Anda di halaman 1dari 299

Pengantar

Psikologi Abnormal
Psikologi Abnormal
Kuliah 1

1
Tujuan dan Sasaran
Pembelajaran
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
 Mahasiswa memiliki dasar ilmiah dalam memahami berbagai konsep
yang terkait dengan gangguan jiwa pada masa dewasa.

Sasaran Pembelajaran (SP)


Kompetensi : penguasaaan teori psikologi abnormal pada masa dewasa.
 Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai bentuk gangguan jiwa pada
masa dewasa dan mampu menjelaskan mengenai gejala-gejala dari
setiap gangguan tersebut, dengan berpedoman pada klasifikasi DSM –
IV- TR.
 Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi dari berbagai sudut pandang
pada setiap gangguan jiwa.
 Mahasiswa mampu menjelaskan secara garis besar penanganan terhadap setiap
gangguan jiwa.
Apa yang disebut Psikologi Abnormal?

 Psikologi Abnormal: merupakan bagian dari


bidang ilmu psikologi yang berkaitan dengan
pemahaman, penanganan/treatment dan
pencegahan dari perilaku abnormal.
 Sekarang merupakan bagian dari psikologi klinis
: bidang profesional yang secara mendalam
memfokuskan pada penelitian, asesmen,
intervensi dan pencegahan terjadinya perilaku
abnormal
Psikologi Abnormal (lanjutan)
 Bidang lain yang berhubungan dengan psikologi
abnormal:
 Psikiatri
yang merupakan salah satu bidang dari
kedokteran.
 Pekerja Sosial: yang memfokuskan pada
analisa lingkungan sosial dan menyediakan
pelayanan untuk membantu penyesuaian diri
pasien dikeluarga dan lingkungan sosial.
Psikologi Abnormal (lanjutan)
 Psikopatologi adalah istilah lain yang
berarti bidang yang mempelajari perilaku
abnormal
 Para profesional bekerja untuk menentukan definisi dari
“normal” dan “abnormal” dan mengembangkan kriteria
untuk menentukan perbedaan antara keduanya dalam
kehidupan sehari-hari  bukanlah hal yang MUDAH…

5
Klasifikasi Vs Labeling
 Labeling: memberi cap atau label
seseorang dalam klasifikasi atau
penggolongan tanpa tujuan yang jelas 
dampak kurang positif
 Tugas profesional: klasifikasi perlu untuk
menetapkan diagnosis pada klien atau
pasien

6
Tujuan Klasifikasi
 Komunikasi suatu gangguan secara mudah
 Kontrol/pengendalian: merupakan tujuan paling
penting dari klasifikasi karena memungkinkan
pengendalian gangguan, melakukan
pencegahan serta memilih atau mengubah
terapi
 Pemahaman: penyebab, proses terjadi dan
bertahannya gangguan

7
Klasifikasi dan Diagnosis
 Klasifikasi: memilah dan menggolongkan
dimensi atau kategori utama psikopatologi anak
dan keterkaitan antar kategori tersebut
 Diagnosis: menetapkan kategori atau
klasifikasi bagi suatu gejala atau sindrom
(sekumpulan gejala yang sering ada
bersama dan mengikuti jalur
perkembangan yang sama)
NORMAL DAN ABNORMAL

PENDEKATAN THDP
PENYESUAIAN DAN
PENYIMPANGAN
9
KONSEP ABNORMALITAS

Abnormalitas dan penyakit  konsep negatif


Normal dan sehat  konsep positif

Normal : harmony dan balance


Patologis: disonansi dan lack of equilibrium

10
Abnormal tidak sama dengan patologis

Pathology: harmful or undesirable departures


from the norm

Abnormal: all deviations from the norm,


including nonpathological ones

11
Normal dan Abnormal
 Menentukan Normal dan Abnormal :
 Pendekatan Kuantitatif: berdasarkan patokan
statistik (sering atau tidaknya sesuatu terjadi)
 Pendekatan Kualitatif: menegakkan pedoman-
pedoman normatif berdasarkan observasi
empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat
pada faktor sosiokultural

12
KARAKTERISTIK T.L. ABNORMAL
MNRT BBRP AHLI
 Ulmann: perilaku abnormal sebagai jenis
perilaku menyimpang (deviance) yang
memerlukan perhatian profesional 
secara tersirat: abnormal bila
menampilkan perilaku berbeda, tidak
mengikuti aturan yang berlaku, tidak
pantas, mengganggu, dan tidak dapat
dimengerti melalui kriteria yang biasa
13
KARAKTERISTIK ……
 Davison & Neale (2004): perilaku
abnormal merupakan pola-pola emosi,
pikiran, dan perilaku yang dianggap
patologis karena:
 Jarang terjadi
 Bertentangan dengan nilai/norma kelompok
 Menimbulkan stres pribadi
 Menunjukkan disability atau disfungsi
 Tidak diharapkan

14
KARAKTERISTIK …..
 Nevid, Rathus & Greene (2008) menentukan
beberapa kriteria perilaku abnormal:

1. Perilaku tidak biasa


2. Perilaku tak dapat diterima secara
sosial/melanggar norma sosial
3. Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap
realitas
4. Ybs berada dalam stres personal yang signifikan
5. Perilaku maladaptif atau ‘self-defeating’
6. Perilaku berbahaya
PENDEKATAN THDP ADJUSTMENT DAN
DEVIANCE:
1. konformitas terhadap norma
2. pendekatan sosial-budaya
3. laporan subjektif
4. kontribusi sosial
5. teori kepribadian
6. model medik
7. klasifikasi dan diagnosis

16
1. KONFORMITAS TERHADAP NORMA
- bila t.l. sso cenderung konform dgn
norma sosial yg berlaku  luput dari
perhatian
Masalah dgn kriteria konformitas:
Cutoff points: sp titik mana dianggap masih
normal dan mana dianggap tidak?
Mis. I.Q. 90 dianggap rata-rata. Bagaimana
dengan I.Q. 89?

17
Jumlah deviasi: Kesulitan lain adl berapa
jumlah t.l. yg harus muncul utk disebut
menyimpang? Apakah hanya pakai 10
gelang? Ataukah 10 gelang + 10 kalung +
anting 5 di setiap kuping + baju + …..?

T.l. akut vs kronis: Bila hanya sementara


apakah dianggap menyimpang, apakah
harus berlangsung lama dan menetap?

18
2. PENDEKATAN SOSIAL-BUDAYA
yg menyimpang utk suatu kelompok belum
tentu menyimpang untuk kelompok lain
Budaya subkultur: misalnya antara remaja dan
generasi tua
Status sosial: ada perbedaan gangguan tgt pd
status sosial. Schizofrenia banyak pada gol.
sosioekonomi rendah, depresi pd gol
menengah ke atas.
Fashions of psychopathology: gangguan
mengikuti “mode”. Berbeda menurut zaman

19
Masalah pada pendekatan sosial-budaya:
The cultural relativity of the normal:
- relativitas dari apa yang disebut normal
menurut budaya
- misalnya halusinasi, apakah abnormal ?
Pada suku Indian Amerika justru
pengalaman halusinatorik yang dicari

20
3. LAPORAN SUBJEKTIF:
- bukan berdasar tingkahlaku yang
dapat diamati, tetapi subjective feeling,
sense of well being. Perasaan sso yg jadi
ukuran, apakah dia bahagia atau sedih,
tenteram atau bermasalah, terpenuhi atau
merasa kurang. Bila orang merasakan
didera anxietas maka dia maladjusted, tidak
peduli apakah anxietas ini menimbulkan t.l.
menyimpang atau tidak

21
Masalah dengan laporan subyektif:
- para klinikus sering berjumpa dgn org
psikotik atau orang “aneh” yg merasa dirinya
nyaman, mengaku punya inner tranquility, tetapi
individu ini di hospitalisasi
- tetapi kita sendiri dari waktu ke waktu
merasakan anxietas, jadi tidak adanya anxietas
bukan kriteria satu-satunya untuk adjustment 
bertanya kpd sso ada pitfall-nya.
- pada umumnya penilaian sso mengenai
kesejahteraan (well-being) biasanya dikaitkan
dgn tiga faktor dominan: unhappiness, strain,
dan personal inadequacy

22
4. KONTRIBUSI SOSIAL
- adjustmentberhubungan dengan kontribusi
yang individu lakukan untuk masyarakat dan
kesejahteraan orang lain

Masalah dgn kriteria ini:


-siapa yang harus menegakkan standar untuk
minat sosial atau kontribusi terhadap kesejahteraan
orang lain? Kontribusi sosial adalah suatu standar yang
sangat value-oriented. Apa yang disebut social
contribution?

23
5. TEORI KEPRIBADIAN DAN
PENYIMPANGAN

TEORI PSIKODINAMIK

Adjustment = relative absence of repression. Fear of an eruption of certain


contents of the unconscious into consciousness leads the person to adopt
a variety of defensive maneuvers (symptoms)

Symptoms reflect warfare among id, ego, superego that can develop when
conflicts become intense. The resulting deviant behavior  symptomatic of
inner pathology. The overt symptoms suggest that there is an inner
dynamic meaning beneath the surface

The important thing, is not the symptom but the underlying pathology

Freud: makin sedikit simtom  makin adjusted

24
BEHAVIOR THEORY
- rejects undesirable behavior seen as symptoms of underlying

pathology

- the symptom is the disorder

- maladjustment is whatever is said to be unwanted behavior

e.g. a frigid woman. Frigidity is the pathology. There is no need to invent


underlying dynamic mechanisms. Therapy  direct attack on the behavior,
would not involve the analysis of childhood experiences and feelings

25
Social Learning theory:
Maladjustment adalah bila:

- when the individual places a high value on the satisfaction of a


particular need yet has very low expectations of being
successful in doing so.

Misalnya, orang yg sangat ingin memperoleh cinta dan afeksi ttp tidak
mengharapkan bhw ia akan mendptkannya  akan melakukan t.l. – t.l.
ttt, atau mengalami pikiran dan perasaan yang maladjusted

- needs that are incompatible. Mis seorang homoseksual yang


juga menginginkan akseptansi dari orangtuanya  ada dlm
no-win predicament

- not possess the skills necessary to satisfy their needs.

26
 Pendekatan behavioral dan social learning
menekankan pada kontinuitas normal – abnormal
 Normal – abnormal tidak dapat dilihat secara
dikotomis  satu kontinuum
 Tidak perlu mencari prinsip-prinsip penjelasan
khusus yang berbeda untuk t.l. normal dan
abnormal.
 Kondisi situasi merupakan determinan patologi.
 Meski faktor disposisi (spt kebutuhan dan harapan)
adl. penting, ttp juga faktor lingkungan

27
TEORI FENOMENOLOGI
- Humanistic position: mendorong self-acceptance, awareness of
one’s inner self dan self-actualization

- being “in touch” with one’s inner self is a more important


criterion than externally imposed standards. Being in harmony
with the self is crucial, and it is the failure to seek this
harmonious state that leads to difficulty. Problems are created
through the acceptance of the values of others and through the
distortions in perception that ensue

- sangat dekat dengan laporan subyektif yang sudah dibicarakan

28
Rogers:
 adjustment suffers when there is an incongruence between self and
experience

the more threat is experienced, the more there will be a tendency to


deny, distort, and exclude.

relatively moderate incongruence  neurosis; extreme incongruence


 psychosis

maladjustment is represented by a denial of one’s own experience into


the self-structure.

fully functioning persons are those who live up to their potential, use
completely their talents and experiences, and are in tune with their
experiences

29
6. THE MEDICAL MODEL

- t.l. abnormal = simtom = ada patologi (proses penyakit) yang


mendasari

- ada dikotomi antara “sehat” dan “sakit”; untuk penyakit fisik 


bermanfaat; tetapi untuk fenomena mental health sulit diterapkan  utk
psikiater dan psikolog: perbedaan antara normal dan abnormal = sulit

Masalah dengan model medis:

1. Mendorong pandangan biologis ttg gangguan jiwa (bukan pandangan


psikologis dan sosial)

30
2. mendorong klinikus utk memandang pasien sbg. sso yg pasif
menerima treatment, dan tidak menjadi pasangan yang aktif. “Dokter”
jadi otoritas, “pasien” figur inferior. Hubungan tidak kooperatif, tp
otoriter

3. Menggembungkan nilai pendidikan medis utk terapis dan


menjadikan keterampilan psikologis dari praktisi kesehatan mental di
bawah psikiater-dokter

4. Dpt. terlalu menekankan diagnosis psikiatris yg “berbau” medis,


mendorong pemberian label dan stigma, yg biasanya tidak produktif

5. Mempunyai tendensi untuk memfokuskan peratian pada patologi


dan kelemahan pasien, sehingga mengaburkan keterampilan coping
yang ada dlm diri pasien.  terlalu banyak penekanan pada yang
negatif

31
7. KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS
pengaruh jelas dari model medis adalah skema klasifikasi dan diagnosis
untuk menggambarkan maladjustment

Sekarang:

•DSM-V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder)

•ICD-10 (International Classification of Diseases)

•PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa)

32
 Bidang yang mempelajari tentang penyebab,
perkembangan dan intervensi pada gangguan
psikologis
 Tantangan yang yang dihadapi dalam
mempelajari psikopatologi adalah:
◦ Objektivitas
◦ Menghindari keyakinan yang salah mengenai
gangguan psikologis
◦ Mengurangi Stigma

33
34
 Stress Individu (Personal Distress)
◦ Penderitaan dan hambatan emosional
 Contoh: Merasa tidak berdaya dan kehilangan
harapan/depresi
 Ketidakmampuan (Disability)
◦ Hendaya dalam beberapa area kehidupan
 Contoh: Penggunaan alkohol yang kronis menyebabkan
kehilangan pekerjaan
 Pelanggaran Norma Sosial
◦ Membuat orang lain merasa tidak nyaman atau
menimbulkan masalah
 Contoh: perilaku antisosial pada psikopat
 Ketidakberfungsian (Disfunction)
◦ Ketidakberfungsian yang merusak/merugikan
36
Buku Wajib:
 Kring, Ann M., Johnson, Sheri, L., Davison, G.C., Neale, J.M.
(2010). Abnormal Psychology 11th ed. New York : John Wiley
& Sons .

 Fitri Fausiah & Julianty Widury, ed. Augustine S. Basri (2005).


Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia

 American Psychiatric Association (1994). Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorders 4th ed. Washington :
APA

 Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2018). Psikologi


abnormal. Edisi kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga
GANGGUAN
SOMATOFORM

DSM V: SIMTOM
SOMATIS & GANGGUAN
TERKAIT
1
- masalah psikologis yang mengambil bentuk fisiologis

- berasal dari kata Junani soma utk tubuh

- sejumlah gangguan yang komponen utamanya adalah


tanda dan simtom ketubuhan, tetapi pemeriksaan fisik
dan laboratorium secara persisten gagal memberikan
data yang mendukung keluhan pasien

- anxietas muncul melalui simtom tubuh

-keluhannya sungguh-sungguh (vigorous and sincere).

-mencari pertolongan medis, bukan psikologis


(merasakan distres bila tidak ditemukan penyebab medis)
2
Termasuk:

- Somatization (Gangg. Simtom Somatis),


recurrent multiple physical complaints that have
no biological basis

- Conversion (Gangg. Simtom neurologis


fungsional), sensory or motor symptoms
without any physiological cause

- Hypochondriasis, preoccupation with fears of


having a serious illness
(pada DSM V, ini tidak lagi diagnosis tersendiri,
melainkan bisa masuk ke gangg.simtom somatis
atau gangg. Kecemasan terhadap penyakit) 3
- Body dysmorphic, preoccupation
with imagined or exaggerated defects
in physical appearance
(pada DSM V: ini termasuk ke dalam
gangguan terkait pada gangg obsesif
kompulsif)

- Pain, pain that is brought on and


maintained to a significant extend by
psychological factors

4
DSM V:

- Gangg. Simtom somatis


- Gangg. Kecemasan terhadap
penyakit
- Gangg. Konversi
- Gangg. Factitious

5
SOMATIZATION DISORDER
• banyak simtom somatis yang tidak dapat
dijelaskan secara adekuat atas dasar
pemeriksaan fisik dan laboratorium

• suatu kombinasi dari simtom nyeri,


gastrointestinal, seksual dan pseudoneurolo-
gis

• berbeda dengan gangguan-gangguan


somatoform lain, karena multisiplisitas
keluhan dan sistem organ yang multipel
6
Somatization ……

• bersifat kronis dan menyebabkan distres


psikologis dan terganggunya fungsi sosial dan
okupasional

• ada tingkahlaku mencari bantuan medis yang


berlebihan

• sering disebut Briquet’s syndrome  berasal


dari nama Paul Briquet yang melihat
multiplisitas simtom dan sistem organ yang
terkait

7
Epidemiologi:

 lebih banyak perempuan


 little education, low income
 mulai sebelum 30 tahun, early
adulthood
 sering ada bersama gangguan mental
lain, gangguan psikiatrik, gangguan
kepribadian (ciri-ciri avoidant,
paranoid, self-defeating, obsesif-
kompulsif)

8
Etiologi:

Faktor-faktor Psikososial:

 simtom adalah komunikasi sosial untuk:


- menghindari obligasi (e.g.melaksana-
kan pekerjaan yang tidak disukai)
- mengekspresikan emosi (e.g.marah
pada pasangan)
- simbolisasi dari perasaan atau
keyakinan (e.g.sakit hati)

9
Etiologi ……

interpretasi psikoanalitis: repressed


instinctual impulses
perspektif behavioral: karena parental
teaching, parental example, ethnic mores
unstable homes, physically abused

Faktor-faktor Biologis:

attention and cognitive impairments that


result in the faulty perception and assessment
of somatosensory input.
 faktor genetis
10
Clinical Features:

- Banyak keluhan somatis


- Riwayat medik yang panjang dan rumit
- Nausea dan muntah
- Kesulitan menelan
- Nyeri di lengan dan kaki
- Nafas pendek
- amnesia

11
Clinical features……

- percaya bahwa sakitan sepanjang hidupnya


- pseudoneurological symptoms (paralysis,
localized weakness, aphonia, kehilangan
sensasi sentuhan atau sakit, dll)
- anxiety, depresi
- seringkali menggambarkan keluhan secara
dramatis, emosional dan berkelebihan,
dengan bahasa yang colorful
- perempuan seringkali berdandan
ekshibisionistik

12
Perbedaan budaya:

Dalam hal presentasi gejala: tangan


seperti terbakar banyak pada orang Asia
dan Afrika.

Budaya juga berpengaruh pada


bagaimana orang mencari pengobatan

13
Course and Prognosis:

kronis dan debilitating

Treatment:

- paling baik bila punya single identified


physician as primary caretaker.
-Tenaga medis jangan mengabaikan keluhan fisik
-Jangan hanya memberi perhatian ketika pasien
mengeluh  selalu adakan kontak reguler
-Obati juga depresi dan anxiety bila
ada 14
CONVERSION DISORDER
a disturbance of bodily functioning that does not
conform to current concepts of the anatomy and
physiology of the central and peripheral
nervous system

the presence of one or more neurological


symptoms (e.g. paralysis, blindness,
paresthesias) that cannot be explained by a
known neurological or medical disorders.

requires the association of psychological factors


with the initiation or exacerbation of the
symptoms. 15
* Hippocrates:
- percaya bhw hanya terjadi padaperempuan
- karena uterus yang berjalan-jalan (awalnya
dikenal sebagai hysteria – kata Yunani utk uterus

*Freud:
-menggunakan istilah conversion
-anxiety dan konflik dikonversikan ke dalam
simtom fisik

16
Epidemiologi:

• lebih banyak perempuan, pada anak2, lebih


banyak lagi
• onset kapan saja, anak sp tua, umum remaja
dan young adults.
• rural, little education, low IQ, low
socioeconomic, military personnel who have
been exposed to combat situations.
• sering ada bersama dengan depresi, anxiety,
somatisasi. Lebih jarang dengan schizophrenia,
gangguan kepribadian terutama histrionik dan
pasif-agresif, dependen, antisosial
17
Etiologi:

Psikoanalitik:

- represi dari konflik intrapsikis dan konversi


rasa cemas kedalam simtom fisik. Konflik
antara instinctual impulses (e.g. agresi atau
seksualitas) dan larangan untuk ekspresinya.
Simtom merupakan ekspresi parsial dari
keinginan terlarang dalam bentuk terselubung,
shg klien dapat secara sadar menghindar
berkonfrontasi dengan impuls2 yang tidak
dapat diterima.
18
Etiologi – psikoanalitik ……

- Simtom mempunyai hubungan simbolik dengan


konflik yang tidak disadari. Mis. vaginismus
melindungi pasien dari dorongan seksual yang
tidak dapat diterima.

- Cara nonverbal untuk mengendalikan dan


memanipulasi orang lain  ia perlu perhatian dan
konsiderasi khusus

19
Etiologi……

Teori Belajar:
Simtom penyakit yang dipelajari semasa
kanak2, digunakan sebagai cara coping
menghadapi situasi yang tidak bisa
dihadapi

Faktor Genetik:
Tidak ada dukungan untuk faktor genetik

20
Etiologi …….

Faktor sosial dan kultural:


-Menurunnya kejadian konversi sejak
paruh terakhir abad 19
 Mgkn krn sblmnya more repressed
sexual attitudes atau toleransi yang lebih
rendah utk simtom anxiety

- Daerah rural, taraf sosioekonomik


rendah, lebih banyak dalam budaya non-
western

21
Clinical Features:

Simtom paling sering: paralysis, blindness,


mutism

Sensory symptoms:
• anesthesia (loss of sensation), terutama
pada ekstremitas (anggota gerak) (mis.
Stocking and gloves anesthesia)
• paresthesia (kesemutan)
• deafness, blindness, tunnel vision
• aphonia: whispered speech
• anosmia: loss of smell
22
clinical features……

Motor symptoms:
- abnormal movements, gait disturbance,
weakness, paralysis
- tremor, choreiform movements, tics, jerks
- paralysis and paresis

Seizure symptoms:
- susah membedakan pseudoseizure
dengan seizure pada epilepsi misalnya

23
Lain-lain:

• Primary gain: keeping internal conflicts


outside their awareness
• Secondary gain: accrue tangible advantages
and benefits as a result of being sick
• La Belle Indifference:
a patient’s inappropriately cavalier attitude
toward serious symptoms; the patient seems
to be unconcerned about what appears to be
a major impairment.
• Identification: model symptoms on those of
someone important to them

24
Course and Prognosis:

- resolve in a few days/less than a month


- makin lama simtom bertahan, makin buruk
prognosis

Treatment:

- Tidak ada studi terkontrol sp sekarang


- Treatment psikoanalitik tidak menunjukkan
kemanfaatannya
- Reinforcement thdp t.l. yang high functioning
mgkn membantu
25
HIPOKONDRIASIS
• preokupasi dengan ketakutan menderita, atau
keyakinan bahwa ia mempunyai gangguan yang
parah

• ketakutan atau keyakinan ini timbul karena


salah interpretasi simtom-simtom atau fungsi
tubuh, karena interpretasi tidak realistik atau
tidak tepat tentang simtom dan sensasi fisik.

• menderita penyakit yang serius dan belum


terdeteksi, dan tidak bisa dibujuk bahwa ini
tidak benar (tp blm sp waham)
26
Hipokondriasis……

Epidemiologi:

- laki dan perempuan sama banyak

- onset kapan saja, terutama usia 20 – 30


tahun, cenderung kronis

27
Etiologi:

- faulty cognitive scheme  misinterpretation of


bodily symptom

- social learning: request for admission to take the


sick role made by a person facing seemingly
insurmountable and insolvable problems.
Sick role = escape  allows to avoid noxious
obligations, postpone unwelcome challenges, to
be excused from usual duties and obligations

- a variant form of mental disorders: depressive


and anxiety 28
Etiologi - Hipokondriasis……

- psychodynamic: aggressive and hostile wishes


toward others are transferred (through
repression and displacement) into physical
complaints.
Anger berasal dari kekecewaan masa lalu,
rejections and losses. Juga defense terhadap
rasa bersalah, innate badness, ekspresi dari self-
esteem yang rendah, serta self-concern yang
berkelebihan.
Pain dan penderitaan fisik adalah cara untuk
menebus hal ini dan dianggap sebagai hukuman
yang memang pantas untuk kesalahan2 di masa
lalu (yg riil atau imajiner). 29
Hipokondriasis……

Course and Prognosis:

- Baik, bila status sosioekonomik tinggi,


onset tiba2, personality disorder taa, responsif
thdp treatment utk depresi-anxiety.

Treatment: - usually resist psychiatric treatment


- stress reduction and education in
coping with chronic illness.
- frequent, regularly scheduled
physical exam help reassure
patients
30
BODY DYSMORPHIC DISORDER:
• a pervasive subjective feeling of ugliness of
some aspect of their appearance despite a
normal or nearly normal appearance
• core belief of unattractiveness or even
repulsive

Emil Kraepelin: dysmorphophobia


Pierre Janet: obsession de la honte du corps
(obsession with shame of the body)

• baru dalam DSM-III, sebelumnya lebih


dikenal di Eropa
31
Body dysmorphic……

Epidemiologi:

- kurang dipelajari, lebih banyak ke ahli


kulit atau bedah plastik

- perempuan lebih banyak dari laki2,


umumnya tidak menikah

- common onset: antara 15 - 30 tahun

32
Body dysmorphic……

Etiologi:
• cause: unknown
• high comorbidity dengan depresi, social
phobia, obsesif-kompulsif, substance abuse,
personality disorder
• stereotyped concepts of beauty emphasized
in certain families and within the culture at
large may significantly affect patients
• psychodynamic: displacement of a sexual or
emotional conflict onto a nonrelated body
part through the defense mechanism of
repression, dissociation, distortion,
symbolization, projection 33
Body dysmorphic……

Clinical features:

Common concern: facial flaws, involving specific


parts (kd2 concernnya sulit untuk dimengerti)

Simtom lain:
- ideas of reference (orang lihat cacadnya)
- excessive mirror checking/avoidance of
reflective surfaces
- attempt to hide the presumed deformity
(makeup/pakaian)
- avoid social and occupational exposure
34
Body dysmorphic……

Course and Prognosis:


- muncul gradual, level concern +/-, bisa
jadi kronis

Treatment:
- medical procedures tidak berefek
- bila ada gangguan lain -- treatment
gangguannya (mis. Obat anti depresi)
- berapa lama treatment: tidak jelas
- CBT: exposure + response prevention
(mencegah cek penampilan)
35
GANGGUAN NYERI
- the presence of pain that is “the
predominant focus of clinical attention”,
experienced severe, prolonged pain.

- simtom primer adalah pain

- pain diasosiasikan dengan emotional


distress and functional impairment.

- pernah disebut sebagai somatoform pain


disorder, psychogenic pain disorder, idiopathic
pain disorder, atypical pain disorder
36
Gangguan nyeri……

Epidemiologi:

• lebih banyak pada perempuan dibanding


laki2

• onset terutama pada usia 40-an dan 50-an

37
Gangguan nyeri……

Etiologi:
Psikodinamik: secara simbolis mengekspresikan
konflik intrapsikis melalui tubuh. Penderita
alexithymia (tidak mampu mengartikulasikan
internal state feelings melalui kata-kata) 
mengekspresikannya melalui tubuh. Pemenuhan
kebutuhan dependen, juga penebusan dosa atau
kesalahan (innate badness), atau untuk
mensupresi agresi. Punya keyakinan bahwa
memang pantas menderita. Cara peroleh love.

