Anda di halaman 1dari 125

OO

Oleh :
Bambang Suwandono
BAHAYA LISTRIK

! Ingat, Arus/Tegangan listrik


Tidak tampak
Tidak berbau
Tidak berbunyi
Dapat dirasakan
Dan dapat menyebabkan

Kematian
N
Sentuhan langsung (Direct Contact)
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan

Sentuhan tidak langsung (Indirect contact)


adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan
karena terjadi kegagalan isolasi
Bahaya kejut listrik

Langsung
Tidak langsung

t : 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik)


E: 90 100 110 125 140 200 (Volt)
I : 180 200 250 280 330 400 (mA)
EFEK SENGATAN LISTRIK
Besar arus yang Akibat yang timbul
melewati tubuh
1 mA, atau kurang Tidak ada akibat, tidak terasa
AMAN

1 – 8 mA Sengatan terasa tetapi tidak sakit dan


tidak mengganggu kesadaran
8 – 15 mA Sengatan terasa sakit, tetapi masih bisa
melepaskan diri, kesadaran tidak hilang
15 – 20 mA Sengatan sakit kesadaran bisa hilang
BERBAHAYA

dan tidak bisa melepaskan diri


20 – 50 mA Kesakitan, susah bernafas, terjadi
konstraksi pada otot & kesadaran hilang
100 – 200 mA Kondisi mematikan langsung dan susah
ditolong
200 mA atau lebih Terbakar dan jantung berhenti berdetak
TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)
Tegangan Sentuh Waktu MaksimumYang Diijinkan
(Volt) (Detik)

< 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
 Pembebanan lebih
 Sambungan tidak sempurna
 Perlengkapan tidak standar
 Pembatas arus tidak sesuai
 Kebocoran isolasi
 Listrik statik
 Sambaran petir
 NORMA  UU KESELAMATAN ► UNDANG UNDANG
KERJA No 1 Th 1970
► PERMEN 6 TH 2017
 STANDAR  PERMENNAKER
 NO.12 TH 2015 (K3 ELV & ESK)

 PROSEDUR  PERIKSA & UJI ► PER 02/MEN/1989


(PENYALUR PETIR)
 KRITERIA  AMAN
• Bahaya sentuh
• Efek thermal
• Medan listrik/magnit
UNDANG UNDANG
NO 1 TH 1970
KESELAMATAN KERJA

RUANG LINGKUP

BERLAKU DI SETIAP TEMPAT KERJA DI


WILAYAH KEKUASAAN HUKUM RI

UNSUR TEMPAT KERJA


- Ada tempat usaha baik ekonomi/ sosial
- Ada tenaga kerja
- Ada sumber bahaya
Ketenagalistrikan

9/4/2022 created by PNK3 previous11next


G

TT/
Kebijakan nasional Kebijakan nasional
dalam hal upaya dalam hal penyediaan

TET
menjamin tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
yang Aman dan TM/ yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Ramah lingkungan

TR
M

Tempat kerja Bukan tempat kerja


9/4/2022 created by PNK3 12
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja

Pasal 2 ayat (2) huruf q


(Ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan, ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf q


(Objective)
Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI
PUIL 2000
No Kep 75/Men/2002 SNI 04-0225-200
Pemberlakuan
PUIL 2000
PUIL 2000
Diganti Permen SNI
Ketenagakerjaan PUIL 2011
No.12 tahun 2015
Standar Internasional
Dirubah oleh Permen Standar Nasional Negara
No.33 Tahun 2015 Lain
Pengawas KK
STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA

Peraturan
KHUSUS B Peraturan
Khusus B Peraturan
04/78
PUIL 2000 Peraturan
SNI 04-0225-200 04/88
PUIL 2000
SNI
PUIL 2011
Standar Internasional
Standar Nasional Negara
Lain
Pengawas KK
Tujuan K3 Listrik
1. Menjamin pemasangan instalasi listrik
sesuai dengan standar keselamatan
2. Menjamin kehandalan instalasi listrik
sesuai tujuan penggunaannya.
3. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
N bahaya sentuhan langsung
N bahaya sentuhan tidak langsung
N bahaya kebakaran dan peledakan

dengan menerapkan pengendalian yg


tepat terhadap resiko
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG

Metoda :
1. Isolasi bagian aktif
2. Penghalang atau Selungkup
3. Rintangan;
4. Jarak aman atau diluar jangkauan
5. Gawai proteksi arus sisa
6. Isolasi lantai kerja.
Proteksi bahaya
N Sentuhan tidak langsung

1. Sistem TT (Terra Terra) atau


Pembumian Pengaman (PP)
2. Sistem IT (Isolated Terra) atau
Hantaran pengaman (HP)
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
1. Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP)

L1
Membumikan titik netral di
L2
sumbernya dan membumikan
L3
N pada BKT instalasi dan
Bagian Konduktif Terbuka
(BKT) perlengkapan listrik.
Bila terjadi kegagalan
isolasi, teganan suplai akan
PE
terputus karena alat
proteksi bekerja otomatik
SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN
L1
L2
L3
N

SATU FASE TIGA FASE


2. Sistem IT atau Hantaran pengaman (HP)
Tujuan pembumian :
Bila terjadi arus bacor atau hubung singkat, arus
akan tersalur ke bumi melalui penghantar pengaman
sehingga arus meningkat dan pengaman akan terputus
secara otomatik

Fasa tunggal 3 kawat


Penghantar Aktif
Penghantar Nol/Netral
Hantaran pengaman
SISTEM HANTARAN PENGAMAN
L1/R
L2/S
L3/T
N
PE
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
Fasa tunggal 3 kawat

Nol &
Ground
dihubungkan
SISTEM PEMBUMIAN NETRAL PENGAMAN
L1
L2
L3
N/PE
1 HYDRANT
2 SPRINGKLER
3 LIFT
4 PRESSURIZED FAN
Suplai daya listrik untuk
5 EMERGENCY
sarana keselamatan
tidak boleh terganggu
pada kondisi apapun

MDB
G
1
2
3
4
5
6. Spare
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG

Metoda :
1. Isolasi bagian aktif
2. Penghalang atau Selungkup
3. Rintangan;
4. Jarak aman atau diluar jangkauan
5. Gawai proteksi arus sisa
6. Isolasi lantai kerja.
PROTEKSI BAHAYA
“JARAK AMAN”

Jarak aman atau diluar jangkauan


Tegangan kV Jarak cm
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
Akibat Bahaya Listrik
 Sekitar 5 pekerja terkena arus
kejut listrik per minggu (OSHA
Jepang)
 12% mengakibatkan kasus
kematian di tempat kerja
 Tegangan lebih 50 V telah
mengakibatkan bahaya
 Sangat berpotensi
menyebabkan kebakaran
Electricity – How it Works
 Arus listrik merupakan aliran
energi dari satu tempat ke
tempat lain.
 Memerlukan suatu sumber /
power, biaasanya generator
 Aliran arus melalui konduktor
 Mengalir dalam sirkit tertutup
(closed circuit)
Jenis-Jenis kecelakaan Listrik
Cidera atau kematian akibat sentuhan arus
kejut / Electrical shock
 Kebakaran / Terbakar
Jatuh dari ketinggian
Dampak arus kejut listrik
bagi manusia
 Tergantung pada:
 Bagian tubuh yang terkena
 Besar arus
 Lama / Duration mengalirnya arus ke
tubuh

 Tegangan Extra rendah


(50 V AB / 120 V AS)
tidak menimbulkan potensi bahaya
Terbakar
 Arus kejut dapat menyebabkan
cidera/luka
 Arus yang mengenai tubuh,
dapat menyebabkan luka bakar
Dampak bahaya Arus Kejut Listrik

 Arus di atas 10 mA* dapat


menyebabkan paralyze / membeku
 Arus di atas 75 mA dapat
menyebabkan jantung bergerak
cepat , gagal jantung dan dalam
beberap menit dapat meninggal,
kecuali dapat bantuan
defibrillator / alat bantu jantung

Defibrillator in use

* mA = milliampere = 1/1,000 of an ampere


KEBAKARAN LISTRIK
Kebakaran pada peralatan listrik
Kebakaran Kelas C

Bahaya kebakaran listrik :


• Terbakarnya insulator dapat menghasilkan asap beracun
• Asap pada ruangan sempit akan membahayakan
manusia
• Kebakaran listrik bisa menjadi pemicu terbakarnya
bahan lain di sekitarnya
• Pemadaman yang salah terhadap kebakaran listrik bisa
menyebabkan bahaya bagi regu pemadam listrik
KEBAKARAN LISTRIK
Yang harus dilakukan bila terjadi kebakaran listrik :

• Jika terlihat asap di peralatan listrik, segera tekan


switch off / matikan arus listrik peralatan tersebut.
• Matikan aliran listrik ke ruangan dimana terjadi
kebakaran listrik.
• Jangan membuka “electrical cabinet” yang terbakar
apabila belum disiapkan alat pemadam yang sesuai.
• Orang yang tidak berkepentingan harus segera
meninggal-kan ruangan.
• Singkirkan barang-barang lain yang memungkinkan
terja-dinya penyebaran kebakaran.
• Gunakan pemadam yang sesuai.
Jatuh dari ketinggian / Falls
 Arus kejut listrik dapat
menyebabkan cidera tak
langsung / cause indirect
injuries
 Pekerja pada ketinggian dapat
jatuh akibat terkena arus kejut
dapat menyebabkan kematian
Pengendalian Bahaya listrik
Kecelakaan listrik pada
pekerjaan konstruksi
disebabkan oleh kombinasi
tiga faktor berikut :

 Peralatan/ instalasi yang


tidak aman
 Lingkungan pada pekerjaan
konstruksi.
 Prilaku / cara bekerja yang
tidak aman.
Potensi Bahaya – Sentuh lansung

Cover removed from wiring or breaker box


44
Pengendalian – Isolasi Bagian aktif
• Ditutup dengan isolasi yang
hanya dapat dilepas dengan
merusaknya.
• Mampu menahan pengaruh :
Mekanik, kimia, listrik, dan
termal
• Jika isolasi diterapkan selama
pemasangan instalasi, mutu
isolasi ditetapkan dengan
pengujian sama dengan
jaminan mutu isolasi
perlengkapan buatan pabrik
Contoh Pengendalian– Mengisolasi bagian
konduktor / sambungan

 Gunaakan penutup /
penghalang / Use
guards or barriers

 Mengganti penutup

Guard live parts of electric equipment


operating at 50 volts or more against
accidental contact
Contoh pengendalian – menutup yang
terbuka
 Junction boxes, pull boxes
and fittings harus tertutup
dg rapi
 Cabinet , boxes dan fitting
yang tidak dpt terbuka
harus tertutup (jgn ada
penutupnya hilang)
Photo shows violations
of these two requirements
Potensi bahaya - Overhead Power Lines
 Biasanya tidak terisilasi
 Peralatan yang ada
kemungkinan dapat kontact
dg power line Crane
 Ladder
 Scaffold
 Backhoe
 Scissors lift
 Raised dump truck bed
 Aluminum paint roller
Pengendalian- Overhead Power Lines
 Berada pada posisi aman
 Ada tanda yang jelas
 Selalu berasumsi bahwa
jaring ada arus kejutnya
 Gunakan kayu atau
fiberglass ladders, tidak
boleh terbuat dari
metalmetal
 Pekerja pada jaringan
perlu traniing dan APD
khusus
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG

Jarak aman atau diluar


jangkauan
Tegangan kV Jarak
cm
1
50
12
60
20
Potensi Bahaya – kabel dan kawat yang rusak
 Plastik atau karet
penutup hilang
Plastic
 eextension cords &
tools rusak
Potensi Bahaya – kabel yang rusak
 Kabel dapat rusak :
 Umur
 Benturan ujung pintu atau
jendela
 Staples or fastenings
 Abrasi karena benturan
 penggunaan
 Penggunaan yang tidak
benar dapat menyebabkan
arus kejut, percikan api dan
kebakaran
Pengendalian – kabel dan kawat
 Isolasi yang memadai
 Periksa sebelum digunakan
 Gunakan tusuk kontak 3-wire type
 Gunakan tususk kontak yang cocok
(hard or extra-hard usage)
 Hanya gunakan kabel, kotak
kontak dan conecction yang sesuai,
 Melepaskan kabel dengan menarik
plug (Tusuk kontak) jangan
kabelnya.
Penggunaan Flexible Cords yang
diperbolehkan

Jangan menggunakan flexible wiring dimana pemeriksaan diperlukan dan


kemungkinan terjadi kerusakan .

Flexible cords tidak boleh . . .


• melalui lubang di dinding, ceiling atau lantai ;
•Melalui pintu, jendela atau jalan keluar masuk lainnya
•Dinding, ceiling atau lantai yang tersembunyi
POTENSI BAHAYA – SENTUH TIDAK LANGSUNG
Pengendalian bahaya sentuh tidak
langsung - Grounding
 Grounding memperkecil
resistansi alat dan bumi
 Saat ada arus kejut atau
tegangan petir, arus
mengalir ke tanah,
grounding melindungi
arus kejut melalui tubuh
Bahaya – Grounding tidak
sempurna
 Peralatan listrik
yang terhubung dng
sirkit yang
groundingnya tidak
sempurna akan
menimbulkan arus
kejut
 Kawat atau kotak
kotak yang rusak
Pengendalian – Peralatan dan perlengkapan di
Grounding

 Ground power supply systems,


instalasi listrik, and peralatan
listrik
 Inspeksi yang teratur untuk
menjamin grounding dalam kondisi
baik.
 Selalu Periksa sebelum
menggunakan peralatan listrik
 Jangan melepaskan grounding dari
peralatan listrik atau extension
cords
 bagian metal dari peralatan listrik
grounding
Pengendalian – Gunakan GFCI (ground-fault
circuit interrupter)
 Melindungi arus kejut
 Medeteksi perbedaan arus pada
kawat positif dan negatif (putih –
hitam)
 Jika grounding gagal, GFCI akan
memutuskan arus dalam 1/40th of a
second
 Gunakan GFCI’s on pada semua
instalasi listrik ( 120-volt, single-
phase, 15- and 20-ampere )
 Terapkan program menjamin
penggunaan grounding pada
peralatan llistrik
Pengendalian - program menjamin penggunaan
grounding pada peralatan llistrik

Program harus mencakup :


 Semua kabel
 Receptacles not part of a building or structure
 Perelatan yang dihubungkan dg kotak dan tusuk
kontak

Program meliputi:
 Buat prosedur pelaksanaan program (Permit work)
 Orang yang kompeten
 Pemeriksaan visual untuk memeriksa kerusakan
peralatan
Potensi Bahaya – Beban lebih
Bahaya dapat berasal dari :
 Terlalu banyak peralatan
listrik dalam satu kotak
kontak
 Proteksi arus lebih yang tidak
memadai
 Isolasi leleh / melting, dapat
menimbulkan bunga api
Pengendalian - Proteksi peralatan listrik

 Secara otomatis sirtkit


terbuka jika ada arus lebih
atau kegagalan grounding
 Pengguanaan GSCL, fuses,
dan circuit breakers
 Fuses dan circuit breakers
merupakan pengaman arus
jika terjadi kelebihan arus,
maka :
 Fuses akan meleleh
 Circuit breakers trip/
terbuka
Peralatan listrik / Power Tool
• Menggunakan
kabel tiga kawat
/ three-wire cord
dengan kotak
kontak yang
tergrounding,
atau
Proteksi dengan lokasi tidak konduktif
Temporary Lights
Lockout and Tagging of Circuits
 Gunakan kunci sesudah tidak mnggunakan
listrik
 Gunakan Tag controls
 Tag semua peralatan atau rangkaian yang
memungkinkan mempunyai arus kejut
 Tag harus jelas dan mudah terlihat.
Safety-Related Work Practices
 Gunakan pagar dan tanda yang jelas
pada perlengkapan atau peralatan
listrik
Penggunaan Alat Pelindung Diri

 Safety soes yang sesuai


standar
 sarung tangan
 hoods, sleeves, matting,
and blankets
 Topi / Hard hat
(insulated -
nonconductive)
Petir
AWAN KE AWAN

Arus : 5.000 ~ 200.000 A


Panas: 30.000 oC

AWAN KE BUMI

KERUSAKAN
• THERMIS,
• ELEKTRIS Sasaran
,
• MEKANIS, OBYEK YANG TERTINGGI
BAHAYA SAMBARAN PETIR

SAMBARAN
LANGSUNG

SAMBARAN
.
TIDAK LANGSUNG
KONSEP PROTEKSI BAHAYA
SAMBARAN PETIR

PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG


Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statis

PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG


Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester)
Ref
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989
tentang instalasi penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal / proteksi
bahaya sambaran langsung

2. SNI 04- 0225 2000 (PUIL 2000)


Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal / proteksi
bahaya sambaran tidak langsunglangsung

Instalasi penyalur petir yang tidak


memenuhi syarat dapat mengundang bahaya
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989

SISTEM FRANKLIN

PENERIMA
Sudut perlindungan (AIR TERMINAL)
112 o

 HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)

 HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)

Resistan pembumian
mak 5 ohm
Pengawasan K3
Instalasi Penyalur Petir
PERMENAKER PERMEN
No. PER 02/MEN/1989 KETENAGAKERJAAN
Tentang NO. 31 TAHUN 2015
Instalasi Penyalur Petir +++++++
+++++++++
Ruang lingkup : +++++++
Sistem eksternal - - - - - - -
- - - - - -
Jenis : - - - - -
konvensional &
elektrostatik
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR


A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15)
B : Struktur konstruksi (0 1 2 3)
C : Tinggi bangunan (0 2 3 4 5 - 10)
D : Lokasi bangunan (0 1 2)
E : Hari guruh (0 1 2 3 4 - 7)

R =A+B+C+D+E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
SNI 225 - 1987
Harus dipasang instalasi PUIL-1987
(820 - B.16 dan - C.4)
PROTEKSI PETIR
(Sistem internal protection)

Ruangan berpotensi bahaya


ledakan gas/uap/debu/serat
PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL
Semua bagian konduktif dibonding
Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua
kawat RSTN
tegangannya sama tidak ada beda potensial

RSTN RSTN

ARRESTER

GROUNDING
Harus dipasang instalasi
PROTEKSI PETIR
(Sistem internal protection)

Ruangan berpotensi bahaya


ledakan gas/uap/debu/serat

65
Jenis Penerima (Spitzer)
).Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung
bertingkat tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang pada
kolom-kolom tersebut. Tentu saja sambungan-sambungan antar kolom besi
betonnya harus berhubungan secara elektrik. Ini sudah digunakan di Negeri
Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir semacam ini yang disebut dengan
sistem sangkkar (Faraday Cage) seperti pada gambar
Sistem sangkar faraday

17/11/02 created by Ganjar Budiarto 60


Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan
penerima tunggal sebagai penangkap/penerima
Franklin (Konventional) VS LPS
(Electrostatik/Electromagnet)

 Resistans pembumian Makimal 5


Ohm. Bila dari hasil pengukuran
resistan pembumian tidak
memenuhi syarat akan dapat
mengundang bahaya, yang disebut
tegangan langkah seperti diuraikan
diatas. Perhatikan gambar
++++++++
++++++++
++++++++
------------
-------------
------------

MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK
++++++++
++++++++
++++++++
------------
-------------
------------

MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15

B: Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3

C: Tinggi bangunan
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

C: Tinggi bangunan
s/d 6m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
D: Lokasi bangunan
Tanah datar : 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2

E: Hari guruh per tahun


2 : 0
4 : 1
8 : 2
16 : 3
32 : 4
64 : 5
128 : 6
156 : 7
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
PENGHANTAR PENURUNAN
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam
bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon,
menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung
secara elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar
maximal 5 meter.
BAHAN PENGHANTAR PENURUNAN
a. Kawat tembaga penampang min. 50 mm2 & Tebal minimal 2 mm.
b. Bagian atap, pilar, dinding, tulang baja yang mempunyai massa
logam yang baik.
c. Khusus tulang beton harus memenuhi :
a. Sudah direncanakan untuk itu
b. Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah
tanah.
d. Kolom beton yang digunakan sebagai penghantar adalah kolom
beton bagian luar.
e. Pipa penyalur air hujan + minimal dua pengantar penurusan khusus.
f. Jarak antar penghantar
a. Tinggi < 25 m max. 20 m
b. Tinggi 25 – 50 m max (30 – 0,4xtinggi bangunan)
c. Tinggi > 50 m max 10 meter.
SYARAT PEMBUMIAN/TAHANAN PEMBUMIAN
a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.
b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
a. Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang
(direncanakan).
b. Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
c. Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi
secara mendatar.
d. Pelat logam yang ditanam.
e. Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi
sesuai standar)
c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
d. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang
mempunyai beberapa penghantar harus disambungkan
dengan elektroda kelompok.
e. Terdapat sambungan ukur.
f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
• Masing-masing penghantar penurunan harus disambung
dengan penghantar lingkar yang ditanam dengan beberapa
elektro tegak atau mendatar sehingga jumlah tahan
pembumian bersama memenuhi syarat.
• Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya)
yang ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahan
pembumian memenuhi syarat.
g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi
listrik tidak boleh digunakan untuk pembumian instalasi
penyalur petir.
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar
selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
1. Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
2. Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau
instalasi)
3. Secara berkala setiap dua tahun sekali.
4. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3
Inspeksi.

4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)


Dalam pemeriksaan dan pengujian hal yang perlu
diperhatikan :
a. Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang
dapat menimbulkan karat.
b. Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima,
penghantar
c. Sambungan-sambungan
d. Tahanan pembumian dari masing-masing
elektroda maupun elektorda kelompok.
e. Setiap hasil pemeriksaan dicatat dan diperbaiki.
f. Tahanan pembumian dari seluruh sistem
pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm.
g. Dilakukan pengukuran elektroda pembumian.
ELEVATOR
Elevator sebagai sarana transportasi
vertikal yang dirancang dengan perangkat
pengendali otomatik dari dalam kereta dan
pada setiap lantai pemberhentian.

Pengguna/penumpang Elevator hanya


dengan tekan tombol dapat
mengendalikannya menuju lantai yang
dikehendaki;
ELEVATOR
Elevator sebagai sarana
transportasi vertikal
dalam gedung, dengan
perangkat pengendali
otomatik.

Elevator berpotensi
BAHAYA,

Harus dilakukan
UPAYA K3
Ketentuan K3 Elevator

UU 1/70 Bab II Psl 2 (2) - f


……… tempat kerja dimana :
f. Dilakukan pengangkutan barang,
binatang, atau manusia, baik
didarat, melalui terowongan,
dipermukaan air, dalam air maupun
di udara
Syarat-syarat K3 Elevator

UU 1/70 (Bab III Psl 3 (1) - n


Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk :
n. “Mengamankan dan memperlancar
pengangkutan orang, binatang,
tanaman atang barang”.
ELEVATOR
Apabila terjadi sesuatu hal yang
membahayakan, penumpang tidak
dapat berbuat apa apa,

Aspek kehandalan dan keselamatan


penumpang merupakan faktor
dasar dalam pertimbangan
perancangan Elevator.
K3 Elevator
Untuk menjamin kehandalan dan
keamanan Elevator, telah ditetapkan
syarat-syarat K3,

Dasar :
Undang undang No 1 th 1970;
Peraturan Menaker No Per. 03/Men/1999
Kepmenaker No. : Kep 407/M/BW/1999

Diganti : Permenaker No.6 Th.2017


(ps.90)
PERMENAKER NO : PER 06/MEN/2017
Ttg
Syarat-syarat K3 Elevator dan Eskalator

Persyaratan teknis Elevator


• Mesin
• Ruang /kamar mesin
• Tali baja
• Tromol
• Ruang luncur
• Rel pemandu
• Lekuk dasar
• Kereta
• Governor
• Pengaman
• Bobot imbang
• Penyangga
• Instalsi listrik
Ruang Mesin

Pintu
Luar

Buffer

9/4/2022 106
Penyebab Kecelakaan Dalam Keadaan Darurat

 Kerusakkan Tindakan
Lift

 Kebakaran Pencegahan
Gedung
Prosedur
dan
tindakan
Gempa Bumi standard
Persiapan
Banjir
9/4/2022 107
 Elevator Jalan saat penumpang
Keluar masuk
 Kecelakaan terhadap orang
yang membuka pintu dari luar
saat kereta sedang bisa
berjalan cepat.

9/4/2022 108
9/4/2022 109
KOMPETENSI SDM
BIDANG LISTRIK

1.KETEKNIKAN
2.KESELAMATAN KERJA
KOMPETENSI SDM
BIDANG K3 LISTRIK
AHLI K3 LISTRIK : PERANCANGAN;
RIKSA UJI

PENYELIA K3 LISTRI : PENGAWAS PEKERJAAN


PEMASANGAN,
PEMELIHARAAN,
PERBAIKAN

TEKNISI LISTRIK : PELAKSANA PELAYANAN,


PEMELIHARAAN
KEP DIRJEN. NO:KEP 48/PPK&K3/VIII/2015
B. Jenis Sertifikasi Kompetensi Personel
1. Bidang K3 Listrik
- Ahli K3 Listrik / Petir
(KEP DIRJEN NO: KEP.47/PPK&K3/VIII/2015)
- Teknisi K3 Listrik / Petir
(KEP DIRJEN. NO:KEP 48/PPK&K3/VIII/2015)
2. Sertifikat Bidang Teknisi Elv. (407/M/99)
• PENYELIA PEMASANGAN
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek pemasangan
• TEKNISI (Ajustment)
Melaksanakan Comissioning,
• TEKNISI PEMELIHARAAN
Merawat dan memperbaiki lift
• PENYELIA OPERASI LIFT
Mengawasi kelaikan operasi lift
Pengurus Wajib Membentuk Organisasi K3
PK dan Menyiapkan Personilnya
Inventarisasi
Jenis jabatan fungsional berbasis kompetensi K3 Listrik
1. Klas I. Teknisi ( pemasangan, pemeliharaan)
2. Klas II. Penyelia (pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan)
3. Klas III. Ahli K3 Listrik

Teknisi Listrik Penyelia K3 Ahli K3 Listrik


Listrik
Dapat melayani dan Dapat melakukan Dapat
memelihara inst. pengawasan pek. mengevaluasi
listrik secara benar pemasangan dan potensi bahaya dan
dan aman, baik pemeliharaan inst. tindakan koreksi
bagi dirinya, listrik secara benar terhadap:
peralatan dan aman dan aman sesuai • gambar
dalam ketentuan dan rancangan;
pengoperasiannya prosedur K3. • hasil
pemeriksaan
dan pengujian;
Inspeksi K3

