Anda di halaman 1dari 44

PEMERIKSAAN FISIK

BEDAH SARAF
PEMBIMBING:
DR. dr. Saleh Al Mochdar, Sp.BS, MH.Kes

Oleh:
Jessica Kristianto 201806010054
Hasnah Viviana 1820221147

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RS BHAYANGKARA TK I R. SAID SUKANTO
PRIMARY
A SURVEY
Perhatikan aliran saluran nafas
Suara tambahan?
Bebaskan jalan nafas
(oropharyngeal tube, endotrakeal tube)
o Snoring  Obstruksi  Oropharyngeal Airway
o Gurgling  Cairan (darah atau liur)  suction cairan
Airway + C- spine control (stabilisasi cervical)

Apakah oksigenasi efektif?


Lakukan bag valve mask evaluasi
B Ada jejas di thorax atau tidak
Penilaian pergerakan dinding dada
Perkusi  hipersonor  curiga tension
redup  curiga hematotoraks/efusi pleura
saturasi

Hitung RR

Pembagian stadium obstruksi saluran nafas menurut Jackson :


Stad. 1 : retraksi suprasternal dan stridor tenang
Stad. 2 : retraksi suprasternal & epigastrium, gelisah
Stad. 3 : retraksi suprasternal, infraklavikula, dan intercostal, gelisah serta dispnea.
Stad. 4 : retraksi sangat jelas, sianosis, paralisa, pusat pernafasan ok hiperkapne
Kelola perdarahan, Resusitasi

C
Apakah perfusi adekuat?
Apakah ada perdarahan? cairan
Apakah ada tanda syok ?

EVALUASI STATUS NEUROLOGIS

D EVALUASI OKSIGENASI, VENTILASI, DAN PERFUSI

Menilai:

E
- Cedera yang tidak teridentifikasi sebelumnya (luka bakar, perdarahan, memar, fraktur)
- kemungkinan lain yang berhubungan dengan pajanan dari lingkungan (udara dingin  hipotermi dan
instabilitas jantung)
DERAJAT KESADARAN

■ Compos mentis : GCS 14-15


■ Apatis : GCS 12-13
■ Somnolen : GCS 10-11
■ Delirium : GCS 9-7
■ Stupor : GCS 4-6
■ Koma : GCS 3
PEMERIKSAAN KUALITATIF
KESADARAN
■ Compos mentis: normal
■ Apatis: kurang perhatian
■ Somnolen: mengantuk, kesadaran kembali bila dirangsang
■ Sopor: mengantuk yang dalam, sadar bila dirangsang dengan kuat
■ Koma – ringan: tidak respon dengan rangsang verbal atau sentuh, rangsang nyeri dapat
berespon gerakan. Refleks kornea (+)
■ Koma: tidak ada respon dengan rangsangan apapun
SECONDARY SURVEY
■ Dilakukan setelah sudah dilakukan penilaian terhadap fungsi vital dan tindakan
terhadap kondisi yang membahayakann telah dimulai
■ Meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik
1. Onset

ANAMNESIS
2. Lokasi
KELUHAN 3. Kronologi
4. Kualitas
UTAMA 5. Kuantitas
6. Gejala atau keluhan penyerta
IDENTITAS 7. Faktor yang memperberat atau meringankan

Nama, Usia, Jenis NYERI PENKES KEJANG TRAUMA


Kelamin, Suku,
Agama, Pekerjaan, Menggali RPS dan seberapa ▪ Mekanisme Trauma
Alamat berat nyeri ▪ Waktu dan perjalanan trauma pingsan atau
sadar setelah trauma
▪ Amnesia retrograde/ anterograde

+ Riwayat alcohol, narkotika,


+ Gejala peningkatan TIK: nyeri kepala, muntah proyektil, papil edema (funduskopi)
+ Gangguan motorik, sensorik, dan otonom
ANAMNESIS
RPD dan RPK RPSosEk

• Riwayat keluhan serupa • Diet


• Riwayat kanker • Kebiasaan (merokok, konsumsi alkohol,
• Riwayat Infeksi (M. tuberculosis) olahraga, dll)
• Riwayat penyakit lain (HT, DM, Epilepsi, • Lingkungan
Operasi kepala/vertebrae)
 Riwayat AMPLE
o A
o Alergi, adakah alergi pada pasien, seperti obat- obatan, plester, makanan
o M
o Medikasi/obat-obatan, obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan
hipertensi, DM, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
o P
o Past medical history, riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal
o L
o Last meal, obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam sebelum
kejadian
o E
o Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama)
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA
Mencari tanda :
a. Jejas di kepala
hematoma subkutan, subgaleal, luka terbuka, luka tembus dan benda asing.
b. Tanda fraktur basis cranii
• ekimosis periorbita (brill hematoma)
• ekimosis post auricular (battle sign)
• rhinorrhea
• otorrhea serta perdarahan di membrane timpani atau laserasi kanalis auditorius.
c. Tanda fraktur tulang wajah = fraktur maxilla (Lefort), fraktur rima orbita dan fraktur
mandibula
• Tanda trauma mata
perdarahan konjungtiva, perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan
jejas lain di mata.
• Auskultasi arteri karotis
menentukan bruit (berhubungan dengan diseksi karotis)
PEMERIKSAAN LEHER DAN VERTEBRAE

Mencari tanda adanya cedera pada tulang belakang dan cedera


pada medula spinalis.

Pemeriksaan meliputi:
Jejas, Deformitas, motorik, Sensorik, Otonomik
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Kulit Kepala dan Tulang
2. Pemeriksaan Neurovaskuler
3. Pemeriksaan Saraf Kranialis
4. Tes Koordinasi
5. Pemeriksaan Motorik
6. Pemeriksaan Sensorik
7. Pemeriksaan Refleks
SARAF KRANIAL
N I. OLFAKTORIUS
■ Fungsi: penghidu
■ Persiapan: Pasien sadar & kooperatif
■ Bahan: kopi, teh, tembakau, jeruk, peppermint,kamper,aq.rosarum
■ Pemeriksaan :
1.Subyektif : Keluhan pasien
2.Obyektif
A. Inspeksi
– Periksa kedua lubang hidung
– yakinkan jalan pernafasan & mukosa baik
N I. OLFAKTORIUS
B. Identifikasi:
1. Pasien diberitahu bahwa daya penciumannya hendak diperiksa.
2. Tutup mata pasien.
3. Pasien mengidenfikasi apa yang tercium olehnya bila suatu zat di dekatkan
pada lubang hidungnya.

Normosmia normal

Hiposmia Kemampuan menghindu menurun

Hiperosmia Kemampuan menghindu meningkat

Parosmia Salah menghindu


Kakosmia Mempersepsi adanya bau busuk
N II. OPTIKUS
• Meneruskan rangsang cahaya dari retina ke lobus oksipitalis.
• Fungsi : penglihatan, reflek cahaya (aferen)

Lapang Pandang

Tajam Penglihatan

Pengenalan warna
(test Isihara’s)

Funduskopi
N III. OKULOMOTORIUS
N IV. TROKLEARIS
N VI. ABDUSEN • Pemeriksaan Pupil
• Mempersarafi otot penggerak bola mata
• N. okulomotorius :
- m. rektus medialis
- m. rektus superior
- m. rektus inferior
- m. obliqus inferior
- m. konstriktor pupil

• N. trokhlearis : m. obliqus superior


• N. abdusen : m. rektus lateralis.
N V. TRIGEMINUS
• V1. N Ophtalmicus
• V2. N Maxillaris
• V3. N Mandibularis

Sensibilitas 3 dermatom Merapatkan gigi

Refleks Kornea Membuka mulut

Jaw refleks Menarik dagu


N VII. FACIALIS
• Pengecapan 2/3 anterior lidah
• Ekspresi wajah otot mimik wajah
• Sekresi kelenjar lakrimalis
Motorik

A. Mengerutkan dahi dengan cara meilhat ke atas (M.


Frontalis)
B. Menutup mata lalu pemeriksa mencoba memaksa membuka
(M. Orbicularis Oculi)
C. Mengunci bibir sambal menggembungkan pipi (M.
Buccinator)
D. Tersenyum sambal memperlihatkan gigi (M. Orbicularis
Oris)

Sensorik
Julurkan lidah, keringkan, oleh zat manis, asin, asam, pahit
N VIII. VESTIBULOKOKHLEARIS
• Terdiri dari n. vestibularis & n. koklearis
• Sistem vestibularis  labirin, n. vestibularis, jaras vest. sentral.
• Refleks Vestibulo okularis  mempertahankan mata pada obyek tertentu
• Gangguan menyebabkan :
- vertigo
- nistagmus
- hilang keseimbangan
• Tes Pendengaran Garputala
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach
N. VESTIBULARIS
Pemeriksaan keseimbangan :
– Uji romberg
– Jalan ditempat dengan mata tertutup
– Mengerak-gerakkan kedua anggota bagian atas, keatas, kebawah dengan mata tertutup
■ Interpretasi :
– Romberg +
– Jalan berubah arah kesisi labirin yg rusak
– Deviasi kearah labirin yg rusak
N IX. GLOSSOFARINGEUS

Fungsi :
 Menelan
 Sekresi liur gld. parotis
 Pengecapan 1/3 belakang lidah
 Aff. Reflek muntah
Jarang lesi hanya terjadi pada n. IX, seringkali
 Aff. Baroreseptor pada sinus karotikus
bersamaan dg n. X dan n. XI
 Aff. Kemoreseptor pada glomus karotikus.
Penyebab lesi :
 Fraktur basis kranii
 Tumor basis fosa posterior
 Aneurisma a. vertebralis dan basilaris
 Paralisis bulbar progresif
 Siringobulbi
Normal Oropharynx

Left CN9 Dysfunction: Patient status post


stroke affecting left CN9. Uvula therefore
pulled over towards right.
N X.VAGUS
Merupakan komponen utama persarafan parasimpatis
Fungsi :
Lesi n. vagus :
 Menelan  otot2 faring & palatum mole
● Intra kranial : tumor, hematom,
 Bersuara  konstriktor faring, pita suara trombosis, MS, ALS, siringobulbi,
meningitis
 Sensoris  kulit telinga bag. posterior, MAE ● Perifer : neuritis, tumor, penyakit
 Sensasi dari faring & laring kelenjar, trauma.
 Refl. batuk ● Paralisis lengkap bilateral n. vagus
 Cardiac depresor, bronchoconstrictor,motilitas & sekresi GI cepat menyebabkan kematian.

 Baroreseptor & kemoreseptor pada bulbus dan Klinis gangguan N. IX dan X:


sinus aorta ● Gangguan menelan (disfagia) 
paralisis n. IX dan n. X
● Suara serak/ lemah: Kerusakan N. X
unilateral
N XI. AKSESORIUS
Mempersarafi : m.
sternocleidomastoideus dan m. 1.Pemeriksaan Fungsi M.Sterno Kleidomastodius
trapesius. – Pasien memutar kepala ke sisi yg sehat.
Pemeriksa meraba M.sterno kleidomastoideus sisi kontralateral.
Interpretasi :
Lesi  kesulitan menolehkan kepala Normal : Kontraksi +
Kelainan : Kontkaksi –

Penyebab lesi : 2. Pemeriksaan Fungsi M.Trapezius


A.Saat Istirahat
 Trauma kepala B.Saat bahu digerakkan
Interpretasi :
 Amiotropik lateral sclerosis Normal : simetris
Kelainan :
 Tumor pd foramen magnum
 Asimetris
 kelemahan pd
 bahu yg sakit
N XII. HIPOGLOSUS
Mempersarafi otot2 lidah: stiloglosus, hioglosus, genioglossus,
longitudinalis inferior dan superior Pemeriksaan
Lesi unilateral  disartria • Inspeksi lidah saat istirahat
• Inspeksi lidah saat dijulurkan
Lesi bilateral  disartria dan disfagia • Pemeriksaan artikulasi kata “ ular
loreng lari lurus dilorong”
Lesi unilateral; supraneklear  kelemahan, et: trombosis, Interpretasi :
hematom, tumor • Normal : Deviasi –
Lesi bilateral, nuklear  kelemahan dan atrofi, et : paralisis • Kelainan : Deviasi +
bulber, siringobulbi, poliomielitis
Pemeriksaan Motorik
◦ Pemeriksaan Gerakan volunter
◦ Pemeriksaan tonus otot
◦ Pemeriksaan Kekuatan otot
◦ Pemeriksaan Gerakan involunteer
◦ Pemeriksaan fungsi koordinasi
TONUS OTOT

Saat sendi sendi di gerakan dan mengakibatkan otot otot ekstensor dan fleksor tertarik
dengan sedikit tahanan yang wajar. Tahanan itu di sebut tonus otot

Hipotonus = Tidak pada tahanan


Hipertonus = Tahanan berlebihan
KEKUATAN MOTORIK

0 Tidak ada kontraksi


1 Kontraksi minimal (sekejap) tetapi tidak mampu menggerakan persendian
2 Mampu bergerak tetapi tidak mampu melawan gaya gravitasi
3 Mampu melawan gaya gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan
4- Mampu melawan gaya gravitasi dan melawan tahanan ringan
4 Mampu melawan gaya gravitasi dan melawan tahanan sedang
4+ Mampu melawan gaya gravitasi dan melawan tahanan kuat
5 Kekuatan normal

Kekuatan motorik berdasarkan skala dari British Medical Research Council


TES KOORDINASI
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
KELAINAN NEUROLOGIS

Motorik :
■ Monoparese
■ Hemiparese
■ Tetraparese
REFLEKS PATOLOGIS

Refleks patologis adalah refleks refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang orang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil.

Refleks patologis selalu merupakan tanda lesi Upper Motor Neuron (UMN)

Positif apabila ibu jari dorsofleksi diikuti pemekaran pada jari lainnya
Refleks Schaefer
Refleks Hoffman dan Tromner Refleks Babinski

Refleks Chaddock Refleks Oppenheim Refleks Gordon


KELAINAN PEMERIKSAAN SENSORIK

Rasa raba Rasa suhu


– Hilangnya rasa raba : ANESTESIA.
○ Hilangnya rasa suhu : THERMOANESTHESIA.
– Berkurangnya rasa raba : HIPESTESIA.
– Berlebihnya rasa raba : HIPERTESIA. ○ Berkurangnya rasa suhu : THERMOHIPESTHESIA.

○ Berlebihnya rasa suhu : THERMOHIPERESTHESIA.


Rasa nyeri
Rasa abnormal dipermukaan tubuh
– Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.
– Berkurangnya rasa nyeri : HIPALGESIA. ○ Kesemutan : PARESTHESIA.
– Berlebihnya rasa nyeri : HIPERGESIA.
○ Nyeri panas dingin tidak karuan : DISESTHESIA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Polos CT Scan MRI

(+) (+) (+)


• Cepat, murah, mudah diakses • Lebih spesifik dari foto polos • Memiliki spesifisitas tertinggi
• Dapat melihat fraktur dan • Dapat melihat fraktur dan dalam mendiagnosis
fragmennya fragmennya (-)
• Dapat melihat struktur tulang • Dapat menilai perdarahan, infeksi, • Membutuhkan waktu yang lama
belakang tumor, kelainan pada tulang dalam pelaksanaan, mahal, dan
(-) belakang ketersediaan yang terbatas
• Tidak spesisfik dalam menilai • Bisa menjadi penunjang utama pada
perdarahan, infeksi, tumor kelaian kepala dan vertebrae
• Tidak bisa dijadikan penunjang (-)
utama • Kurang spesifik dalam menilai
penyebab yang minimal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai