SEMANGAT PAGI
Salam Sehat.......
Perkenalkan
Nama Panjang : D. SUPRIATNA. MM
Nama Pendek : Pak DE
Jabatan : Pengampu/Widyaswara
Bidang K3 PA&A dan K3 L
Pusdiklat KEMNAKER
Source
Energy
Tidak tampak
DANGER
Tidak berbau
Tidak berbunyi
Dapat dirasakan
Dapat menyebabkan
Kematian
N
09/13/2021 5
Bahaya kejut
Bahaya kejut listrik
listrik
Langsung
tt ::1,0
1,0 0,8
0,8 0,6
N
0,6 0,40,4 0,3
Tidak langsung
0,3 0,2
0,2 (detik)
(detik)
EE :: 90
90 100
100 110110 125125 140
140 200
200 (Volt)
(Volt)
II :180
:180 200 200 250250 280280 330
330 400
400 (mA)
(mA)
09/13/2021 6
EFEK SENGATAN LISTRIK
Besar arus yang Akibat yang timbul
melewati tubuh
1 mA, atau kurang Tidak ada akibat, tidak terasa
AMAN
09/13/2021 7
2 PEKERJA TEWAS
TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)
Tegangan Sentuh Waktu MaksimumYang Diijinkan
(Volt) (Detik)
Kurang dari 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
09/13/2021 12
09/13/2021 13
Cover of electrical boxes should never be left open. Leaving
them open creates the danger of electrical shock and violates
OSHA regulations
Pembebanan lebih
Sambungan tidak sempurna
Perlengkapan tidak standar
Pembatas arus tidak sesuai
Kebocoran isolasi
Listrik statik
Sambaran petir
09/13/2021 24
PEMBAGIAN TEGANGAN LISTRIK
►TER <50 V a,b kering
► <25 V a.b basah/lembab
► <120 V a.s
►TR <1000 V
►TM >1000V <35 KV
►TT >35 KV
►TET 500 KV ( SUTET )
►TUT 1000 KV
►
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 LISTRIK
PERMENAKER 12/M/2015
BAG. I
Kebijakan nasional
TT/
Kebijakan nasional
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
TET
menjamin tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
yang Aman dan TM/ yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan
TR
M
Keputusan
Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI
Menteri Tenaga Kerja RI
No Kep 75/Men/2002
No Kep 75/Men/2002
Keselamatan Kerja
Pemberlakuan
Pemberlakuan
PUIL 2000
PUIL 2000
SNI 04-0225-2000 wajib
SNI 04-0225-2000
Permen No.12/Men/2015
(Objective)
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya
Teg.listrik >50Volt AC(arus bolakbalik)
Teg.listrik >120Volt DC(arus searah)
Pasal 2
Pengusaha dan / atau Pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di
tempat kerja.
1. Sistem TT atau
Pembumian Pengaman (PP)
2. Sistem IT atau
Hantaran pengaman (HP)
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
L1
Membumikan titik netral di
L2
sumbernya dan membumikan
L3
N pada BKT instalasi dan BKT
perlengkapan listrik.
120-240 0,8 5
230/400 0,4 0,8
400/690 0,2 0,4
580’1000 0,1 0,2
Nol &
Ground
dihubungkan
R. Mak 5 OHM.
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 57
SISTEM HANTARAN NETRAL PENGAMAN
L1
L2
L3
N/PE
R.Mak 5 OHM.
120 0,8
230 0,4
277 0,4
400 0,2
> 400 0,1
< 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 65
Kemungkinan jatuh dari ketinggian
TEGANG JARAK
AN (KV) (cm)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021
300 69
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 70
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 71
Definisi
Drop tegangan adalah selisih antara tegangan
sisi kirim dan tegangan sisi terima.
Drop tegangan disebabkan oleh adanya
hambatan (R) atau impedansi (Z) dari kawat
saluran listrik.
Bagian 2 Bagian 2
Persyaratan dasar Desain instalasi listrik
Bagian 3 Bagian 3
Proteksi untuk keselamatan Asesment karakteristik umum
Bagian 4 Bagian 4
Perancangan instalasi listrik Proteksi untuk keselamatan
Bagian 6 Bagian 6
Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali Verifikasi
(PHBK) serta komponennya
Bagian 7 Bagian 7
Penghantar dan pemasangannya Pemilihan dan pemasangan perlengkapan
listrik-Konduktor dan pemasangannya
Bagian 8 Bagian 8
Ketentuan untuk berbagai ruang dan etentuan untuk berbagai ruang dan
instalasi khusus instalasi khusus
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 76
PUIL 2000 VERSUS PUIL 2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 9 Bagian 9
Pengusahaan instalasi listrik SNI 04-0225- Pengusahaan instalasi listrik SNI 0225-
2000 2011
Created by D.SUPRIATNA
83
MRT 2021
9.5.2
Perancang, Pemasang Dan Pemeriksa Atau Penguji Instalasi
Listrik
9.5.2.1 Perancang, pemasang dan pemeriksa atau penguji
instalasi listrik harus mentaati ketentuan dalam PUIL
2000 dan peraturan lain sebagaimana dimaksud dalam
1.3.
9.5.2.2 Perancang, pemasang dan pemeriksa atau penguji
instalasi listrik harus menggunakan tenaga kerja yang
terlatih sebagaimana tersebut dalam 9.5.3.
9.5.2.3 Perancang, pemasang dan pemeriksa instalasi listrik
wajib memenuhi ketentuan K3 bagi tenaga kerjanya
sesuai dengan peraturan perundangundangan K3 yang
berlaku.
Created by D.SUPRIATNA
84
MRT 2021
9.5.6 Pemeriksaan dan pengujian instalasi
listrik
9.5.6.1 Jika pemasangan instalasi listrik telah selesai, harus secara
tertulis memberitahukan kepada instansi yang berwenang bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik, memenuhi syarat
proteksi sebagaimana diatur dalam PUIL 2000 serta siap untuk
diperiksa dan diuji.
9.5.6.2 Hasil pemeriksaan dan pengujian instalasi menurut 9.4.3, harus
dinyatakan secara tertulis oleh pemeriksa dan penguji yang
ditugaskan. (Lap riksa uji)
9.5.6.3 Instalasi listrik harus diperiksa dan diuji secara periodik
sesuai ketentuan/standar yang berlaku.
9.5.6.4 Meskipun instalasi listrik dinilai baik oleh instansi yang
berwenang, pelaksana instalasi listrik tetap terikat oleh ketentuan
tersebut dalam 9.5.8 atas instalasi yang dipasangnya.
Created by D.SUPRIATNA
85
MRT 2021
9.5.8 Wewenang dan tanggung jawab
9.5.8.1 Perancang suatu instalasi listrik sebagaimana dimaksud
dalam 9.5.2.1, bertanggung jawab atas rancangan instalasi
listrik yang dibuatnya.
9.5.8.2 Pelaksana instalasi listrik sebagaimana dimaksud dalam
9.5.2.1, bertanggung jawab atas pemasangan instalasi listrik
sesuai dengan rancangan instalasi listrik yang telah disetujui
oleh instansi yang berwenang.
9.5.8.3 Jika terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh karena
instalasi tersebut diubah dan atau ditambah oleh pengguna
instalasi atau pemasang instalasi lain, maka pelaksana
pemasangan instalasi listrik yang terdahulu dibebaskan dari
tanggung jawab.
9.5.8.4
Created by D.SUPRIATNA
86
MRT 2021
9.5.8 Wewenang dan tanggung jawab
9.5.8.4 Setiap pengguna instalasi listrik bertanggung jawab
atas penggunaan yang aman, sesuai dengan maksud dan
tujuan penggunaan instalasi tersebut.
9.5.8.5 Instansi yang berwenang, berhak memerintahkan
penghentian seketika penggunaan instalasi listrik yang
dapat membahayakan keselamatan umum atau
keselamatan kerja. Perintah penghentian tersebut harus
diberikan secara tertulis, disertai alasannya.
Created by D.SUPRIATNA
87
MRT 2021
KEMAMPUAN
HANTAR ARUS
SNI 04 SPLN LMK NYM 3x2,5 mm2 SUPREME
2
3
4
1
2
3
Kabel NYA
Kabel NYM
Untuk dilingkungan
kering & basah,
namun tidak boleh
ditanam.
Kabel NYAF
untuk instalasi panel-
panel yang memerlukan
fleksibelitas yang tinggi.
Kabel NYY
untuk instalasi
tertanam (kabel
tanah)
Kabel NYFGbY
P1- P1.1
p1-P1.2 R
N
T S
P1-P1.3
4 kawat
ΩP1-P1.6
1000x380=380 000 ohm
(sekurang kurangnya 0,38 MΩ)
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 99
PEKERJAAN BERBAHAYA .
Bekerja pada keadaan bertegangan ;
• dilakukan minimal dua orang, ahli, memilki surat ijin kerja.
• Pekerja dalam keadaan sehat rohani dan jasmani.
• Pekerja harus berdiri ditempat isolasi atau menggunakan
pekakas berisolasi yang handal.
• Menggunakan pengaman badan (APD) yang diperlukan.
• Semua perlengkapan yang digunakan diperksa.
• Keadaan cuaca.
• Dilarang menyentuh perlengkapan listrik dengan tangan
telanjang.
•
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 100
Bekerja di dekat instalasi yang bertegangan :
Perhatikan Jarak minimum aman
Perlengkapan harus bebas dari kebocoran isolasi atau imbas.
Dilarang menggunakan pengukur dari logam
Dilarang menggunakan tangga kayu yang diikat batang logam.
• Jarak
aman atau diluar
jangkauan
Tegangan Kv Jarak cm
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 101
Pasal 6
(4) Dalam hal kegiatan yang dilaksanakan berupa pemasangan
dan pemeliharaan pada pembangkitan, transmisi, distribusi
dan pemanfaatan listrik, dapat dilakukan oleh:
a. Teknisi K3 Listrik pada perusahaan; atau
b. Teknisi K3 Listrik pada PJK3(Permenaker 04/M/95)
Pasal 7
Untuk perusahaan yang memiliki pembangkitan listrik lebih dari 200 (dua
ratus) kilo Volt-Ampere wajib mempunyai Ahli K3 bidang
Listrik.
Pasal 8
Ketentuan dan tata cara penunjukan PJK3, Ahli K3 bidang Listrik dan Teknisi
K3 Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang
Pasal 12
Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik
wajib menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik yang telah
mempunyai SERTIFIKAT yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
yang berwenang.
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia Nomor SNI 04-0225-2000 mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pemeriksaan
Dokumen (As
built drawing)
Uji coba
PEMBINAAN
KETERANGAN TEMPERATUR ( OC )
1 2 3
OBYEK MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH
66.3
LABEL NO. X-1 T SPOT
40
PANEL /
PNL. UTAMA SEL-3 T REF
ALAT
26.3
LOKASI RUANG GENSET ∆T
SKALA C
KEMUNGKINAN PENYEBAB
Induksi elektromagnetis
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 120
Suhu kerja
Aspek pertimbangan rancangan / evaluasi
instalasi listrik
Internal
Jenis pelayanan/beban
• Penerangan Eksternal
• Pesawat tenaga Jenis /kondisi lingkungan
• Peruntukan / • Ruang normal
• Karakteristik • Ruang lembab
• Daur tugas • Ruang panas
• BESARAN
Dll NOMILAL
• Ruang berdebu
• Ruang uap/gas ledak
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 121
AWAN KE AWAN perintis kilat 20 msec
mencapai bumi jrk 3 km
+- +-
+- Arus : 5.000 ~ 200.000 A
+- +- o
Panas: 20.000 C
KERUSAKAN
KERUSAKAN Sasaran
•• THERMIS,
THERMIS,
•• ELEKTRIS,
ELEKTRIS, OBYEK YANG TERTINGGI
•• MEKANIS,
MEKANIS,
09/13/2021 created
Created by PNK3
by D.SUPRIATNA MRT 2021 122
122
Petir
REF.
1. Keputusan Dirjen BATAN No.Per
02/45/DJ/31/III/1977 Ketentuan
pemakaian penangkal petir Rdioaktif
2.PP.11/1975 keselamatan kerja thd radiasi
3. PP.12 /1975 ijin pemakaian zat radioaktif
atau zat radiasi lainnya
Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan
No. 24/DJ/20/11/79 Pemakaian
Penangkal petir radioaktif
PENANGKAL
PETIR SKB DEPNAKER & BATAN
Kep 1880/M/87-PN 00.01/193/DJ/87
Penertiban ijin penangkal RADIOAKTIF
(LARANGAN PEMASANGAN BARU )
09/13/2021 Createdby
created by PNK3
D.SUPRIATNA MRT 2021 123
123
Ref Petir
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per
02/Men/1989 tentang Pengawasan
instalasi penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal /
proteksi bahaya sambaran langsung
PENYALUR/PENAMGKAP/PENERIMA
09/13/2021 created
Created by PNK3
by D.SUPRIATNA MRT 2021 125
125
BAHAYA SAMBARAN PETIR
SAMBARAN
LANGSUNG .
SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG
PENERIMA
(AIR TERMINAL)
PENERIMA Sudut perlindungan
(AIR TERMINAL) 112 o
HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min
HANTARAN PENURUNAN
BC 50 mm2
(DOWN CONDUCTOR)min
HANTARAN
BC 50 mm2 PEMBUMIAN
(GROUNDING)
HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)
Resistan pembumian
mak 5 ohm
Down Conductor
Clamp Test
Grounding
Instalsi Penyalur Petir sistem konvensional
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 130
). Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung bertingkat
tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang pada kolom-kolom tersebut.
Tentu saja sambungan-sambungan antar kolom besi betonnya harus berhubungan secara
elektrik. Ini sudah digunakan di Negeri Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir
semacam ini yang disebut dengan sistem sangkkar (Faraday Cage) seperti pada gambar
Pembumian Rod
sistem Faraday
KANTOR
GEDUNG 4 LANTAI GEDUNG
4 LANTAI 4 LANTAI
//////////////////////////////////////////////////////////////////////// /////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
PUIL – 2000
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 151
TABEL TAHANAN PEMBUMIAN
5. KANDUNGAN AIR
7. PENGARUH MUSIM
RSTN RSTN
ARRESTER
GROUNDING
Created by D.SUPRIATNA
166
MRT 2021
Created by D.SUPRIATNA
167
MRT 2021
ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH (EARTH TESTER)
C1 P1 G P2 C2
Earth
Test Rods
Grounding
Electrode
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 170
PEMASANGAN PEMBUMIAN PADA
MOTOR LISTRIK
PREVECTRON
Created by D.SUPRIATNA MRT 2021 180
EF
THOMAS
RISIKO = A + B + C + D + E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14Created by D.SUPRIATNA
SANGAT MRT BESAR
2021 182
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15
B: Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3
C: Tinggi bangunan
C: Tinggi bangunan
s/d 6m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10
D : Lokasi bangunan
Lembah/Dataran: 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2
SUMATERA
1. Sabang 0.9 1.2 2.2 2.7 0.7 0.2 0.5 0.4 1.1 0.8 1.7 1.5 13.9 3.81
2. Banda Aceh 12.5 11.5 16.5 12.0 6.5 4.0 4.5 4.5 9.0 5.0 5.5 6.0 97.5 26.71
3. Medan 7.1 6.1 10.1 16.5 17.6 15.1 12.2 14.9 16.3 16.7 14.4 11.2 158.2 43.34
4. Sibolga 7.0 9.0 10.7 11.1 4.7 2.6 3.8 2.6 3.1 4.7 2.6 5.2 67.1 18.38
5. Pekanbaru 5.0 5.9 11.6 14.7 10.9 9.7 9.2 8.7 11.6 10.6 14.7 10.5 123.1 33.73
6. Rengat 5.0 3.5 10.3 19.0 13.5 9.0 8.0 5.3 15.0 9.8 11.3 13.0 122.7 33.62
7. Padang 5.0 7.2 7.8 9.9 9.5 7.2 6.3 6.9 7.8 8.4 7.1 8.5 91.6 25.10
8. Tanjung Pinang 1.4 2.6 6.3 16.9 15.7 12.1 11.1 9.0 9.9 17.3 16.7 8.7 127.7 34.99
9. Dabo Singkep 0.3 2.7 5.3 18.0 13.3 10.3 7.3 6.7 9.3 18.3 18.7 5.3 115.5 31.64
10.Jambi 11.3 11.8 16.6 20.6 19.3 13.1 12.1 12.0 13.2 16.2 21.8 18.4 186.4 51.07
11. Palembang 9.6 11.6 17.1 23.0 19.5 11.9 7.4 9.0 14.2 14.9 18.2 19.9 176.3 48.30
12..Pangkal Pinang 5.0 6.7 7.7 12.2 12.6 7.6 4.3 5.1 6.0 6.7 8.5 7.6 90.5 24.80
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %
SUMATERA
13. Tanjung Pandan 9.4 9.2 13.5 20.2 16.6 13.0 9.9 7.1 10.5 15.9 18.5 15.8 159.8 43.78
14. Banai Natuna 0.2 0.3 1.7 6.1 10.7 6.3 3.8 5.1 6.2 6.6 4.9 1.3 53.2 14.58
15. Terempa 0.3 0.3 0.0 0.5 1.5 0.5 0.3 0.8 0.5 0.5 0.3 0.0 4.5 1.23
16. Bengkulu 3.9 2.8 3.9 6.3 4.9 4.4 5.8 5.3 4.1 4.7 4.2 1.6 51.9 14.22
17. Asakasetra Metro 0.0 0.5 1.0 3.0 2.5 1.0 1.0 0.5 3.5 3.0 0.5 1.5 17.5 4.20
18. Tanjung Karang 7.6 8.7 11.8 12.2 8.6 5.6 2.9 4.2 4.6 5.7 10.0 11.9 93.9 25.70
JAWA
1. Serang 3.3 2.7 3.0 6.7 3.7 2.3 1.3 2.0 1.0 2.3 5.7 4.7 38.7 10.60
2. Curug Tangerang 18.8 16.0 19.0 21.8 19.0 16.8 8.3 7.0 11.5 14.5 17.5 18.3 188.5 51.64
3. Tj. Priok Jakarta 3.3 3.7 4.7 8.3 6.3 3.3 3.3 2.3 4.7 5.3 8.7 5.3 59.2 16.22
4. Kemayoran Jakarta 20.3 19.3 21.0 15.5 17.5 14.0 3.8 5.3 9.3 12.3 11.0 17.0 167.3 45.84
5. B.M. Jakarta 19.7 16.3 22.3 17.3 19.7 16.0 6.3 6.7 8.7 14.7 16.7 20.3 184.7 50.60
6. Halim P.K. Jakarta 16.4 13.3 16.7 20.1 19.4 12.7 8.4 7.9 9.7 11.1 13.1 14.7 163.5 44.80
7. B o g o r 7.0 5.0 8.0 10.3 10.3 10.0 5.3 4.3 6.3 8.0 12.3 8.7 95.5 26.16
8. Kalijati Subang 18.0 22.0 25.0 28.0 21.0 12.0 7.0 3.5 9.5 10.0 12.5 12.5 181.0 49.59
9. Bandung 6.9 8.7 6.9 10.0 8.6 2.9 1.2 3.4 3.9 8.4 10.1 10.8 81.8 22.41
10. Jatiwengi 17.5 18.5 17.0 18.5 16.5 5.5 0.5 0.0 3.0 3.5 17.0 24.5 142.0 38.90
11. Tegal 20.0 18.3 16.3 20.7 21.7 15.7 7.7 5.3 5.7 9.3 14.7 18.0 173.4 47.51
12. Cilacap 10.3 11.3 11.2 10.0 9.2 4.8 1.7 2.2 1.3 7.8 7.5 9.3 86.6 23.73
13. Semarang 15.2 14.3 17.7 18.6 19.0 9.1 3.6 4.1 7.8 16.2 21.6 22.0 169.2 46.36
14. Yogyakarta 15.3 16.3 17.6 15.3 15.1 5.0 2.8 2.3 3.4 9.3 11.8 12.1 126.3 34.60
15. Solo 13.8 18.3 22.5 16.3 12.8 5.0 2.5 1.3 3.3 5.0 8.3 11.0 120.1 32.90
16. Madiun 16.1 15.8 19.3 14.4 13.0 6.4 3.5 3.8 7.6 15.1 16.0 17.1 148.1 40.58
17. Malang 16.0 15.7 23.0 18.3 18.0 6.3 3.0 0.3 2.0 5.3 11.3 11.7 130.9 35.86
18. Surabaya 18.9 15.4 18.1 15.1 15.9 6.9 2.5 1.0 4.2 8.5 17.7 22.6 146.8 40.22
19. Bawean 21.0 15.3 16.3 13.0 14.3 7.3 4.7 2.3 7.0 4.7 7.7 10.0 123.6 33.86
20. Kalianget 23.0 16.7 18.3 17.3 14.3 7.8 2.7 1.0 1.3 4.3 12.7 26.7 146.1 40.03
KALIMANTAN
1. Pontianak 10.3 10.3 13.7 17.0 19.4 13.2 8.3 12.7 13.1 37.0 14.1 12.9 162.0 44.80
2. Banjarmasin 6.5 7.1 11.1 10.9 8.3 1.6 3.4 5.3 5.6 6.9 8.3 6.0 82.4 22.58
3. Balikpapan 10.6 6.5 10.3 12.7 11.2 7.0 6.4 7.1 6.8 9.6 12.3 12.0 112.5 30.82
4. Tarakan 13.3 8.1 16.0 18.6 19.9 14.9 7.4 7.6 14.8 20.3 18.1 13.0 192.0 52.60
SULAWESI
1. Manado 4.2 1.5 1.7 5.8 9.0 4.8 5.7 3.1 6.5 8.5 9.1 5.7 65.6 17.97
2. Gorontalo 8.0 6.3 6.5 10.0 10.0 8.3 5.5 3.8 3.8 5.5 6.5 5.0 79.2 21.70
3. Palu 6.1 3.2 6.9 8.8 8.4 5.3 3.9 4.6 5.1 7.3 11.0 6.4 77.0 21.10
4. Ujung Pandang 10.3 7.3 10.3 11.4 13.8 6.5 3.8 2.1 6.9 11.6 17.7 15.3 117.0 32.06
5. Kendari 15.9 14.6 15.1 9.3 6.6 1.9 1.4 0.9 2.8 4.5 10.4 14.2 97.2 26.63
MALUKU
1. Jailolo 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 1.0 4.0 2.0 3.29
2. Ternate 5.5 4.0 6.0 5.5 7.5 4.0 4.5 4.0 7.0 7.5 9.0 10.0 4.5 20.41
3. Ambon 2.1 3.3 0.9 0.5 0.8 0.3 0.0 0.0 0.4 0.8 1.5 4.5 6.1 4.14
4. Tual 2.2 1.3 1.7 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.5 1.2 4.8 3.2 16.4 4.49
5. Saumlaki 2.9 2.6 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.6 4.4 4.8 16.9 .63
IRIAN JAYA
1. Biak 15.4 12. 14.4 17. 20.0 15. 16. 16.0 18.8 17.1 21.4 14.1 198.8 54.47
3 3 7 3
Pasal 58
Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur, maka
pengurus atau pemilik harus mengajukan permohonan
perubahan instalasi kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah
yang ditunjuknya dengan melampiri gambar rencana
perubahan.