Defense mechanism: displacement, substitution,


repression, identification. 38
Gangguan nyeri - etiologi

Faktor behavioral: Pain behaviors are reinforced


when rewarded, inhibited when ignored.

Faktor interpersonal: suatu sarana manipulasi,


memperoleh keuntungan dalam suatu hub
interpersonal.

Faktor biologis: Gangguan pada sistem limbik

39
gangguan nyeri……

Clinical features:

- low back pain, headache, atypical facial


pain, chronic pelvic pain.

- long histories of medical and surgical


care

- almost always a variant of depressive


disorder, a masked somatized form of
depression.

40
Gangguan nyeri……

Course and prognosis:

- prognosis bervariasi, bisa menjadi kronis,


distressful dan disabling

- Yang prognosisnya paling buruk:


mempunyai masalah karakterologis,
terutama pasif berlebihan, terlibat
masalah hukum, mendapat kompensasi
finansial, menggunakan zat adiktif, punya
riwayat panjang ttg pain

41
Gangguan nyeri……

Treatment:
- mgkn tidak bisa mengurangi pain 
bicarakan rehabilitasi

- bicarakan faktor psikologis sejak awal

- Farmakoterapi: tidak banyak membantu,


antidepressant bila ada depresi

- Pain control programs

42
Treatment …….

- Psikoterapi:
Komponen-komponen psikoterapi:
* validasi dari nyeri pasien
* relaxation training
* reinforce shift of focus from the pain
* help patient develop ability to cope
with stress and gain sense of control
over pain

43
GANGGUAN BUATAN SENDIRI
(FACTITIOUS DISORDER)

intentionally produced signs of medical or mental


disorders and misrepresent their histories and
symptoms

to assume the role of patients without an


external incentive

2 subtipe utama:
* Gangg. Factitious pada diri sendiri/ Munchausen
syndrome (Richard Asherr dalam Lancet, 1951)
* Gangg. Factitious yang dikenakan pada orang lain
44
Epidemiologi:
- prevalensi tidak diketahui

- lebih banyak pada perempuan

- mulai early adulthood, meskipun mgkn


muncul pd childhood atau adolescence

- lebih sering pada hospital and health


care workers dp general population

- sering ada bersama mood disorder,


personality disorder, gangguan
penggunaan zat
45
Etiologi:
• Secara psikodinamis: tidak jelas, jarang mau
terapi, karena menganggap keluhan fisik.
Childhood abuse, deprivasi  hospitalisasi 
escape from traumatic home situations  loving
and caring caretakers (doctors, nurses, dll),

Dirumah  rejecting mother and absent father.


Poor identity formation, disturbed self-image

Defense mechanism: repression, identification,


identification with the aggressor, regression,
symbolization.

• Faktor biologis: brain dysfunction 46


Clinical Features:

• FD with predominantly Psychological Signs


and Symptoms:

feigned symptoms: depression, hallucinations,


dissociative and conversion symptoms, bizarre
behavior.

Simtom lain:
pseudologia fantastica 
limited factual material is mixed with
extensive and colorful fantasies;

47
Factitious …… clin features……simtom lain

imposture  berhubungan dgn


berbohong.
Banyak yang mengambil identitas orang
prestigious. Mengaku diri war heroes, luka
operasi menjadi luka dalam perang, dll

 to maintain intact self-image

48
• FD with predominantly Physical Signs and
Symptoms:

ability to present physical symptoms so well


they can gain admission to, and stay in, a
hospital

• FD by proxy: a person intentionally produces


physical signs or symptoms in another person
who is under the first person’s care 

- caretaker indirectly assume the sick role


- relieved of the caretaking role by having
the child hospitalized
49
Factitious disorder……

Course and Prognosis:

Onset may follow real illness, loss, rejection,


abandonment

Incapacitating to the patient and often produce


severe trauma or untoward reactions related to
treatment

A few of them probably die as a result of


needless medication, instrumentation, or
surgery.
50
Factitious disorder……

Treatment:

No specific psychiatric therapy has been effective


in treating FD

Best focus on management than cure

Reaksi dokter/terapis sangat penting (misalnya


marah karena “kena dibohongi” -- tidak
membantu pasien

51
MALINGERING

• voluntary and intentional production of false


or grossly exaggerated physical or
psychological symptoms, motivated by
external incentives.

52
Malingering……

• External motivation:

1. to avoid difficult or dangerous situation,


responsibilities, or punishment
2. to receive compensation, free hospital
room and board, a source of drugs or a
haven from police
3. to retaliate when the patient feels guilt
or suffers a financial loss, legal penalty, or
job loss.
53
Malingering……

Epidemiologi:

• incidence tidak diketahui


• banyak dalam setting yang banyak laki2:
military, prison, factories, other industrial
settings

Clinical features:

• vague, ill-defined symptoms, e.g. headache,


pains in the neck, lower back, chest, abdomen,
dizziness, vertigo, amnesia, anxiety.
• preoccupied with compensation, not cure. 54
Malingering……

Treatment:

- evaluasi teliti dan objektif


- jangan menunjukkan kecurigaan
- bila di konfrontasi:
1. hub dokter-pasien memburuk,
2. pasien menjadi lebih waspada dan
memberi/mencari bukti2.

55
Malingering vs konversi

• Konversi:
- mungkin la belle indifference (ada pada 1/3
konversi)  willing and eager to talk
endlessly and dramatically about their
symptoms, but often without the concern one
might expect.

• Malingerer:
- more guarded and cautious  interviews a
challenge or threat to the success of the lie
- intentional production of symptoms
- external incentive 56
Malingering vs Factitious Disorder:

Malingering: - external incentive

Factitious Disorder:
- intrapsychic need to maintain the
sick role
- external incentive: absent

57
Somatoform vs Factitious (FD):

FD vs Somatization (Briquet’s Syndrome):

- voluntary production of factitious


symptoms,
- the extreme course of multiple
hospitalization
- willingness of FD patients to undergo
an extraordinary number of
mutilating procedures

58
FD vs Konversi:

- Konversi biasanya tidak paham


terminologi medis dan rutin rumah sakit,
dan simtomnya adalah referensi simbolik
dari konflik emosional yang spesifik

FD vs Hipokondriasis:

- pasien hipokondriak tidak secara volunter


memproduksi simtom, juga tidak mau
menjalani potentially mutilating
procedures.

59
Anxiety Disorders
Anxiety vs. Fear
 Anxiety
» Apprehension about a future threat
 Fear
» Response to an immediate threat
 Both involve physiological arousal
» Sympathetic nervous system
 Both can be adaptive
» Fear triggers “flight or fight”
– May save life
» Anxiety increases preparedness
– Moderate levels improve performance

2
Persamaan Cemas dan Takut
(Rahman, 1998)
 Anticipation of danger or discomfort
 Tense apprehensiveness
 Elevated arousal
 Negative affect
 Uneasiness
 Future oriented
 Accompanied by bodily sensations

3
Perbedaan Cemas dan Takut
(Rahman, 1998)
Anxiety Fear
 Source of threat is elusive  Specific focus of threat
 Uncertain connection between anxiety  Understandable connection between threat and
and threat fear
 Prolonged  Usually episodic
 Pervasive uneasiness  Circumscribed tension
 Can be objectless  Identifiable threat
 Uncertain onset  Provoked by threat cues
 Persistent  Declines with removal of threat
 Uncertain offset  Offset is detectable
 Without clear borders  Circumscribed area of threat
 Threat seldom imminent  Imminent threat
 Heightened vigilance  Quality of emergency
 Bodily sensation of vigilance  Bodily sensation of an emergency
 Puzzling quality  Rational quality
4
Anxiety Disorders

 DSM-IV-TR
» Specific and social phobias
» Panic disorder and agoraphobia
» Generalized anxiety disorder
» Obsessive compulsive disorder
» Posttraumatic stress disorder
 Most common psychiatric disorders
 28% report anxiety symptoms (Kessler et al., 2005)
 Most common are phobias
5
 DSM V
- Gangguan Panik
- Gangguan Kecemasan Menyeluruh
- Fobia Spesifik
- Gangguan Kecemasan Sosial
- Agorafobia

6
Gangguan Obsesif Kompulsif dan
Gangguan Terkait

 Gangguan Obsesif Kompulsif


 Gangguan Dismorfik Tubuh

7
Table 5.1 Summary of Major Anxiety
Disorders

8
Phobias

 Disruptive fear of a particular object or


situation
» Fear out of proportion to actual threat
» Awareness that fear is excessive
» Must be severe enough to cause distress or
interfere with job or social life
– Avoidance
 Two types:
» Specific
» Social

9
Specific Phobia
 Unwarranted, excessive fear of specific
object or situation
» Snakes, blood, flying, spiders, etc.
– How likely are you to be bitten by a spider?
» Most specific phobias cluster around a few
feared objects and situations (Table 5.3)
 Trigger or feared object is avoided or
endured with intense anxiety
 High comorbidity of specific phobias

10
Social Phobia
 Persistent, intense fear of social situations
» Fear of negative evaluation or scrutiny
 More intense and extensive than shyness
» More appropriate diagnostic label?
– Social anxiety disorder
» Exposure to trigger leads to anxiety about
being humiliated or embarrassed socially.
» Onset often adolescence
» Diagnosed as either generalized or specific
 33% also diagnosed with Avoidant Personality
Disorder
» Overlap in genetic vulnerability for both disorders

11
Panic Disorder
 Frequent panic attacks unrelated to specific
situations
 Panic attack
» Sudden, intense episode of apprehension, terror,
feelings of impending doom
– Symptoms reach peak intensity within 10 minutes
» Accompanied by at least 4 other symptoms:
– Sweating, nausea, labored breathing, dizziness, heart
palpitations, upset stomach, lightheadedness, etc.
» Other symptoms may include:
– Depersonalization
– Derealization
– Fear of going crazy, losing control, or dying

12
Panic Disorder
 Uncued attacks
» Occur unexpectedly without warning
» Panic disorder diagnosis requires recurrent uncued
attacks.
 Cued attacks
– Triggered by specific situations (e.g., tunnel)
– More likely a phobia
 Panic Disorder with Agoraphobia
» Avoidance of situations in which escape would be
difficult or embarrassing
» Panic disorder with agoraphobia tends to be more
chronic .

13
Panic Disorder

 Often begins in adolescence


 25% unemployed for more than 5 years
because of symptoms (Leon et al., 1995)
 Prognosis worse when agoraphobia is
present

14
Generalized Anxiety
Disorder (GAD)

 Involves chronic, excessive, uncontrollable


worry
» Lasts at least 6 months
» Interferes with daily life
 Other symptoms:
» Restlessness, poor concentration, irritability,
muscle tension, tires easily, sleep disturbance
 Common worries:
» Relationships, health, finances, daily hassles
 Often begins in adolescence or earlier
» I’ve always been this way
15
Obsessive-Compulsive Disorder
(OCD)

 Obsessions
» Intrusive, persistent, and uncontrollable thoughts or
urges
» Experienced as irrational
» Most common:
– Contamination, sexual & aggressive impulses, body
problems
 Compulsions
» Impulse to repeat certain behaviors or mental acts to
avoid distress
– e.g., cleaning, checking, hoarding, repeating a word,
counting
» Extremely difficult to resist the impulse
» May involve elaborate behavioral rituals

16
Obsessive-Compulsive Disorder
(OCD)

 Develops either before age 10 or during late


adolescence/early adulthood
 Men
» Early onset more common
 Women
» Cleaning compulsions and later onset more
common
 OCD often chronic

17
Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD)

 Extreme response to severe stressor


» Anxiety, avoidance of stimuli associated with trauma,
emotional numbing
 Exposure to a traumatic event that involves actual
or threatened death or injury
» e.g., war, rape, natural disaster
 Trauma leads to intense fear or helplessness
 Symptoms present for more than a month
 Women and PTSD
» Rape most common type of trauma (Creamer et al.,
2001)

18
Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD)

 Three categories of symptoms :


1. Re-experiencing the traumatic event
» Nightmares, intrusive thoughts, or images
2. Avoidance of stimuli
» e.g., Refuse to walk on street where rape occurred
» Numbing
» Decreased interest in others
» Distant or estranged from others
» Unable to experience positive emotions
3. Increased arousal
» Insomnia, irritability, hypervigilance, exaggerated startle
response
 Tends to be chronic (Perkonigg et al., 2005)
19
Acute Stress Disorder (ASD)

 Symptoms similar to PTSD


 Duration varies
» Short term reaction
» Symptoms occur between 2 days and 1 month
after trauma
 As many as 90% of rape victims experience
ASD (Rothbaum et al., 1992)
 More than 2/3 of those with ASD develop
PTSD within 2 years (Harvey & Bryant, 2002)

20
Comorbidity

 ¾ of those with anxiety disorder meet


criteria for another disorder
» 60% meet criteria for major depression (Brown et
al., 2001)
» Other disorders commonly comorbid with
anxiety:
– Substance abuse
– Personality disorders
 Avoidant
 Dependent
 Histrionic
– Medical disorders e.g., coronary heart disease

21
Gender &
Sociocultural Factors
 Women are 2x as likely as men to have anxiety
disorder except for OCD
 Possible explanations
» Women may be more likely to report symptoms
» Women more likely to experience childhood sexual abuse
» Women show more biological stress reactivity
 Sociocultural factors
» Focus of anxiety varies
– Taijin kyofusho
 Japanese fear of offending or embarrassing others
– Kayak-angst
 Inuit disorder in seal hunters at sea similar to panic
» Ratio of somatic to psychological symptoms
appears similar across cultures (Kirmayer, 2001)

22
Etiology of Specific Phobias

 Conditioning
 Mowrer’s two-factor
model
» Pairing of stimulus with
aversive UCS leads to
fear (Classical
Conditioning)
» Avoidance maintained
though negative
reinforcement (Operant
Conditioning)

23
Etiology of Specific Phobias
 Problems with two-factor model
» Many people never experience aversive
interaction with phobic object (see table 5.6)
» People with phobias tend to fear only
certain types of objects (prepared learning)
– Snakes, insects, blood, heights, etc.
» Even phobias linked to modeling influenced
by prepared learning
– Monkeys acquired fear after watching another
monkey exhibit fear to snake but not flower
(Cook & Mineka, 1989)

24
Etiology of Social Phobia
 Two factor model
» Avoidance or safety behaviors
– Avoid eye contact, appear aloof, stand apart from others
in social settings
 Cognitive factors
» Negative self evaluation
– Harsh, punitive self-judgment
» Fear of negative evaluation by others
– Expect others to dislike them
 Excessive attention to internal cues
» e.g., heart rate

25
Etiology of Panic

 Neurobiological
factors
» Locus ceruleus
– Major source of
norepinephrine
 A trigger for nervous
system activity
» Multiple drugs can
induce panic attacks
– Typically only in those
who are overly
concerned about bodily
changes

26
Etiology of Panic

 Interoceptive
conditioning
» Classical conditioning
of panic in response to
bodily sensations
 People with panic
disorder sustain
classically conditioned
fears longer (Michael et
al., 2007)

27
Etiology of Panic

 Cognitive factors
» Lack of perceived
control can trigger panic
» Fear of bodily changes
– Interpreted as impending
doom
 I must be having a
heart attack!
– Beliefs increase anxiety
and arousal
– Creates vicious cycle

28
Etiology of Agoraphobia

 Fear-of-fear hypothesis (Goldstein &


Chambless, 1978)
» Expectations about the catastrophic
consequences of having a public panic
attack.
– What will people think of me?!?!

29
Etiology of GAD

 GABA system deficits


 Borkovec’s cognitive model:
» Worry reinforcing because it distracts from
negative emotions and images
» Allows avoidance of more disturbing emotions
– e.g., distress of previous trauma
» Avoidance prevents extinction of underlying
anxiety
» Individuals with GAD less able to identify their
own negative feelings (Mennin et al., 2002)

30
Etiology of OCD: Neurobiological
Factors

 OCD symptoms common in certain


neurological disorders
» Huntington’s chorea
 Hyperactive regions of the brain:
» Orbitofrontal cortex
» Caudate nucleus
» Anterior cingulate
– Loss of neuronal function and underlying
biochemical abnormality (Yücel et al., 2007)

31
Etiology of OCD:
Behavioral & Cognitive Factors

 Operant reinforcement
» Compulsions negatively reinforced by the reduction
of anxiety
 Cognitive factors
» Lack of a satiety signal
» Yadasentience
– Subjective feeling of completion
 Knowing that you have thought enough or cleaned enough
– Individuals with OCD have a yadasentience deficit
» Attempts to suppress intrusive thoughts
– Trying to suppress thoughts may make matters worse

32
Etiology of PTSD
 Severity and type of trauma
 Neurobiological
» Smaller hippocampal volume linked to PTSD
– Disruption of verbal vs. nonverbal memory
» Supersensitivity to cortisol
 Behavioral
» Two factor model
 Psychological
» Perception of control
» Avoidance coping, dissociation, memory suppression
 Intelligence and ability to grow from the
experience enhance coping
33
Common Aspects of Psychological
Treatment

 Psychological treatments emphasize


Exposure
» Face the situation or object that triggers
anxiety
– Should include as many features of the trigger
as possible
– Should be conducted in as many settings as
possible
 Systematic desensitization
» Relaxation plus imaginal exposure
34
Common Aspects of Psychological
Treatment

 Cognitive approaches
» Increase belief in ability to cope with the
anxiety trigger
» Challenge expectations about negative
outcomes

35
Medications
 Anxiolytics
» Drugs that reduce anxiety
 Two common types of medications used to treat
anxiety
» Benzodiazepenes
– Valium, Xanax
» Antidepressants
– Tricyclics,Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), and
Serotonin Reuptake Inhibitors (SRIs)

36
Medications
 Demonstrated effectiveness as compared to
placebo
» Clomipramine for OCD
» Medication does not seem to help hoarding
» Beta blockers commonly prescribed for social phobia
although no demonstrated effectiveness
 Side effects
» Withdrawal from benzodiazepenes
» Weight gain, nervousness, high blood pressure from SSRIs
 Relapse common after medication discontinuation

37
 Are characterized by severe disturbances in
eating behavior
 2 spesific diagnoses :
(1) Anorexia nervosa : characterized by a refusal to
maintain a minimally normal body weight
(2) Bulimia nervosa : characterized by repeated
episodes of binge eating followed by inappropriate
compensatory behavior (such as : self-induced
vomitting, misuse of laxatives/diuretics/other
medication, fasting, excessive exercise)
Anorexia = loss of appetite, nervosa =
emotional reasons (misnomer : AN not losing
their appetite)
Essential features :
Refuses maintain normal body weight
Intensely afraid of gaining weight
Significant disturbances in the perception of the
shape or size of his/her body
Amenorrhoic in females
Diagnostic criteria DSM IV-TR :
A. Refusal to maintain body weight at or above minimally normal
weight for age and height (e.g : less than 85% that expected)

B. Intense fear of gaining weight or becoming fat, even though


underweight

C. Disturbance in experiencing one’s body weight & shape, undue


influence of body weight & shape on self-evaluation, or denial of
the seriousness of the current low body weight
D. Amenorrhea (e.g. at least 3 menstrual cycles)
Subtype AN :
1. Restricting type : during AN, person hasn’t
regularly engaged in binge-eating or purging
behavior (i.e. self-induced vomiting or
misuse of laxatives, diuretics or enemas)
2. Binge-Eating/Purging type : during AN,
person has regularly engaged in binge-eating
or purging behavior (i.e. self-induced
vomiting or misuse of laxatives, diuretics or
enemas)
 Prevalence :
about 10 times more frequent in woman than in man
 Course :
begins in the early middle teenage years (age 14-18),
often after stresstul life event
 Differential diagnosis :
- Bulimia Nervosa : are able to maintain body weight at
or above a minimally normal level (AN binge-
eating/purging type can’t)
 “Bulimia” from Greek word, meaning : “ox
hunger”
 Essential features :
Binge eating & inappropriate compensatory
methods to prevent weight gain, at least 2x
seminggu dalam 3 bln
Self-evaluation influenced by body shape & weight
• Binge : eating in discrete period of time (< 2
hours) an amount of food that is definitely
large than most individuals would eat in
similar circumstances / periof of time
Diagnostic criteria DSM IV-TR :
A. Recurrent episodes of binge eating. An episode of binge eating
characterized by both of the following :
1. eating, in discrete period of time (e.g. with-in 2 hour period),
an amount of food that is definitely larger than most people
would eat
2. a sense of lack of cotrol over eating during the episode (e.g. a
feeling that one can’t stop eating or control what or how much
one is eating)
B. Recurrent inappropriate compensatory behavior in order to
prevent weight gain (such as : self-induced vomitting, misuse of
laxatives/diuretics/other medication, fasting, excessive exercise)
C. The binge eating & inappropriate compensatory behavior both
occur, at least twice a week in 3 months
D. Self-evaluation is unduly influenced by body shape and weight
E. The disturbance doesn’t occur exclusively during episodes of AN
Subtype, ada 2 jenis :
1. Purging type : during BN, person has
regularly engaged inself-induced vomiting or
misuse of laxatives, diuretics or enemas
2. Nonpurging type : during BN, person has
used other inappropriate compensatory
behavior, such as fasting or excessive
exercise, but hasn’t regularly engaged in
self-induced vomiting or misuse of laxatives,
diuretics or enemas
 Prevalence :
90% of cases are woman, prevalence among woman is
about 1-2% of the population
 Course :
begins in late adolescence or early adulthood, begins
often after an episode of dieting
 Differential diagnosis :
- AN binge-eating/purging type : pada BN weight is
normal, menses have become regular
 Recurrent episodes of binge eating behavior in the
absence of the regular use of inappropriate
compensatory behavior characteristic of BN
 Indicators of impaired control (3 or more):
 Eating much more rapidly than normal
 Eating until feeling uncomfortably full
 Eating large amounts of food when not feeling physically
hungry
 Eating alone because of being embarrassed by how much
one is eating
 Feeling disgusted with oneself, depressed, or very guilty
afer overeating
1. Biological factors :
Genetic : both AN & BN run in families.
Key features of the eating dis (dissatisfaction
with one’s body & strong desire to be thin)
appear heritable
2. Sociocultural variables :
cultural standards moving in the
direction of thinness  dieting to lose
weight has become more common 
fat = negative connotations (as being
unsuccessful & having little self-
control)  prevalence of eating
disorders increased
3. Gender influences :
◦ Women more heavily influenced than men by
cultural standards reinforcing the desirability of
being thin
◦ Woman are typically valued more for their
appearanece, whereas men for their
accomplishments
◦ The risk for women who might be expected to be
particularly concerned with their weight (models,
dancers, & gymnasts) appear to be especially high
4. Cross cultural studies : industrialized > non
indz
5. Racial differences : lbh krn social class
6. Psychodynamic views :
 Disturbed parent-child relationship
 Personality traits : low self-esteem &
perfectionism
 Goodsitt : conflict-ridden mother-daughter
relationship
7. Family Systems theory : Minuchin –
dysfunctional family structure (Enmeshment,
Overprotectiveness, Rigidity, Lack of conflict-
resolution)
8. Personality & Eating Disorder :
 AN : perfectionistic, shy, & compliant. BN :
histrionic features, affective instability,
outgoing social disposition
 AN & BN: high in neuroticism & anxiety, low
in self-esteem. Also high on measure of
traditionalism (strong endorsement of family
& social standards)
 AN : depression, social isolation, anxiety. BN :
more diffuse & serious psychopathology
9. Cognitive-behavioral Views :
 Motivating factor : fear of fatness & body-
image disturbance
 False behavior is maintain with negative
reinforcer (yaitu : reducing anxiety about
becoming fat)
 Dieting & weight loss positively reinforced by
the sense of mastery or self-control they
create
1. Biological treatment
2. Psychological treatment :
 Two-tiered process : gain weight + avoid medical
complication
 operant-conditioning behavior therapy : reward for
eating & gaining weight
 Cognitive behavior therapy : uncover & change false
beliefs, altering all-or-nothing thinking, unrealistic
thinking
 ego-analytic psychotherapy : fokus pada greater
autonomy
 Family therapy : disorder bsifat interpersonal
 Overall goal : develop normal eating patterns
GANGGUAN AFEKTIF
& BUNUH DIRI
PSIKOLOGI ABNORMAL
Kegiatan Perkuliahan

 Mengisi Inventori BDI


 Presentasi kliping kasus bunuh diri
 Kuliah dan tanya jawab
GANGGUAN AFEKTIF (MOOD DISORDER)

 Mood : situasi emosi internal yang persisten dan


bertahan lama, dialami dan dirasakan secara
subyektif. Mood mungkin naik / meningkat
(elatif), normal atau menurun (depresif)

 Afek : ekspresi emosi yang dapat diobservasi,


durasi lebih singkat, bisa sesuai atau tidak dengan
mood yang dirasakan individu
Gangguan Afektif (2)

 Dua macam gangguan afektif


 Gangguan Depresif Mayor

 Gangguan Bipolar

 Gangguan afektif melibatkan masalah emosi yang


mengganggu, berkisar antara dysphoria
(kesedihan) pada depresi hingga euphoria (elasi/
peningkatan) serta iritabilitas mood pada mania
Gangguan Afektif (3)

 Orang yang normal mengalami berbagai mood dan

memiliki berbagai ekspresi afektif yang seimbang juga


merasa mampu mengontrol mood dan afeknya

 Penderita gangguan afektif merasa kehilangan kontrol

tersebut dan karena itu mengalami stres berat


CIRI-CIRI DEPRESI

 Kehilangan energi
 Merasa sedih, tak berharga & merasa bersalah
 Sulit konsentrasi
 Menarik diri
 Hilang minat & kesenangan
 Berpikir tentang kematian & bunuh diri.
 Perubahan kemampuan kognitif
 Perubahan kemampuan bicara
 Perubahan dalam fungsi vegetatif

 Semua gangguan ini menimbulkan masalah dalam hubungan


interpersonal, sosial serta pekerjaan
Ciri–Ciri Depresi (2)

 Depresi biasanya berhubungan dengan gangguan lain

seperti serangan panik, penyalahgunaan obat, gangguan


seksual dan gangguan kepribadian.

 Cemas dan depresi berkait erat, sering sulit membedakan.

Hampir semua penderita depresi juga alami kecemasan,


namun tidak semua penderita cemas alami depresi.
CIRI-CIRI MANIA

 Peningkatan berlebih pada mood


 Mudah marah/ tersinggung
 Hiperaktif
 Mudah terganggu
 Flight of ideas
 Kurang tidur
 Kepercayaan diri meningkat
 Ide ttg kebesaran.

Masalah dalam hubungan interpersonal, sosial & pekerjaan.


GANGGUAN DEPRESI MAYOR

 Nama lain : gangguan unipolar

 Kriteria diagnostik menurut DSM IV:


Munculnya 5 atau lebih simtom minimal 2 minggu dan
mempengaruhi perubahan dari kondisi sebelumnya.

Salah satu simtom minimal adalah

(1) mood depresif atau

(2) hilangnya minat atau kesenangan


Gangguan Depresi Mayor (2)

 Simtom-simtomnya adalah:
 Mood depresif sepanjang hari, hampir setiap hari
 Hilangnya minat atau kesenangan pada semua aktivitas harian
 Hilangnya/ bertambahnya berat badan/ selera makan secara
signifikan
 Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
 Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
 Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari
 Perasaan tidak berdaya atau bersalah yang berlebihan atau tidak
sesuai
 Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi atau
keragu-raguan hampir setiap hari
 Pemikiran tentang kematian yang berulang-ulang, ide bunuh diri
tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana
spesifik untuk melakukan bunuh diri
Gangguan Depresi Mayor (3)

 Prevalensi penderita gangguan depresi mayor :


 Lebih banyak pada perempuan

 Kelas ekonomi bawah

 Usia 20-an

 Cenderung kronis dan berulang

 Semakin sering penderita mengalami gangguan depresi,


durasi setiap episode akan bertambah dan keparahan akan
meningkat
GANGGUAN BIPOLAR I

 Pasien mengalami eposide manik atau episode campuran

(simtom mania maupun depresi)

 Kriteria Diagnostik DSM IV:

Munculnya 1 atau lebih episode manik atau episode campuran,


kadang alami episode depresi mayor.
Episode Manik

 Periode yang jelas dan persisten dari mood yang naik,

meluap-luap atau irritable, minimal 1 minggu. Dalam


periode ini ada 3 atau lebih simtom berikut (atau 4 simtom
jika mood hanya irritable)
Episode Manik (2)

 Simtom-simtom :
 Meningkatnya kepercayaan diri atau ide kebesaran
 Berkurangnya kebutuhan untuk tidur
 Jadi lebih banyak bicara aatau tekanan untuk terus bicara
 Flight of ideas atau perasaan subyektif bahwa pikiran seperti
berlomba
 Distraktibilitas
 Peningkatan aktivitas yang mengarah pada tujuan
 Keterlibatan berlebihan pada aktivitas menyenangkan yang
miliki potensi besar untuk timbulkan konsekuensi
menyakitkan
Episode Campuran

 Minimal 1 minggu terpenuhi kriteria baik untuk episode


manik maupun depresi utama, terjadi hampir setiap hari.
Penderita alami perubahan mood yang sangat cepat yang
disertai simtom dari episode manik maupun depresi
utama.
 Gangguan ini sangat berat  timbulkan masalah nyata
dalam fungsi sosial dan pekerjaan, mungkin muncul ciri-
ciri psikotik atau perlu hospitalisasi
 Onset rata-rata usia 20-an, seimbang pria & wanita
(wanita lebih umum episode depresif, pria sebaliknya)
GANGGUAN MOOD LAINNYA

 EPISODE CAMPURAN : alami episode mania dan

depresi hampir setiap hari

 GANGGUAN BIPOLAR II: alami episode hipomania,

yaitu perubahan perilaku dan mood yang tak terlalu


ekstrim dibanding mania yang full-blown

 DIAGNOSIS SEASONAL : gangguan bipolar dan

unipolar terjadi berkaitan dengan musim tertentu


Gangguan Mood Lainnya (2)

 GANGGUAN MOOD KRONIS : berlangsung lebih


dari 2 tahun namun tak pernah cukup parah untuk
didiagnosis depresi utama atau episode manik.
Terdiri dari
 Gangguan Cyclothymic  mirip gangguan Bipolar II (ciri :
ada episode hipomania (percaya diri meningkat, mencari orang
lain, sedikit tidur) dan depresi ringan ( merasa tidak adekuat,
menarik diri, banyak tidur))
 Gangguan Dysthymic  mood depresif hampir setiap hari,
merasa sedih, hilang kesenangan serta gejala lain depresi 
kebanyakan pernah alami gangguan depresi mayor
Faktor Sosial & Gangguan Mood

 Peristiwa hidup yang menimbulkan stres tinggi


(stressful life events) :
 42-67% : mengalami peristiwa2 tersebut (seperti kehilangan
pekerjaan, persahabatan, atau hubungan romantis) yang
akhirnya menyebabkan munculnya depresi
 Stressor yang bersifat jangka panjang (seperti kemiskinan)
 Model diatesis-stres:
 Diatesis dapat bersifat biologis, sosial, atau psikologis
 Kurangnya dukungan sosial
 Problem interpersonal dalam keluarga :
 Ekspresi emosi yang tinggi

 Konflik marital
Faktor Sosial & Gangguan Mood

 Tingkah laku sosial yang negatif :


 Mencari pengyakinan diri secara berlebihan (excessive
reassurance seeking)
 Rendahnya kompetensi sosial

 Bicara yang lambat atau pendiam

 Self-disclosures yang negatif

 Afek negatif

 Kurang adanya kontak mata & sedikitnya ekspresi wajah yang


positif
BUNUH DIRI

 Perilaku bunuh diri bukan merupakan gangguan


psikologis, namun merupakan simtom dari gangguan
psikologis lain, umumnya gangguan mood

 Umumnya pelaku percobaan bunuh diri tidak segera


mencari bantuan profesional setelah upaya bunuh diri
dilakukan

 Munculnya pemikiran untuk bunuh diri umumnya


merefleksikan semakin berkurangnya pilihan yang dapat
ditempuh untuk menyelesaikan masalah dan tidak melihat
jalan keluar lain
Bunuh diri (2)

 Prevalensi
 Pria 4x lebih cenderung melakukan bunuh diri drpd wanita
 Angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 65 tahun

 Penderita gangguan mood yang parah seperti Depresi


Mayor dan Gangguan Bipolar, memiliki resiko yang lebih
besar untuk melakukan bunuh diri

 Bunuh diri juga dihubungkan dengan gangguan psikologis


lain seperti ketergantungan obat dan alkohol, anorexia,
skizofrenia, gangguan panik, gangguan kepribadian, PTSD
dan gangguan kepribadian ambang
Bunuh diri (3)

 “Rational Suicide”  keyakinan untuk melakukan bunuh


diri dilandasi keputusan rasional bahwa hidup sudah tidak
dapat diperjuangkan lagi karena penderitaan yang
berkelanjutan

 Pelaku bunuh diri mengisyaratkan keinginan mereka,


kadangkala secara eksplisit, mengenai pemikiran bunuh
diri ataupun memberikan petunjuk yang jelas (misalnya :
membuang barang-barang, menyiapkan surat warisan
ataupun menyiapkan alat bantu untuk bunuh diri)
Personality Disorders
MA Psikologi Abnormal
Semester Ganjil 2009/10
Personality Disorders (PD)
 Longstanding, pervasive, inflexible patterns of behavior and inner
experience
 Coded on Axis II
 Patterns present in at least 2 areas:
» Cognition
» Emotions
» Relationships
» Impulse control
 Patterns are not the effects of substance abuse nor general medical
condition
 Patterns are not necessarily comorbid with Axis I disorders. Even
though comorbidity with Axis I is more often than not
 More severe symptoms and poorer outcome when comorbid
– 50+% of people diagnosed with a personality disorder meet criteria for another
personality disorder
– More than two-thirds meet lifetime criteria for an Axis I disorder (Lenzenwenger et al.,
2007)

2
Personality Disorders (PD)
 Patterns are not necessarily comorbid with Axis I
disorders. Even though comorbidity with Axis I is
more often than not
 More severe symptoms and poorer outcome when
comorbid
– 50+% of people diagnosed with a personality disorder meet
criteria for another personality disorder
– More than two-thirds meet lifetime criteria for an Axis I disorder
(Lenzenwenger et al., 2007)
 Initial onset: adolescence or young adulthood
 Nature of symptoms: ego-syntonic and alloplastic
 “problems are not with me, they are with people”
Key Features of the DSM-IV-TR Personality Disorders

4
Rates of DSM-IV Personality Disorders in the
Community and in Treatment Settings

5
Classifying Personality Disorders
 DSM-IV-TR categorical approach
 Classifies in 3 clusters:
» Cluster A Odd/Eccentric
» Cluster B Dramatic/Erratic
» Cluster C Anxious/Fearful
 Diagnostic reliability
» Initially poor; improved since DSM-III
 Test-retest reliability (diagnostic stability)
» ½ of those initially diagnosed with PD did not receive same
diagnosis 1 year later (Shea et al., 2002)
 Gender bias
» Certain diagnoses applied more often to men, others to
women

6
Dimensional Approach: Five-Factor
Model
 Five-factor model (McCrae & Costa, 1990)
» Neuroticism, extraversion/introversion, openness
to experience, agreeableness/antagonism, and
conscientiousness
» Five factors are heritable
 Personality traits form a continuum
» Individuals with PDs endorse the extremes
 Dimensional approach involves rating each
individual on the five factors
» Avoids applying a categorical label which may not
completely fit
7
Dimensional Approach: Five-Factor
Model
 Most personality disorders are
characterized by high neuroticism and
antagonism.
 High extraversion tied to histrionic and
narcissistic disorders (involve dramatic
behavior)
 Low extraversion linked to disorders that
involve social isolation, such as schizoid,
schizotypal, and avoidant personality
disorders

8
Table 12.4 Sample Items from the Revised NEO
Personality Inventory assessing Five-Factor Model

9
Odd/Eccentric (A) Cluster:
Paranoid Personality Disorder

 Suspicious  More common in men than


» Secretive; reluctant to confide women
in others  Cormorbidity high for
 Expects to be » Schizotypal
mistreated/exploited » Borderline
» Vigilant for hints of abuse » Avoidant
 Blames others when things
go wrong
 Easily feel threatened
 Questions loyalty
 No hallucinations or full
blown delusions

10
Odd/Eccentric (A) Cluster:
Schizoid Personality Disorder

 Avoids close  Comorbidity high for


interpersonal » Schizotypal
relationships » Avoidant
» Few close friends » Paranoid
» Aloof & distant
 Loner
» Likes solitary activities
 Rarely report strong
emotions
 Little interest in sex
 Experiences anhedonia

