Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Perilaku Abnormal
Psikologi Abnormal merupakan salah satucabang ilmu psikologi yang berupaya
untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang
mengalaminya. Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang
perilaku abnormal dibandingkan studi terhadap gangguan mental atau psikologis. Dalam
memahami perilaku abnormal, para psikolog menggunakan acuan DSM (Diagnostic and
Statistical manual of Mental Disorder). DSM ini adalah system klasifikasi gangguan-
gangguan mental yang paling luas diterima serta DSM ini menggunakan kriteria
diagnostic spesifik untuk mengelompokkan pola-pola perilaku abnormal yang mempunyai
ciri-ciri klinis yang sama dan suatu system evaluasi yang multiaksiel. Sistem DSM terdiri
dari lima klasifikasi yang juga mempunyai kekuatan-kekuatan serta kelemahan utama.
Penilaian perilaku abnormal dapat ditelaah menggunakan berbagai cara atau metode, salah
satunya metode-metode assasement yang harus reliabel dan valid yang dapat diukur
melalui beberapa cara yang tetap memperhitungkan factor-faktor budaya dan etnik yang
juga penting untuk dilakukan. Pengelompokkan mengenai definisi perilaku Abnormal
antara lain meliputi:
a) Pendekatan Statistik, Diatas/dibawah normal dapat dikatakan“Anormal”
bukan Abnormal. Dimana istilah ini sering dipakai pada aliran behaviorisme
dan kuantitatif.
b) Pendekatan Fungsional, Fungsi-fungsi kepribadian yang ada apada orang
yang bersangkutan berada pada taraf yang optimal/tidak.
c) Pendekatan Kultural, Pendekatan yang melihat Abnormalitas dari system
nilai yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Kriteria yang menentukan abnormalitas
a. Perilaku yang tidak biasa, perilaku ini biasa disebut abnormal. Hanya sedikit dari kita yang
menyatakan melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itu
hampir dikatakan abnormal dalam budaya kita.
b. Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial, setiap
masyarakat memiliki norma-norma atau standar yang menentukan jenis perilaku yang dapat
diterima dalam beragam konteks tertentu. Perilaku yang dianggap normal dalam satu budaya
mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain. Satu implikasi dari mendasarkan definisi
dari perilaku abnormal pada norma sosial adalah bahwa norma-norma tersebut merefleksikan
standar yang relatif bukan kebenaran universal.
c. Persepsi atau tingkah laku yang salah terhadap realitas, biasanya sistem sensori dan proses
kognitif memungkinkan kita untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang
lingkungan sekitar.
d. Orang-orang tersebut berada dalam stres personal yang signifikan, kondisi stres personal
yang diakibatkan oleh gangguan emosi seperti kecemasan, ketakutan atau depresi. namun
terkadang kecemasan dan depresi merupakan respon yang sesuai dengan situasi tertentu.
e. Perilaku maladaptive merupakan perilaku yang menimbulkan ketidakbahagiaan dan
membatasi kemampuan kita untuk berfungsi dalam peran yang diharapkan.
f. Perilaku berbahaya, perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau orang
lain.
Klasifikasi perilaku abnormal
Dalam mengklasifikasi perilaku abnormal ada tiga bentuk klasifikasi antara lain:
1. Klasifikasi diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM). Dalam klasifikasi
ini dibagi menjadi 4 diantaranya: diterbitkan oleh American psychiatric Association, dsm
menggolongkan pola perilaku abnormal sebagai gangguan mental atas dasar kriteria
diagnostik yang spesifik, pertama kali diperkenalkan pada tahun 1952, dalam GSM
terdapat 5 Axis jenis gangguan yang dikenal sebagai diagnosis multiaksial. Diagnosis
multi aksial memiliki 4 antara lain diagnosis multi aksial terdiri atas 5 Aksis, antara Aksis
I, II dan III tidak selalu ada hubungan etiologik atau patogenesis, Antara Aksis I, II, III
dan IV bisa terjadi interaksi atau saling mempengaruhi.
2. Klasifikasi berdasarkan PPDGJ III
a. Hierarki gangguan, yang mana gangguan pada urutan yang lebih tinggi mungkin
memiliki ciri gangguan di bawahnya, tetapi tidak sebaliknya.
b. Hierarki ini memungkinkan penyajian diagnosis banding dari berbagai jenis gejala utama.
c. Suatu diagnosis baru dapat dipastikan setelah memungkinkan diagnosis atau diagnosis
banding dalam blog di atasnya dapat dengan pasti ditiadakan.
3. Kalasifikasi menurut PPDGJ III
a. Pendekatan penggolongan bersifat ateoretik(tidak mengacu pada teori tertentu berkenaan
dengan aspek etiologi/patofisiologik)& deskriptif.
b. Setiap gangguan jiwa tidak dianggap sebagai suatu kesatuan yang tegas batas-batasnya,
baik antara satu jenis gangguan jiwa dengan gangguan jiwa lainnya/ antara gangguan jiwa
dan jiwa yang tidak terganggu.
c. Penggolongan gangguan jiwa tidak sebagai penggolongan orang.
d. Tidak benar anggapan bahwa dua orang yang menderita gangguan jiwa yang sama berarti
sama dalam segala hal lainnya. Yang benar keduanya menunjukkan kesamaan dalam
gangguan jiwa,namun terapi terhadap keduanya berbeda.
e. Terdapat istilah kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis yang tidak tergolong
gangguan jiwa (gangguan impuls, napza dan organik)
f. Terdapat 100 kategori diagnosis, mulai F00=F98.F 99 adalah gangguan YTT (yang tidak
tergolongkan) = tidak khas
Sistem Penggolongan Multiaksial dari DSM-IV-TR
AKSIS Tipe Informasi Deskripsi Singkat
Aksis I Gangguan Klinis Pola perilaku abnormal' gangguan mental'
Kondisi lainnya yang yang menyebabkan fungsi dan perasaan
Mungkin Merupakan Fokus tertekan pada individu. Permasalahan-
Perhatian Klinis permasalahan lain yang juga menjadi
fokus diagnosis atau penanganan tetapi
bukan berupa gangguan mental, seperti
problem akademik, pekerjaan atau sosial,
dan faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi kondisi-kondisi medis
(seperti kesembuhan setelah operasi yang
tertunda akibat simtom depresi).
Aksis II Gangguan Kepribadian Gangguan kepribadian Melibatkan
Retardasi Mental kekakuan yang berlebihan, terus menerus
dan maladaptif dalam hal hubungan
dengan orang lain dan penyesuaian
terhadap permintaan eksternal. Retardasi
mental melibatkan suatu perlambatan atau
di dalamnya perkembangan kemampuan
intelektual dan adaptif.
Aksis III Kondisi-Kondisi Medis Penyakit-penyakit akut dan kronis dan
Umum kondisi-kondisi medis yang penting untuk
pemahaman atau penanganan gangguan
psikologis atau yang berperan langsung
sebagai penyebab gangguan psikologis.
AksisIV Problem Psikososial dan Permasalahan dalam lingkungan sosial
Lingkungan atau fisik yang mempengaruhi diagnosis,
penanganan, dan terjadinya gangguan
psikologis.
Aksis V Assasement Fungsi secara Assasement menyeluruh dari fungsi saat
Global ini berkenaan dengan fungsi psikologis,
sosial, dan pekerjaan. Klinisi juga juga
boleh menilai taraf berfungsi yang paling
maksimal untuk sedikitnya beberapa bulan
ditahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai