Anda di halaman 1dari 40

Gangguan-Gangguan

Psikologis
02
Modul ke:

Fakultas
Psikologi Paradigma Psikopatologi dan
Dasar-Dasar Terapi Psikologis
Program Studi
Psikologi
Agustini, M.Psi.,Psikolog
Normal

• Apa itu normal????

• Normal berkaitan dengan batasan tertentu.


Jika lewat dari batasan tersebut, maka
dikatakan tidak normal.
• Hal yang penting adalah bagaimana dan
siapa yang membuat patokan tersebut
(subjektif).
Definisi Normalitas Psikologis

Definisi normalitas psikologis seseorang meliputi:


• Kognisi
• Motivasi
• Perilaku
• Emosi
• Kesadaran-diri
• Kontrol-diri
• Penghargaan-diri
• Hubungan sosial berdasarkan afeksi
• Produktivitas dan kreativitas
Pendekatan dalam Menilai
Normalitas
• Pendekatan Kuantitif
Menurut pendekatan kuantitatif, normalitas didasarkan
sering atau tidaknya sesuatu terjadi, yang diperkirakan
secara subjektif mengikuti pemikiran awam.

• Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif ini menegakkan pedoman-pedoman
normatif yang tidak berdasarkan perhitungan atau
pemikiran awam. Patokan-patokan kualitatif ini sangatlah
terikat dengan keadaan sosial budaya setempat.
Ciri-Ciri Perilaku Abnormal

Menurut Coleman, terdapat 5 (lima) ciri perilaku


abnormal:
• Penyimpangan dari norma-norma statistik
• Penyimpangan dari norma-norma sosial
• Gejala “salah suai” (maladjustment)
• Tekanan batin
• Ketidakmatangan
Kriteria Yang Menentukan
Abnormalitas
• Perilaku yang tidak biasa.
• Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau
melanggar norma sosial.
• Persepsi atau tingkah laku yang salah terhadap realitas.
• Orang-orang tersebut berada dalam stres personal yang
signifikan.
• Perilaku maladaptif.
• Perilaku berbahaya.
Psikiater : Orang yang mengambil spesialisasi dalam bidang
tingkah laku manusia yang tidak normal atau semacam gangguan
mental. Psikiater adalah dokter yang memiliki izin memeriksa
orang yang kurang normal dan berhak memberikan resep atau
obat.

Psikolog : Semua tingkah laku manusia, baik yang normal


maupun yang tidak normal dipelajari dan diteliti dengan
melakukan berbagai eksperimen.
Dalam Psikiatri : Perilaku pasien dapat langsung diamati melalui
cara yang ilmiah yaitu: kecepatan bicara, aktivitas yang dapat
diukur dan dicatat. Kebanyakan pasien psikiatri mengeluh
mengenai pengalaman seperti: depresi, pikiran obsesi dan
sebagainya, yang tidak dapat diamati secara langsung dan hanya
dapat diselidiki secara tidak langsung melalui laporan subjektif.
Penelitian dan uraian jenis pengalaman ini yang dinamakan
dengan Psikopatologi atau Fenomenologi.
Kriteria Kesehatan Mental

Menurut Atkinson terdapat 6 kriteria untuk menentukan


kesehatan mental seseorang, yaitu :
• Pertama, adanya persepsi yang realistis dan efisien dalam
mereaksi atau mengevaluasi apa yang terjadi di dunia
sekitarnya.
• Kedua, mengenali diri sendiri, baik berkaitan dengan kesadaran
atau motifnya.
• Ketiga, kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara
sadar, seperti menahan perilaku impulsive dan agresif.
• Keempat, memiliki harga diri dan dirinya dapat diterima oleh
lingkungan sekitarnya.
• Kelima, kemampuan untuk membentuk ikatan kasih sayang,
seperti tidak menuntut berlebihan pada orang lain dan dapat
memuaskan orang lain bukan hanya memuaskan diri sendiri.
• Keenam, memiliki antusias yang mendorong seseorang
untuk mencapai produktivitas.
Kriteria Gangguan Jiwa Menurut Ilmu
Psikopatologi

Berdasarkan hasil dari ilmu psikopatologi, gangguan jiwa


dibagi
menjadi 9 (sembilan), yaitu:
1. Gangguan pikiran (arus pikiran dan isi pikiran)
2. Gangguan persepsi (ilusi dan halusinasi)
3. Gangguan kesadaran
4. Gangguan perhatian
5. Gangguan orientasi (waktu, personal, dan tempat)
6. Gangguan ingatan (amnesia dan dysmnesia)
7. Gangguan emosi
8. Gangguan bicara
9. Gangguan motorik
Proses Terjadinya Gangguan Jiwa

Secara umum, melihat gejala dari proses terjadinya gangguan


jiwa dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut:
1. Perkembangan mengalami regresi (kemunduran atau
penurunan).
2. Perilaku tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
3. Ekstrim secara statistik (jumlahnya sangat sedikit).
4. Proses aktualisasi diri tidak berjalan normal.
5. Tidak memiliki resistensi terhadap stress.
6. Persepsi tidak realistik dan tidak akurat.
7. Tidak mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungannya.
Istilah yang sering digunakan bagi penderita gangguan jiwa
dalam studi kasus psikopatologi adalah Psikopat. Pada dasarnya
psikopat berbeda dengan gangguan jiwa. Psikopat masih memiliki
batas kesadaran terhadap apa yang dilakukan, sementara
gangguan jiwa sama sekali tidak mempunyai kontrol kesadaran
terhadap apa yang dilakukan. Artinya, bahwa psikopat masih
sadar dengan apa yang diperbuat hanya saja ada gejala
gangguan kejiwaan yang mendorong terjadinya perilaku
menyimpang secara hukum dan budaya.
• Normalitas psikologis seseorang adalah fungsi mental
yang akurat dan efisien, yang meliputi: kognisi,
motivasi, perilaku, emosi, kesadaran-diri, kontrol-diri,
penghargaan-diri, hubungan sosial berdasarkan
afeksi, dan produktivitas dan kreativitas.
• Perilaku abnormal atau abnormal behaviour adalah
perilaku maladaptif kemudian disebut dengan mental
disorder, psikopatology, emotional discomfort, mental
illness atau gangguan mental.
• Psikopatologi adalah ilmu psikologi yang khusus
menguraikan keadaan psikis yang tidak normal
(abnormal). Dengan kata lain, psikologi bagi orang-
orang yang bertindak di luar batas manusia yang
jiwanya normal.
Psikopatologi
• Psikopatologi adalah studi tentang penyakit mental,
tekanan mental, dan abnormal (perilaku maladaptif).
• Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
gejala gangguan jiwa pada manusia.
• Istilah ini sering digunakan dalam psikiatri dimana
patologi mengacu pada proses penyakit.
• Dalam istilah lain, psikologi abnormal juga sering
disamakan dengan psikopatologi.
Pengembangan WHO dan Sistem
DSM
• Tahun 1939→ World Health Organization (WHO) memasukkan
gangguan jiwa dalam International List of Couses of Death (ICD).
• Tahun 1948→ Daftar tsb diperluas menjadi International Statiscal
Classification of Diseases, Injuries, and Causes of Death (daftar
lengkap mengenai semua penyakit termasuk klasifikasi perilaku
abnormal), bagian gangguan jiwa tidak diterima secara luas.
• Tahun 1952→ American Psychiatric Association menerbitkan
Diagnostic and Statistical Manual (DSM).
• Tahun 1969→ WHO menerbitkan sistem klasifikasi baru versi
kedua DSM dari American Psychiatric Association yaitu DSM-II
(1968).
• Tahun 1980→ American Psychiatric Association menerbitkan
manual diagnostik yaitu DSM-III, kemudian DSM-III-R terbit tahun
1987.
Sistem Diagnostik American Psychiatric
Association (DSM IV-TR)
5 (lima) dimensi klasifikasi (5 Aksis DSM-IV adalah):
1. Aksis I: Semua kategori diagnostik kecuali gangguan
kepribadian dan retardasi mental.
2. Aksis II: Gangguan kepribadian dan retardasi mental.
3. Aksis III: Kondisi medis umum.
4. Aksis IV: Masalah psikososial dan lingkungan.
5. Aksis V: Level keberfungsian saat ini.
→ Aksis I mencakup semua kategori diagnostik kecuali gangguan
kepribadian dan retardasi mental, yg tercakup dalam Aksis II.
→ Aksis I dan II mencakup klasifikasi perilaku abnormal.
→ Aksis I dan II dipisahkan untuk memastikan bahwa kemunculan
berbagai gangguan jangka panjang (seperti yg terjadi dalam
gangguan kepribadian dan retardasi mental).
Sistem Diagnostik American Psychiatric
Association (DSM IV-TR)
• Gangguan Aksis II yg dialami bersamaan dengan gangguan Aksis I,
secara umum bahwa masalah pasien akan lebih sulit ditangani.
• Masuknya Aksis III, IV, dan V dalam DSM mengindikasikan bahwa
faktor-faktor selain sintom-sintom yg dialami seseorang harus
dipertimbangkan dalam penilaian sehingga seluruh situasi
kehidupan orang tsb dapat dipahami lebih baik.
• Pada Aksis III mengindikasikan setiap kondisi medis umum yg
relevan dengan gangguan mental yg ditangani. Misal: beberapa
jenis obat anti-depresan dapat memperburuk kondisi jantung.
• Aksis IV mencakup masalah psikososial dan lingkungan yg dialami
seseorang (berperan dalam gangguan yg dialami). Hal tsb
mencakup masalah pekerjaan, ekonomi, kesulitan dalam hubungan
antar anggota keluarga, dan berbagai masalah dalam bidang
kehidupan yg mempengaruhi fungsi psikologis.
Sistem Diagnostik American Psychiatric
Association (DSM IV-TR)
• Aksis V, mengindikasikan tingkat fungsi adaptif seseorang
pada saat ini (menggunakan skala Global Assessment of
Functioning atau GAF).
• Bidang kehidupan yg dipertimbangkan adalah hubungan
sosial, keberfungsian dalam pekerjaan, dan pemanfaatan
waktu senggang (pengukuran keberfungsian saat ini untuk
memberikan penilaian atas seberapa jauh orang tsb
membutuhkan penanganan).
Intervensi/Terapi Klinis

• Salah satu tantangan yang dihadapi oleh masyarakat global


di bidang kesehatan mental adalah prevalensi gangguan
mental yang terus meningkat setiap tahunnya.
• Mayoritas individu yang terdiagnosis gangguan mental
tidak mampu mengakses penanganan yang tepat.
• Gangguan mental tidak hanya merupakan kondisi medis
yang memiliki prevalensi tinggi, namun juga memiliki tingkat
disabilitas yang tinggi terutama di negara-negara dengan
pendapatan rendah (Burns, 2014; Patel, 2007).
• Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) menunjukkan
prevalensi gangguan jiwa berat nasional sebesar 1-2 orang
dari 1.000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa.
Intervensi/Terapi Klinis

• Di Indonesia, standar yang belum memadai antara


jumlah tenaga profesional kesehatan mental (Psikolog
dan Psikiater) dengan jumlah penduduk, menjadi salah
satu penghambat akses layanan kesehatan mental
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Alasan perlu ada layanan psikoterapi di layanan kesehatan
Primer, yaitu:
(a) Suatu situasi di mana hanya dapat memberikan
penanganan intervensi non-farmakologi.
(b) Ketika tidak teramati adanya gangguan psikiatris, namun
pasien menunjukkan kesehatan mental yang rendah
(misal: harga diri yang rendah).
Intervensi Klinis

(c) Tekanan yang berkaitan dengan gejala fisik atau


meningkatkan keluhan fisik (misal: tekanan yang
menyebabkan asma kambuh/semakin memperburuk
asma pasien).
(d) Ketika adanya efek samping dari obat psikotropika
sehingga diperlukan intervensi dampingan (misal:
psikoterapi diperlukan untuk mengurangi gejala depresi).
(e) Ketika ada kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri
(penggunaan obat-obatan akan berbahaya karena dapat
berdampak overdosis).
(f) Untuk meningkatkan kepatuhan akan pengobatan
(Russel, Russel, Kaur, Nair, & Darilin, 2012).
Kasus Gangguan Mental

• Prevalensi gangguan psikologis yang paling sering


muncul yaitu: gangguan depresi mayor (13.9%),
dysthymia (12.6%), somatoform disorder (10.7 %),
generalized anxiety disorder (10.3%) dan gangguan
alkohol (10.1%).
• Adapun perbedaan prevalensi didasari adanya
perbedaan gender, seperti: depresi, kecemasan,
somatoform dan gangguan makan paling signifikan
terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Sementara
gangguan alkohol sering terjadi pada laki-laki.
Intervensi Psikologi Untuk
Gangguan Mental
• Menurut Hanlon, Fekadu, dan Patel (2014): Salah satu
kesenjangan penanganan global yang terjadi adalah kenihilan
terapi untuk menangani gangguan mental, neurologis,
penggunaan obat-obatan (atau biasanya disebut MNS
Disorders: Mental, Neurological, and Substance Use).
• Penanganan untuk MNS disorders sulit dan terlalu kompleks
untuk ditangani, terutama pada setting yang kekurangan
sumber daya.
• Adapun yang termasuk dalam gangguan mental, neurologis,
dan penggunaan obat-obatan yaitu: depresi, gangguan
penggunaan alkohol dan obat-obatan, bunuh diri dan perilaku
menyakiti diri sendiri, gangguan bipolar, epilepsi, dimensia,
dan gangguan perkembangan (perilaku anak-anak yang
bermasalah).
Intervensi Psikologi Untuk
Gangguan Mental
• Hanlon et al. (2014) memberikan gambaran mengenai
prinsip-prinsip sebuah intervensi bahwa penggunaan
intervensi terhadap kriteria gangguan mental apapun,
seharusnya memperhatikan efektivitas, kemungkinan
untuk diimplementasikan, keadilan, diterima secara sosial
dan budaya, serta dapat terjangkau.
First Line Psychological Intervension

Psychological First Aid


• Psychological first aid merupakan intervensi yang ditujukan
pada anggota masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang gangguan
kesehatan mental, mengurangi stigmatisasi, dan membekali
masyarakat dengan keterampilan sederhana untuk
menolong orang lain di sekitarnya yang mengalami
gangguan mental.
• Menurut Vernberg, dan Watson (2007), psychological first
aid terdiri dari suatu susunan sistematis tindakan menolong
yang bertujuan untuk mengurangi tekanan pasca trauma
awal dan mendukung fungsi adaptif jangka pendek dan
jangka panjang.
Psychological First Aid

• Psychological first aid digunakan dalam desain awal dalam


menanggapi bencana/trauma.
• Psychological first aid dapat dikonstruksikan ke dalam
delapan tindakan utama yaitu: kontak dan keterlibatan,
keamanan dan kenyamanan, stabilisasi, pengumpulan
informasi, pendampingan, keterhubungan dengan
dukungan sosial, informasi terhadap dukungan mengatasi
masalah, dan keterhubungan dengan layanan kolaboratif
(Ruzek, et al., 2007).
Psikoedukasi

• Psikoedukasi merupakan intervensi untuk pasien dan


perawat yang diberikan untuk meningkatkan pemahaman
mereka mengenai gangguan mental, penanganannya, dan
mengevaluasi orang yang dapat mempengaruhi
kesembuhan pasien secara maksimal.
• Tujuannya adalah untuk mempengaruhi perubahan
perilaku, contoh: meningkatkan kepatuhan pengobatan
(Hanlon et al., 2014).
• Penelitian yang dilakukan oleh Bossema, et, al., (2011)
menemukan bahwa psikoedukasi yang diberikan pada
pasien dengan gangguan psikotik dapat meningkatkan
pengetahuan dan mengatasi masalah.
Psikoedukasi
• Walaupun selama ini psikoedukasi dikritik tidak memberikan
hasil yang efektif, akan tetapi kajian literatur yang dilakukan
oleh Tursi, et al., (2013) menunjukkan bahwa psikoedukasi
sebagai penanganan psikososial dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai depresi dan penanganannya
berasosiasi dengan prognosis yang lebih baik dan mengurangi
beban psikososial bagi keluarga.
• Christensen (2009) mengatakan bahwa psikoedukasi sebagai
intervensi tahap awal pada mereka yang mengalami tekanan
psikologis dan dapat mengurangi gejala depresi.
• Intervensi ini mudah untuk diimplementasikan, dapat
diterapkan secara segera dan tidak mahal, maka hal tsb cocok
digunakan sebagai intervensi awal pada layanan primer
(Donker et al., 2009).
Interpersonal Psychotherapy (IPT)

• Interpersonal Psychotherapy (IPT) berfokus pada


konteks interpersonal depresi.
• 4 (empat) tipe kesulitan interpersonal yang berkontribusi
pada perkembangan depresi, seperti: duka,
ketidaksepakatan antar pribadi, pergeseran peran
(contoh: menjadi Ibu rumah tangga, pensiun), dan defisit
interpersonal (contohnya: isolasi sosial dan kesepian).
• Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi
interpersonal dan pengambilan keputusan dalam
kaitannya dengan masalah yang dihadapi dan
mengurangi gejala-gejala (Hanlon et al., 2014).
Interpersonal Psychotherapy
(IPT)
• Van Straten (2011) menemukan bahwa IPT baik
dilakukan secara independen maupun kombinasi
dengan farmakoterapi dalam menangani depresi.
• Bahkan penanganan kombinasi IPT dan farmakoterapi
lebih efektif dalam mencegah relapse dibandingkan
hanya dengan penanganan farmakoterapi saja
(Cuijpers et al., 2011).
Problem-Solving Therapy

• Dalam Problem-solving Therapy terdapat beberapa


tahapan terstruktur yaitu: klarifikasi dan mendefinisikan
permasalahan, pilihan akan tujuan yang dapat dicapai,
berbagai pilihan solusi, solusi yang dipilih, implementasi
pilihan solusi, dan evaluasi.
• Tujuan terapi ini untuk membantu pasien meningkatkan
keterampilan-keterampilan diri dan sumber daya dalam
menghadapi sumber tekanan psikososial yang
berkontribusi pada kondisi kesehatan mental (Hanlon et al.,
2014).
Pengetahuan, Keahlian, dan Sikap
Profesional
• Bidang psikologi klinis mengintegrasikan ilmu pengetahuan,
teori, dan praktik untuk memahami, memprediksi, dan
mengurasi maladjusment, disabilitas, ketidaknyaman,
memperbaiki adaptasi, penyesuaian, dan perkembangan
pribadi manusia.
• Psikologi klinis difokuskan pada aspek-aspek intelektual,
emosional, biologis, psikologis, sosial, dan perilaku dari
fungsi manusia seumur hidupnya diberbagai macam
budaya, dan pada semua tingkatan sosial ekonomi (APA
Division, 1992).
• Tujuan para praktisi klinis adalah untuk membantu pasien
dalam pencegahan berbagai masalah perilaku dan
peningkatan kesejahteraan, produktivitas, dan ekspresi diri.
Pengetahuan, Keahlian, dan Sikap
Profesional
• Psikologi klinis adalah profesi yang secara umum diketahui
sebagai profesi yang berhak menangani berbagai macam
masalah manusia sesuai latihan dan kompetensinya.

Seperti halnya profesi-profesi lainnya, psikologi klinis memiliki:


1. Pokok pengetahuan psikologi
2. Sejumlah keahlian dan kemampuan
3. Sikap etis
Jenis Psikoterapi
Jenis Terapi Tokoh Tujuan Lama Pendekatan Teknik Utama
Terkemuka Penanganan Terapis
Psikoanalisis Sigmund Mendapatkan Panjang, Pasif, Asosiasi
klasik Freud pemahaman biasanya interpretatif bebas, analisis
dan beberapa mimpi,
menyelesaika tahun interpretasi
n konflik
psikologis
alam bawah
sadar
Pendekatan Banyak Fokus pada Lebih singkat Menguji Analisis
psikodinamika mengembang dari mekanisme langsung pada
modern kan psikoanalisis pertahanan mekanisme
pemahaman, tradisional. klien secara pertahanan
tetapi lebih langsung ; dan hubungan
menekankan diskusi yang transferensi
fungsi ego, lebih mengalir klien
hubungan dengan klien
interpersonal
saat ini , dan
perilaku
adaptif
daripada
Jenis Psikoterapi
Jenis Terapi Tokoh Tujuan Lama Pendekatan Teknik Utama
Terkemuka Penanganan Terapis

Terapi Banyak Secara Relatif singkat Pemecahan Desensitisasi


Perilaku langsung biasanya 10- masalah yang sistematis,
mengubah 20 sesi diarahkan dan pemaparan
masalah aktif bertahap,
perilaku pemodelan,
menggunakan teknik
teknik penguatan.
pembelajaran
Terapi Carl Rogers Penerimaan Beragam, Tidak Penggunaan
humanistik, diri dan tetapi lebih diarahkan, refleksi
berpusat pada perkembanga singkat dari memungkinka pembentukan
klien n personal psikoanalis n klien untuk hubungan
tradisional mengawali, terapeutik
terapis yang hangat
bertindak dan
sebagai menerima
pendengar
yang
berempati
Jenis Psikoterapi
Jenis Terapi Tokoh Tujuan Lama Pendekatan Teknik Utama
Terkemuka Penanganan Terapis

Terapi Albert Ellis Mengganti Relatif Langsung, Mengidentifik


perilaku keyakinan singkat, terkadang asi dan
rasional irasional biasanya 10- mengonfronta mengoreksi
emotif dengan 20 sesi si pemikiran keyakinan
alternatif irasional klien irasional,
keyakinan tugas
rasional, pekerjaan
mengubah rumah
perilaku behavioral
menjadi
adaptif
Terapi kognitif Aaron Beck Mengindetifik Relatif singkat Berkolaborasi Mengidentifik
asi dan biasanya 10- dengan klien asi dan
mengoreksi 20 sesi pada proses mengoreksi
pemikiran dan pertimbangan pemikiran
keyakinan logis yang
yang pemikiran dan terdistorsi;
terdistorsi keyakinan tugas
serta self serta pekerjaan
defeating, mengujinya rumah
Jenis Psikoterapi
Jenis Terapi Tokoh Tujuan Lama Pendekatan Teknik Utama
Terkemuka Penanganan Terapis

Terapi kognitif Banyak Menggunakan Relatif singkat Pemecahan Kombinasi


behavioral teknik kognitif biasanya 10- masalah yang teknik kognitif
dan 20 sesi diarahkan dan dan
behavioral aktif behavioral
untuk
mengubah
kognisi dan
perilaku
maladaptif
Daftar Pustaka
• Davison, G.,C, Neale, J.M, Kring., A,M. (2014).Psikologi Abnormal. Edisi ke-
9. PT. Rajagrafindo Persada.Depok.Jakarta.
• Bossema, E. R., de Haar, C.A., Westerhuis, W., Beenackers, B.P., Blom,
B.C., Appels M.C., van Oeveren, C.J. (2011). Psychoeducation for patients
with a psychotic disorder: effects on knowledge and coping. Prim Care
Companion CNS Disord. 13(4). doi: 10.4088/PCC.10m01116.
• Burns, J. K. (2014). The burden of untreated mental disorders in KwaZulu-
Natal Province-Mapping the treatment gap. South African Journal of
Psychology, 20(1), 6-10.
• Cuijpers, P., Geraedts, A. S., van Oppen, P., Andersson, G., Markowitz, J.
C., & van Straten, A. (2011). Interpersonal psychotherapy for depression: A
metaanalysis. American Journal of Psychiatry, 168(6), 581-592.
• Dinas Kesehatan DIY. (2015). Strategi kesehatan jiwa peluang bagi
psikolog. Dipresentasikan pada Seminar Mental Health Week yang
diadakan oleh Center for Public Mental Health (CPMH), Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Terima Kasih
Agustini, M.Psi, Psikolog

Anda mungkin juga menyukai