Pelaksanaan inspeksi oleh operator


• Dilakukan oleh setiap karyawan pada
area kerjanya masing-masing
• Hal yang harus di inspeksi adalah
kondisi lingkungan, keadaan
peralatan mesin, metode kerja
• Dilakukan seseringnya agar kondisi
bahaya tidak muncul,

created by PNK3 9/4/2022 11


4
Inspeksi K3

Laporan inspeksi
• Dilakukan oleh setiap karyawan pada
area kerjanya masing-masing
• Hal yang harus di inspeksi adalah
kondisi lingkungan, keadaan peralatan
mesin, metode kerja
• Dilakukan seseringnya agar kondisi
bahaya tidak muncul,

created by PNK3 9/4/2022 11


5
Created by PNK3 NAKERTRANS 9/4/2022 11
6
Penyelamatan Karena Kebakaran

Created by PNK3 NAKERTRANS 9/4/2022 11


7
 Lift Tidak Bisa Otomatis Turun
1. Informasikan melalui interkom lift ada kebakran.
2. Minta penumpang tidak panik dan menombol lantai
terdekat dan segera keluar dari kereta setelah pintu
terbuka dan minta untuk menggunakan tangga
darurat.
3. Catat lantai terakhir kereta berhenti (Jika aman)
4. Yakinkan semua lift sudah ditinggalkan
penumpang.
5. Jangan mencoba memadamkan api dengan lift.
6. Tinggalkan gedung.
7. Berikan informasi pada petugas kebakaran guna
memudahkan penyelamatan/rescue.
Created by PNK3 NAKERTRANS 9/4/2022 11
8
Untuk Lift Yang Berfungsi Sebagai Lift
Pemadam Kebakaran (Fire Man Lift).
1. Lift pemadam kebakaran tidak
boleh digunakan oleh siapapun
kecuali oleh personil pemadam
kebakaran.
2. Berikan Informasi pada pihak
pemadam kebakaran letak tombol
untuk mengaktifkan lift agar bisa
dioperasikan oleh pemadam
kebakaran.

9/4/2022
Created by PNK3 NAKERTRANS 119
 Elevator Bisa Turun Dengan Tombol
Kebakaran
1. Elevator bisa secara otomatis turun ke lantai utama
setelah tombol darurat ditekan (Fire Emergency
Operation).
2. Yakinkan semua elevator sudah kosong dan tidak
digunakan lagi.
 Elevator Otomatis Turun Jika Ada Kebakaran.
1. Semua elevator secara otomatis akan turun jika fire
alarm yang interkoneksi dengan kontrol
mendeteksi adanya kebakaran.
2. Yakinkan semua elevator sudah kosong dan tidak
digunakan lagi.

Created by PNK3 NAKERTRANS 9/4/2022 12


0
Jenis Sertifikasi K3 Bidang Listrik

1. Sertifikat Pengesahan Alat / Instalasi


- Pembuatan
- Pemasangan
- Pemakaian

2. Sertifikasi, Lisensi, Kompetensi Personil


3. SKP Lembaga K3 (Perencana, pemasang,
Riksa-uji, Pembinaan)
Jenis Sertifikasi K3 Listrik

A. Sertifikasi Alat / Instalasi


1. Listrik
- Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan
- Pengesahan Pemasangan Instalasi
- Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi
2. Penyalur Petir
- Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan
- Pengesahan Pemasangan Instalasi
- Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi
3. Pesawat Lift
- Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan
- Pengesahan Pemasangan Instalasi
- Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi
Listrik mengandung potensi bahaya yang
dapat mengancam keselamatan manusia
(tenaga kerja), asset maupun lingkungan,
karena itu instalsi listrik harus dikendalikan
dengan pendekatan:
• TEKNIS : dirancang, dipasang, diperiksa/diuji secara
berkala dengan mengacu pada standar (PUIL) yang
berlaku
• PERSONEL : melalui pembinaan kompetensi teknisi,
penyelia, ahli
• MANAJEMEN : menerapkan SMK3
 Listrik, elevator mengandung potensi
bahaya
 Penggunaan instalasi/peralatan listrik,
elevator harus memenuhi persyaratan K3
 Masa riksa uji elevator berlaku 1 tahun
 Operasional listrik/elevator harus
diawasi oleh teknisi yang kompeten
 Pengurus bertanggung jawab atas
pelaksanaan syarat-syarat K3
Sekian

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai