEDUNG
4 LANTAI 4 LANTAI
//////////////////////////////////////////////////////////////////////// /////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 132


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 133
Gambar 56 - Penghalang panjat
Gambar 55 – Step Bolt
ACD (Anti Climbing Device)

Gambar 57 - Tanda penghantar dan Gambar 58 – Tanda Bahaya


nomor tiang
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 134
5.3 Aksesoris K3
Komponen pendukung yang bertujuan untuk
memberikan peringatan bahaya dan informasi
di sekitar saluran transmisi, yaitu :
1. Penghalang panjat / ACD (Anti
Climbing Device),
Penghalang panjat berfungsi untuk
mengha-langi orang yang tidak
berkepentingan untuk naik tower.
Penghalang panjat dibuat runcing,
berjarak 10 cm dengan yang lainnya
dan dipasang di setiap kaki tower
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 135
5.3 Aksesoris K3 (lanjutan)
2. Tanda penghantar & nomor tiang,
Komponen ini berfungsi untuk identitas
tower,
3. Tanda Bahaya
Komponen ini berfungsi untuk memberikan
peringatan bahaya tegangan tinggi,
4. Ball Sign
Komponen ini berfungsi untuk memberi
tanda bagi pesawat yang lewat yang
terpasang pada konduktor dan konduktor
petir.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 136
5.3 Aksesoris K3 (lanjutan)
5. Lampu penerbangan (aviation light)
Adalah rambu peringatan berupa
lampu terha-dap lalu lintas udara,
berfungsi untuk memberi tanda
kepada pilot pesawat terbang bahwa
terdapat konduktor transmisi. Jenis
lampu penerbangan adalah sebagai
berikut :
• Lampu penerbangan yang
terpasang pada tower dengan
suplai dari jaringan tegangan
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 137
Gambar 59 - Ball sign

Gambar 60 - Lampu penerbangan tower


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 138
ALAT BONGKAR MUAT UTAMA

HARBOUR MOBILE CRANE


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 139
Prepared by: Team Peralatan TPK Teluk bayur
1. PENANGKAP PETIR & PENYALUR PETIR
2. PENAMPUNG PETIR
3. PROTEKSI GROUNDING

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 140


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 141
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 142
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 143
Harus dipasang instalasi SNI 225 - 1987
PROTEKSI PETIR PUIL-1987
(Sistem internal protection) (820 - B.16 dan - C.4)

Ruangan berpotensi bahaya


ledakan gas/uap/debu/serat

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 144


SIX POINT PLAN
• 1. Menangkap Petir
• Dengan jalan menyediakan system penerimaan (air
terminal) yang dapat dengan cepat menyambut luncuran
arus petir, dalam hal ini mampu untuk lebih cepat dari
sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan
memperhitungkan besaran petir
• 2. Menyalurkan Petir
• Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke
tanah/arde secara aman tanpa mengakibatkan terjadinya
loncatan listrik (imbasan) ke bangunan atau manusia.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 145


SIX POINT PLAN
• 3. Menampung Petir
• Dengan cara membuat system pertanahan sebaik
mungkin (maximum tahanan tanah 5 ohm). Hal ini
lebih di karenakan agar arus petir yang turun dapat
sepenuhnya diserap oleh tanah dan menghindari
terjadinya step potensial.
• 4. Proteksi Grounding
• Mencegah terjadinya lonc atan yang ditimbulkan
adanya perbedaan potensial tegangan antara satu
system pentanahan dengan yang lainnya.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 146
Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan penerima
tunggal sebagai penangkap/penerima

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 147


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 148
Franklin (Konventional) VS LPS
(Electrostatik/Electromagnet)

• Resistans pembumian Makimal 5


Ohm. Bila dari hasil pengukuran
resistan pembumian tidak memenuhi
syarat akan dapat mengundang
bahaya, yang disebut tegangan
langkah seperti diuraikan diatas.
Perhatikan gambar
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 149
RESISTANS JENIS TANAH

RESISTANS JENIS TANAH (  ) DALAM SATUAN  M ADALAH BESARNYA


RESISTANS (R) TANAH DALAM  DARI SATUAN METER KUBIK TANAH DIUKUR
ANTARA DUA SISI PERMUKAAN KUBUS TANAH DALAM BUMI.
SEMAKIN BESAR RESISTANS JENIS TANAH SEMAKIN BESAR PULA RESISTANS
PEMBUMIANNYA, DEMIKIAN PULA SEBALIKNYA.

BESAR KECILNYA RESISTANS JENIS TANAH INI TERGANTUNG PADA KONDISI


SETEMPAT. KONDISI-KONDISI YANG SANGAT BERPENGARUH PADA
RESISTANS JENIS TANAH ANTARA LAIN ADALAH :

1. MACAM ATAU JENIS TANAH


2. KONSENTRASI DAN KOMPOSISI DARI LARUTAN GARAM DALAM TANAH
3. KEPADATAN DARI TANAH
4. SUHU TANAH
5. KANDUNGAN AIR DALAM TANAH
6. BESAR KECIL (UKURAN) DARI BUTIR TANAHNYA.
7. PENGARUH MUSIM SETEMPAT.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 150


RESISTANS JENIS BEBERAPA MACAM TANAH

NO SIFAT TANAH RESISTANS 


JENIS TANAH

1 TANAH BERARIR, TANAH HUMUS/RAWA 30  M


PADA KONDISI LEMBAB
2 TANAH LIAT, TANAH PERTANIAN 100
3 TANAH LIAT BERPASIR 150
4 TANAH BERPASIR LEMBAB 200
5 TANAH BERPASIR KERING 1000
6 KORAL PADA KONDISI LEMBAB 500
7 KORAL PADA KONDISI KERING 1000
8 TANAH BERBATU 3000

PUIL – 2000
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 151
TABEL TAHANAN PEMBUMIAN

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 152


1. MACAM ATAU JENIS TANAH

BESAR RESISTANS JENIS TANAH UNTUK MACAM TANAH YANG BERBEDA


TERTULIS PADA TABEL
TERBACA BAHWA SEMAKIN LEMBAB ATAU SEMAKIN BASAH KANDUNGAN
SUATU JENIS TANAH SEMAKIN KECIL PULA RESISTANS JENISNYA.

2. KONSENTRASI SERTA KOMPOSISI LARUTAN GARAM

SEMAKIN TINGGI KONSENTRASI LARUTAN GARAM DALAM TANAH SEMAKIN


RENDAH RESISTANS JENISNYA.
GARAM MEMPUNYAI SIFAT MENGHANTARKAN ARUS LISTRIK YANG BAIK
(C0NDUCTIVE).

3. KEPADATAN DARI TANAHNYA

BILA TANAH SEMAKIN PADAT MAKA KANDUNGAN AIRNYA AKAN SEMAKIN


SEDIKIT, AKIBATNYA RESISTANS JENISNYA AKAN SEMAKIN BESAR.
JELAS CONDUCTIVITAS SUATU TANAH BERBANDING LURUS DENGAN
KELEMBABAN AIR TERSEBUT.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 153


4. SUHU TANAH

UNTUK DAERAH-DAERAH DENGAN SUHU TINGGI, AIR CENDERUNG


MENGUAP WALAUPUN SECARA PERLAHAN-LAHAN, SEHINGGA
KANDUNGAN AIR YANG TERDAPAT DALAM TANAHPUN MENJADI
BERKURANG. CONDUCTIVITASNYA JUGA MENJADI KURANG
UNTUK DAERAH DENGAN SUHU YANG SANGAT RENDAH SEHINGGA
KANDUNGAN AIR DALAM BUTIR-BUTIR TANAH MEMBEKU; RESISTANS
JENIS TANAH SEJENIS INIPUN AKAN TINGGI KARENA ION-ION LEBIH
MUDAH BERGERAK DALAM LARUTAN CAIR.

5. KANDUNGAN AIR

KANDUNGAN AIR DALAM TANAH DAPAT MELARUTKAN BERMACAM MACAM


GARAM YANG ADA DALAM TANAH. LARUTAN GARAM INI AKAN
MEMPENGERUHI NILAI RESISTANS JENIS TANAH.
KANDUNGAN AIR BANYAK, LARUTAN GARAMPUN TINGGI, NILAI RESISTANS
JENISNYAPUN AKAN RENDAH HINGGA MENGAKIBATKAN RESISTANS
PEMBUMIAN PUN AKAN RENDAH.
KANDUNGAN AIR INI DAPAT DISEBABKAN OLEH CURAH HUJAN
(PERUBAHAN MUSIM) ATAUPUN KARENA KONDISI SETEMPAT BERUPA
TANAMAN/HUTAN LINDUNG YANG DAPAT MENAHAN LEMBABNYA TANAH.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 154
6. UKURAN DARI BUTIR TANAHNYA

SIFAT ALAMI DARI TANAH IALAH BERUSAHA MENJADI BUTIRAN-BUTIRAN,


MAKIN BESAR BUTIRAN MAKIN KECIL KEMAMPUAN UNTUK MEMEGANG
KANDUNGAN AIR, SEHINGGA AKAN MENJADI TINGGI NILAI RESISTANS
JENISNYA.

7. PENGARUH MUSIM

PENGARUH MUSIM AKAN MEMENGARUHI JUMLAH KANDUNGAN AIR PADA


TANAH.
DENGAN KATA LAIN PERUBAHAN MUSIM AKAN MEMPENGARUHI BESAR
KECILNYA SUATU RESISTANS JENIS TANAH. SELAIN HAL-HAL TERSEBUT
DIATAS PADA KENYATAANNYA BAHWA TANAH ITU TERDIRI DARI LAPISAN-
LAPISAN DENGAN RESISTANS JENIS YANG BERBEDA-BEDA.
FAKTOR TERSEBUT DIATAS TIDAK DAPAT DIRUMUSKAN DENGAN PASTI,
SEHINGGA BESARAN RESISTANS JENIS YANG TEPAT HARUS DIDAPAT
DENGAN CARA PENGUKURAN SETEMPAT.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 155


ELEKTRODA BATANG YANG TERTANAM LEBIH DALAM DIBANDINGKAN
DENGAN SISTEM GRID MEMPUYAI ANCAMAN KERUGIAN SEBAGAI
BERIKUT :

1. ANCAMAN KOROSI AKIBAT LARUTAN KIMIA DALAM TANAH.


2. TERTANAM DALAM BEBERAPA LAPISAN TANAH, AKAN TIMBUL BEDA
POTENSIAL YANG MENGAKIBATKAN TERJADINYA PROSES
GALVANISASI ATAU DEPOLARISASI.
3. UNTUK SUATU SISTEM YANG SERINGKALI TERJADI DISCHARGE MAKA
PELEPASAN ARUS DARI ELEKTRODANYA AKAN MENGAKIBATKAN
TIMBULNYA PANAS SEHINGGA KANDUNGAN AIR DI SEKITAR
ELEKTRODA AKAN BERKURANG. HAL INI AKAN MENIMBULKAN
KWALITAS TANAH MENJADI KECIL DAYA HANTARNYA, ATAU RESISTANS
JENISNYA MENJADI BESAR.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 156


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 157
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 158
TEGANGAN ELEKTRODA BUMI (UE)

ADALAH TEGANGAN GANGGUAN BERUPA TEGANGAN ANTARA


ELEKTRODA DENGAN TANAH REFERENSI, YANG TIMBUL AKIBAT
MENGALIRNYA ARUS DARI ELEKTRODA KE TANAH DI SEKELILINGNYA.

TENGANGAN LANGKAH (UL)

ADALAH SEBAGIAN DARI TEGANGAN ELEKTRODA BUMI (UE) YANG


DIJEMBATANI OLEH ORANG DENGAN LANGKAH SEBESAR KIRA-KIRA 1
M.

TENGANGAN SENTUH (US)


ADALAH SEBAGIAN DARI TEGANGAN GANGGUAN ATAU SEBAGIAN
DARI TEGANGAN ELEKTRODA BUMI YANG DIJEMBATANI OLEH ORANG.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 159


IX. TEGANGAN LANGKAH

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 160


Gamb di bawah ini adalah peristiwa petir yang dipotret oleh photographer dari California,
Don Naumann pada Maret 26 2007, yang diberi judul
“Mostly Scattered Showers”,
dapat dipakai sebagai contoh untuk membayangkan dahsyatnya peristiwa petir itu.

“Mostly Scattered Showers,”


by photographer
Don Naumann, taken on March 26, 2007 in California

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 161


PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL

Semua bagian konduktif dibonding


Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua
kawat RSTN
tegangannya sama tidak ada beda potensial

RSTN RSTN

ARRESTER

GROUNDING

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 162


PRINSIP KERJA LIGHTNING ARRESTER (L.A)

• Apabila ada gelombang petir pada jala-jala dan


melalui Lightning Arrester maka tegangan tsb akan
dipotong (Chopped) oleh LA dan dialirkan ke
bumi(dibumikan),sehingga peralatan dalam jala-jala
menjadi aman.
• Komponen dalam lightning arrester yang memotong
gelombang dan mengalirkan sisa gelombang tsb
kebumi bersifat Non Linier Resistan dan berfungsi
sebagai AIR GAP.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 163
LIGHTNING ARRESTER

Gambar lightning Arrester yang


digunakan untuk trafo,genset dan
dipasang dalam jala2 :
1.Thyrite valve.
2.Rumah atau pelindung keramik

3.Air gap (celah udara) sebagai


pengaman yang akan mengalirkan
gelombang tegangan/arus bila melebihi
tegangan
Created by D.SUPRIATNAnominal
MRT 2021 LA 164
LIGHTNING ARRESTER UNTUK
MENGAMANKAN TRAFO

1. Unit kumparan primer dan sekunder.


2. Inti dan pegangan kerangka .
3. Hubungan tegangan tinggi dibawah
permukaan minyak untuk mencengah
busur
4. Sekreing (pengaman) tegangan tinggi
untuk melindungi bila ada kesalahan di
dalam.
5. Lightning arrester de.ngan air gap untuk
huburgan ke tegangan tinggi dan
grounded.
6. Tegangan tinggi dan penyambung.
7. Tegangan rendah
8. Gasket seal untuk tutup
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 165
9. Penarik dan pengangkat
TYPE ARRESTER

Created by D.SUPRIATNA
166
MRT 2021
Created by D.SUPRIATNA
167
MRT 2021
ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH (EARTH TESTER)

created by PNK3 168


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 09/13/2021
168
PERALATAN UKUR
• 1. Earth Tester

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 169


Set-Up for Testing Grounding
Electrode Resistance

C1 P1 G P2 C2

Earth

Test Rods
Grounding
Electrode
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 170
PEMASANGAN PEMBUMIAN PADA
MOTOR LISTRIK

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 171


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 172
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
h. Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana
penyalur petir terdiri atas penerima (Air Terminal/ Rod),
Penghantar penurunan (Down Conductor), Elektroda
Bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan lainnya
yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk
menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi;
i. Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam
yang menonjol lurus ke atas dan atau mendatar guna
menerima petir;
j. Penghantar penurunan ialah penghantar yang
menghubungkan penerima dengan elektroda bumi;
k. Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir
yang ditanam dan kontak langsung dengan bumi;

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 173


BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 8
Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Instalasi
Penyalur Petir non radioaktif di tempat kerja.
Pasal 9
(1) Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang
perlu dipasang instalasi penyalur petir antara lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi
dari pada bangunan sekitarnya seperti: menara-
menara, cerobong, silo, antena pemancar, monumen
dan lain-lain;
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan
bahan yang mudah meledak atau terbakar seperti
pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan
peledak dan lain-lain;
c. Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 174
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat
ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan,
hotel, pasar, stasiun, candi dan lain-lain;
d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar
diganti seperti: museum, perpustakaan, tempat
penyimpanan arsip dan lain-lain;
e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan,
Padang Golf, Stadion Olah Raga dan tempat-tempat
lainnya.
(2) Penetapan pemasangan instalasi penyalur petir pada
tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan
memperhitungkan angka index seperti tercantum dalam
lampiran I Peraturan Menteri ini.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 175


Terminal Udara
tipe Early Streamer Emission (ESE)
Tidak ada perbedaan
efektifitas TU konvensional
dan ESE.

NFPA membatalkan edisi


draft dari standar 781 karena
kurangnya bukti-bukti data
kefektifan dari terminal udara
tipe ESE (Early Streamer
Emission) dibandingkan
sistem yang menggunakan
terminal udara konvensional.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 176


Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 177
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 178
Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan
penerima tunggal sebagai penangkap/penerima

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 179


INTEROEPTOR

PREVECTRON
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 180
EF

THOMAS

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 181


PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15)
B : Struktur konstruksi (0 1 2 3)
C : Tinggi bangunan (0 2 3 4 5 - 10)
D : Lokasi bangunan (0 1 2)
E : Hari guruh (0 1 2 3 4 - 7)
JUMLAH SAMBARAN PETIR SETIAP TAHUN PADA
SUATU TEMPAT/DAERAH DI INDONESIA SETIAP BULAN
MUSIM PENGHUJAN

RISIKO = A + B + C + D + E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14Created by D.SUPRIATNA
SANGAT MRT BESAR
2021 182
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15

B: Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3

C: Tinggi bangunan

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 183


INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

C: Tinggi bangunan
s/d 6m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 184


INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN
PETIR

D : Lokasi bangunan
Lembah/Dataran: 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 185


INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
E: Hari guruh per tahun
2 : 0
4 : 1
8 : 2
16: 3
32: 4
64: 5
128 : 6
156 : 7

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 186


DATA HARI GURUH PER TAHUN DI INDONESIA
Monthly Mean Frequencies of Thunderstorm Days
And Isoceraunic Level
Indonesia
LOCATION JAN FE MAR APR MAY JU JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTA ISOCERAUNI
B N L C LEVEL %

SUMATERA
1. Sabang 0.9 1.2 2.2 2.7 0.7 0.2 0.5 0.4 1.1 0.8 1.7 1.5 13.9 3.81
2. Banda Aceh 12.5 11.5 16.5 12.0 6.5 4.0 4.5 4.5 9.0 5.0 5.5 6.0 97.5 26.71
3. Medan 7.1 6.1 10.1 16.5 17.6 15.1 12.2 14.9 16.3 16.7 14.4 11.2 158.2 43.34

4. Sibolga 7.0 9.0 10.7 11.1 4.7 2.6 3.8 2.6 3.1 4.7 2.6 5.2 67.1 18.38
5. Pekanbaru 5.0 5.9 11.6 14.7 10.9 9.7 9.2 8.7 11.6 10.6 14.7 10.5 123.1 33.73
6. Rengat 5.0 3.5 10.3 19.0 13.5 9.0 8.0 5.3 15.0 9.8 11.3 13.0 122.7 33.62
7. Padang 5.0 7.2 7.8 9.9 9.5 7.2 6.3 6.9 7.8 8.4 7.1 8.5 91.6 25.10
8. Tanjung Pinang 1.4 2.6 6.3 16.9 15.7 12.1 11.1 9.0 9.9 17.3 16.7 8.7 127.7 34.99

9. Dabo Singkep 0.3 2.7 5.3 18.0 13.3 10.3 7.3 6.7 9.3 18.3 18.7 5.3 115.5 31.64

10.Jambi 11.3 11.8 16.6 20.6 19.3 13.1 12.1 12.0 13.2 16.2 21.8 18.4 186.4 51.07

11. Palembang 9.6 11.6 17.1 23.0 19.5 11.9 7.4 9.0 14.2 14.9 18.2 19.9 176.3 48.30
12..Pangkal Pinang 5.0 6.7 7.7 12.2 12.6 7.6 4.3 5.1 6.0 6.7 8.5 7.6 90.5 24.80

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 187


DATA HARI GURUH PER TAHUN DI INDONESIA
Lanjutan

LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %

SUMATERA
13. Tanjung Pandan 9.4 9.2 13.5 20.2 16.6 13.0 9.9 7.1 10.5 15.9 18.5 15.8 159.8 43.78
14. Banai Natuna 0.2 0.3 1.7 6.1 10.7 6.3 3.8 5.1 6.2 6.6 4.9 1.3 53.2 14.58
15. Terempa 0.3 0.3 0.0 0.5 1.5 0.5 0.3 0.8 0.5 0.5 0.3 0.0 4.5 1.23
16. Bengkulu 3.9 2.8 3.9 6.3 4.9 4.4 5.8 5.3 4.1 4.7 4.2 1.6 51.9 14.22
17. Asakasetra Metro 0.0 0.5 1.0 3.0 2.5 1.0 1.0 0.5 3.5 3.0 0.5 1.5 17.5 4.20
18. Tanjung Karang 7.6 8.7 11.8 12.2 8.6 5.6 2.9 4.2 4.6 5.7 10.0 11.9 93.9 25.70

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 188


LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %

JAWA
1. Serang 3.3 2.7 3.0 6.7 3.7 2.3 1.3 2.0 1.0 2.3 5.7 4.7 38.7 10.60
2. Curug Tangerang 18.8 16.0 19.0 21.8 19.0 16.8 8.3 7.0 11.5 14.5 17.5 18.3 188.5 51.64
3. Tj. Priok Jakarta 3.3 3.7 4.7 8.3 6.3 3.3 3.3 2.3 4.7 5.3 8.7 5.3 59.2 16.22
4. Kemayoran Jakarta 20.3 19.3 21.0 15.5 17.5 14.0 3.8 5.3 9.3 12.3 11.0 17.0 167.3 45.84
5. B.M. Jakarta 19.7 16.3 22.3 17.3 19.7 16.0 6.3 6.7 8.7 14.7 16.7 20.3 184.7 50.60
6. Halim P.K. Jakarta 16.4 13.3 16.7 20.1 19.4 12.7 8.4 7.9 9.7 11.1 13.1 14.7 163.5 44.80
7. B o g o r 7.0 5.0 8.0 10.3 10.3 10.0 5.3 4.3 6.3 8.0 12.3 8.7 95.5 26.16
8. Kalijati Subang 18.0 22.0 25.0 28.0 21.0 12.0 7.0 3.5 9.5 10.0 12.5 12.5 181.0 49.59
9. Bandung 6.9 8.7 6.9 10.0 8.6 2.9 1.2 3.4 3.9 8.4 10.1 10.8 81.8 22.41
10. Jatiwengi 17.5 18.5 17.0 18.5 16.5 5.5 0.5 0.0 3.0 3.5 17.0 24.5 142.0 38.90
11. Tegal 20.0 18.3 16.3 20.7 21.7 15.7 7.7 5.3 5.7 9.3 14.7 18.0 173.4 47.51
12. Cilacap 10.3 11.3 11.2 10.0 9.2 4.8 1.7 2.2 1.3 7.8 7.5 9.3 86.6 23.73
13. Semarang 15.2 14.3 17.7 18.6 19.0 9.1 3.6 4.1 7.8 16.2 21.6 22.0 169.2 46.36
14. Yogyakarta 15.3 16.3 17.6 15.3 15.1 5.0 2.8 2.3 3.4 9.3 11.8 12.1 126.3 34.60
15. Solo 13.8 18.3 22.5 16.3 12.8 5.0 2.5 1.3 3.3 5.0 8.3 11.0 120.1 32.90
16. Madiun 16.1 15.8 19.3 14.4 13.0 6.4 3.5 3.8 7.6 15.1 16.0 17.1 148.1 40.58
17. Malang 16.0 15.7 23.0 18.3 18.0 6.3 3.0 0.3 2.0 5.3 11.3 11.7 130.9 35.86
18. Surabaya 18.9 15.4 18.1 15.1 15.9 6.9 2.5 1.0 4.2 8.5 17.7 22.6 146.8 40.22
19. Bawean 21.0 15.3 16.3 13.0 14.3 7.3 4.7 2.3 7.0 4.7 7.7 10.0 123.6 33.86
20. Kalianget 23.0 16.7 18.3 17.3 14.3 7.8 2.7 1.0 1.3 4.3 12.7 26.7 146.1 40.03

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 189


LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %

KALIMANTAN
1. Pontianak 10.3 10.3 13.7 17.0 19.4 13.2 8.3 12.7 13.1 37.0 14.1 12.9 162.0 44.80
2. Banjarmasin 6.5 7.1 11.1 10.9 8.3 1.6 3.4 5.3 5.6 6.9 8.3 6.0 82.4 22.58
3. Balikpapan 10.6 6.5 10.3 12.7 11.2 7.0 6.4 7.1 6.8 9.6 12.3 12.0 112.5 30.82
4. Tarakan 13.3 8.1 16.0 18.6 19.9 14.9 7.4 7.6 14.8 20.3 18.1 13.0 192.0 52.60

SULAWESI
1. Manado 4.2 1.5 1.7 5.8 9.0 4.8 5.7 3.1 6.5 8.5 9.1 5.7 65.6 17.97
2. Gorontalo 8.0 6.3 6.5 10.0 10.0 8.3 5.5 3.8 3.8 5.5 6.5 5.0 79.2 21.70
3. Palu 6.1 3.2 6.9 8.8 8.4 5.3 3.9 4.6 5.1 7.3 11.0 6.4 77.0 21.10
4. Ujung Pandang 10.3 7.3 10.3 11.4 13.8 6.5 3.8 2.1 6.9 11.6 17.7 15.3 117.0 32.06
5. Kendari 15.9 14.6 15.1 9.3 6.6 1.9 1.4 0.9 2.8 4.5 10.4 14.2 97.2 26.63

MALUKU
1. Jailolo 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 1.0 4.0 2.0 3.29
2. Ternate 5.5 4.0 6.0 5.5 7.5 4.0 4.5 4.0 7.0 7.5 9.0 10.0 4.5 20.41
3. Ambon 2.1 3.3 0.9 0.5 0.8 0.3 0.0 0.0 0.4 0.8 1.5 4.5 6.1 4.14
4. Tual 2.2 1.3 1.7 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.5 1.2 4.8 3.2 16.4 4.49
5. Saumlaki 2.9 2.6 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.6 4.4 4.8 16.9 .63

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 190


LOCATION JAN FE MAR AP MAY JU JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTA ISOCERAUNI
B R N L C LEVEL %
NUSA TENGGARA
1. Denpasar 9.8 7.6 6.1 3.0 3.0 0.9 0.4 0.2 1.0 2.6 5.5 5.5 45.6 12.49
2. Ampenan 9.5 6.3 6.5 4.6 4.4 0.5 0.0 0.1 2.0 4.1 7.5 6.4 51.9 14.22
3. Sumbawa Besar 7.4 9.1 6.9 5.4 3.5 0.1 0.0 0.1 3.4 6.4 11.1 15.4 68.8 18.85
4. Waingapu 14.7 14. 12.1 6.1 3.9 2.7 0.6 0.4 2.1 5.4 16.1 19.9 98.4 26.96
4
5. Kupang 14.6 12. 8.4 6.4 2.4 0.0 0.0 0.4 0.6 4.4 13.7 13.7 77.0 21.10
7

IRIAN JAYA
1. Biak 15.4 12. 14.4 17. 20.0 15. 16. 16.0 18.8 17.1 21.4 14.1 198.8 54.47
3 3 7 3

JUMLAH SAMBARAN PETIR SETIAP TAHUN PADA SUATU


TEMPAT/DAERAH DI INDONESIA SETIAP BULAN MUSIM
PENGHUJAN

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 191


INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02
Pasal 14
MEN/1989
•Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima
dengan jenis Franklin dan sangkar Faraday yang terbentuk
runcing adalah suatu kerucut yang mempunyai sudut puncak
112°

•Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima


yang berbentuk penghantar mendatar adalah dua bidang
yang saling memotong pada kawat itu dalam sudut 112° ;

•Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima jenis


lain adalah sesuai dengan ketentuan tehnis dari masing-
masing penerima.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 192


INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
PENGHANTAR PENURUNAN
Pasal 15
Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau
sudutsudut bangunan ke tanah sehingga penghantar penurunan merupakan
suatu sangkar dari bangunan yang akan dilindungi;
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon, menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung secara
elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar maximal 5
meter.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 193


BAB IV
PENGHANTAR PENURUNAN 
Pasal 15
 
a. Kawat tembaga penampang min. 50 mm2 & Tebal minimal 2 mm.
b. Bagian atap, pilar, dinding, tulang baja yang mempunyai massa logam yang
baik.
c. Khusu tulang beton harus memnuhi :
a. Sudah direncanakan untuk itu
b. Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah tanah.
d. Kolom beton yang digunakan sebagai penghantar adalah kolom beton bagian
luar.
e. Pipa penyalur air hujan + minimal dua pengantar penurusan khusus.
f. Jarak antar penghantar
a. Tinggi < 25 m max. 20 m
b. Tinggi 25 – 50 m max (30 – 0,4xtinggi bangunan)
c. Tinggi > 50 m max 10 meter.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 194


BAB V
SYARAT PEMBUMIAN
Pasal 28
a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.
b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
a. Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang (direncanakan).
b. Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
c. Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara
mendatar.
d. Pelat logam yang ditanam.
e. Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi sesuai
standar)
c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
d. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang mempunyai
beberapa penghantar harus disambungkan dengan elektroda
kelompok.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 195


e. Terdapat sambungan ukur.
f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
• Masing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan
penghantar lingkar yang ditanam dengan beberapa elektro tegak
atau mendatar sehingga jumlah tahan pembumian bersama
memenuhi syarat.
• Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang
ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahan pembumian
memenuhi syarat.
g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak
boleh digunakan untuk pembumian instalasi penyalur petir.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 196


Pasal 54
 
Tahanan pembumian dari seluruh sistem
pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm;
 
Pengukuran tahanan pembumian dari elektroda bumi
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kesalahan-
kesalahan yang timbul disebabkan kesalahan polarisasi
bisa dihindarkan;
 
Pemeriksaan pada bagian-bagian dari instalasi yang tidak
dapat dilihat atau diperiksa, dapat dilakukan dengan
menggunakan pengukuran secara listrik.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 197


BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA
1. Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan
penyalur tegangan lebih, kecuali berada dalam daerah
perlindungan.
2. Jika antena sudah dibumikan, tidak perlu dipasang penyalur
tegangan lebih.
3. Jika antena dpasang pada bangunan yang tidak mempunyai
instalasi petir, antena harus dihubungkan melalui penyalur
tegangan lebih.
4. Pemasangan penghantar antara antena dan penyalur petir
sedemikian menghindari percikan bunga api.
5. Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus
dihubungkan dengan instalasi penyalur petir.
6. Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang
besi ini harus dihubungkan dengan bumi.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 198


CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M
a. Instalasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh
dianggap dapat melindung bangunan yang berada disekitarnya.
b. Penerima harus dipasang menjulang min 50 cm di atas pinggir
cerobong.
c. Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian
puncak dapat digunakan sebagai penerima petir.
d. Instalasi penyalur petir dari cerobong min harus mempunyai 2
penurunan dengan jarak yang sama satu sama lain.
e. Tiap-tiap penurunan harus disambungkan langsung dengan
penerima.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 199


PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja
dengan tepat, aman dan memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
1. Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
2. Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau
instalasi)
3. Secara berkala setiap dua tahun sekali.
4. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.
4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 200


Lightning desperation position

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 201


Pasal 57
PENGESAHANSESUAI DENGAN PERMENAKER 33/M/2016
Setiap Instalasi penyalur petir, penerima khusus seperti
elektrostatic dan lainnya harus mendapat sertifikat dari Menteri
atau pejabat yang ditunjuknya(Dinas Ketenagakerjaan Provinsi)
sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.

Pasal 58
Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur, maka
pengurus atau pemilik harus mengajukan permohonan
perubahan instalasi kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah
yang ditunjuknya dengan melampiri gambar rencana
perubahan.

Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 202

Anda mungkin juga menyukai