11
Odd/Eccentric Cluster: Schizotypal
Personality Disorder

 Interpersonal difficulties similar to schizoid


 Odd beliefs or magical thinking
» Superstitious
» Telepathic
 Illusions
» Feels the presence of a force or person not actually present.
 Odd/eccentric behavior or appearance
» Wears strange clothes
» Talks to self
 Ideas of reference

12
Etiology of the PDS in Odd/Eccentric
Cluster

 Highly heritable
 Links to schizophrenia
» Relatives of individuals with schizophrenia at
greater risk for schizotypal
» Individuals with schizotypal PD show problems
similar to those found in schizophrenia
– Cognitive and neuropsychological deficits
– Enlarged ventricles
– Less temporal gray matter

13
Dramatic/Erratic (B) Cluster:
Borderline Personality Disorder (BPD)

 Impulsive, self-damaging behaviors


 Unstable, stormy, intense relationships
 Emotional reactivity
 Frantic efforts to avoid abandonment
 Unstable sense of self
 Anger control problems
 Chronic feelings of emptiness
 Recurrent suicidal gestures
 Transient psychotic or dissociative symptoms

14
Dramatic/Erratic Cluster:
Borderline Personality Disorder (BPD)

 Onset during adolescence or early adulthood


 Prognosis poor within 10 years of diagnosis
» Later in life, most no longer meet diagnostic criteria
(Paris, 2002)
 Cormorbidity high with PTSD, MDD,
substance-related, and eating disorders
» Comorbidity predicts symptoms 6 years later
 Suicide rates high
» Self-mutilation also a problem
15
Etiology of Borderline Personality Disorder (BPD):
Neurobiological factors

 Genetic component
» Highly heritable
» May play a role in impulsivity and emotional
dysregulation
 Decreased functioning of serotonin
system
 Frontal lobe dysfunction
 Increased activation of amygdala
16
Etiology of Borderline Personality Disorder (BPD):
Social Environmental Factors

 Parental separation
 Verbal and emotional abuse during childhood
 Object-Relations Theory (Kernberg, 1985)
» Introjection
» Object-representation
– BPD involves disturbed object representations, possibly due to
inconsistent parenting
» Conflict between introjected values and current needs
– Splitting

17
Etiology of Borderline Personality Disorder (BPD):
Social Environmental Factors

 Linehan’s Diathesis-Stress Theory


» Individuals with BPD have difficulty controlling
their emotions
– Possible biological diathesis
» Family invalidates or discounts emotional
experiences and expression
» Interaction between extreme emotional reactivity
and invalidating family → BPD

18
Linehan’s Diathesis-Stress Theory
of BPD

19
Dramatic/Erratic (B) Cluster:
Histrionic Personality Disorder

 Formerly known as hysterical personality


 Overly dramatic and attention seeking behavior
 Craves attention
» Loves to be in the spotlight
 Emotionally shallow despite strong displays of
emotion
 Easily influenced by others
 Overly concerned with physical attractiveness
 May be sexually provocative and seductive

20
Etiology of Histrionic Personality
Disorder

 Psychoanalytic theory
» Emotional displays and seductiveness
result from parental seductiveness
– Father’s sexual attention towards daughter
» Conflicting family attitudes towards
sexuality
– Negative attitudes towards sex while
simultaneously acknowledging titillation
 Theory untested
21
Dramatic/Erratic (B) Cluster:
Narcissistic Personality Disorder
 Grandiose view of self
» Preoccupied with fantasies of success
 Self-centered
» Demands constant attention and adulation
 Feelings of entitlement and arrogance
 Envious of others
 Little concern for needs and well being of others
» Lacks empathy
 Sensitive to criticism
 Seeks out high-status partners

23
Etiology of Narcissistic Personality
Disorder

 Kohut’s Self-Psychology Model


» Characteristics mask low self-esteem
» In childhood, narcissist valued as a means to increase
parent’s own self-esteem
– Not valued for his or her own competency and self worth
» People with high levels of narcissism report cold
parents who overemphasized child’s achievement
 Social cognitive model
» Narcissist has low self esteem
» Sense of self depends on “winning”
» Interpersonal relationships are a way to bolster sagging self
esteem rather than increase closeness to others
» Lab studies reveal cognitive biases that maintain narcissism

24
Dramatic/Erratic Cluster:
Antisocial Personality Disorder
 Pervasive disregard for the rights of others since
age 15
» Lies
» Aggression
» Impulsiveness
» Violates the law
» Irresponsible
» Lacks remorse
 Conduct disorder before age 15
» Truancy, running away, lying, theft, arson, destruction of
property
 Substance abuse most common comorbid
disorder
 Culture plays a role
» More common in US than Scotland
 More common among lower SES groups
25
Dramatic/Erratic (B) Cluster:
Antisocial Personality Disorder

 Psychopathy (sociopathy)  Psychopathy


(Cleckley, 1941) Checklist – revised
 Predates DSM-IV-TR (Hare, 2008)
category » Interpersonal
 Focuses on internal thoughts symptoms
and feelings – Pathological lying,
» Poverty of emotion manipulativeness, and
– Negative emotions charm
 Lacks shame and anxiety » Affective symptoms
– Positive emotions – Lack of remorse and
 Used to manipulate empathy, shallow
others affect
» Impulsivity
 Onset before age 15
– Behave irresponsibly for
thrills not required.

26
Etiology of Antisocial Personality
Disorder
 Genetics
» Antisocial behavior heritable
– Estimates as high as .96
» Genetic risk for APD, psychopathy, conduct
disorder, and substance abuse related.
 Family environment
» Lack of warmth, negativity, and parental
inconsistency predict APD
» Poverty, exposure to violence
» Family environment interacts with genetics

27
Etiology of Antisocial Personality
Disorder
 Emotion and psychopathy
» Lack of fear or anxiety
» Low baseline levels of skin
conductance
» Skin conductance
reactivity at age 3
predicted APD at age 28
(Glenn et al., 2007)
 Makes it difficult for them
to avoid behavior that
leads to punishment
 Also show less SCR to
other’s distress Figure 12.3
» Lack empathy

28
Anxious/Fearful (C) Cluster:
Avoidant Personality Disorder

 Avoids interpersonal situations


» Fears criticism or rejection
 Hesitant about involvement with others
» Wants to be certain of acceptance
 Restrained and inhibited in interpersonal situations
» Fears ridicule
» Feelings of inadequacy
 Avoids taking risks or trying new activities
» Doesn’t want to risk embarrassment
 High comorbidity with major depression and generalized
social phobia
» Related toJapanese syndrome called taijin kyofusho (taijin
means “interpersonal” and kyofusho means “fear”).

29
Anxious/Fearful (C) Cluster:
Dependent Personality Disorder

 Lack of self confidence


 Excessive reliance on others
 Intense need to be cared for
 Uncomfortable when alone
 Feels helpless to care for self
 Behavior focused on maintaining relationships
 Quickly initiates new relationship if current one
fails
 Prevalence higher in India and Japan than US

30
Anxious/Fearful Cluster:
Obsessive-Compulsive Personality Disorder
 A perfectionist
 Preoccupied with rules, details, & organization
 Rigid and inflexible
 Overly focused on work
» Little time for leisure, family, & friends
 Tendency to hoard
» Difficulty discarding worthless items
 Reluctant to delegate
 Moral inflexibility
 Does not have the obsessions/compulsions of OCD
 Most frequently comorbid with Avoidant PD

31
Etiology of Personality Disorders in the
Anxious/Fearful Cluster

 Not much available research


 Avoidant PD
» Overly protective and authoritarian parents
 Obsessive-Compulsive PD
» Fixation at anal stage of development (Freud)
» More recent theorists
– Cope with fears of losing control by overcompensation
 Dependent PD
» Disruption of early childhood attachment by death,
neglect, rejection, or overprotectiveness

32
Treatment of Personality Disorders
 Axis I disorder usually drives individual to treatment
» Presence of PD, reduces success of treatment for Axis I
 Medications
» Avoidant PD
– Antianxiety medication or antidepressants
» Schizotypal PD
– Antipsychotic medications
 Psychotherapy
» Psychodynamic
– Seek awareness of early childhood problem
» Cognitive behavioral
– Break personality disorder down into discrete problems
 Treat sensitivity to criticism with social skills training

33
Maladaptive Cognitions Associated with PD

34
Treatment of Borderline PD

 Difficult to treat
» Interpersonal problems play out in therapy
» Attempts to manipulate therapist
 Object Relations Therapy (Kernberg et al., 1985)
 Dialectical Behavioral Therapy (Linehan, 1987)
» Acceptance and empathy plus CBT, emotion regulation, and
social skills
 Schema-Focused Cognitive Therapy for BPD
» Identify maladaptive assumptions that underlie cognitions
 Medications
» Antidepressants
» Antipsychotics
– Olanzapine

35
Treatment of Psychopathy

 Intensive psychoanalytic therapy


 Cognitive behavioral therapy
 Issue remains
» Are therapy successes ‘faking good’ or
genuinely improved?

36
SKIZOFRENIA
(Schizophrenia)
Sharing
• Apa yang terpikir ketika kalian mendengar istilah
skizofrenia?
• Ceritakan pasien skizofrenia yang pernah kalian
lihat:
– Bagaimana penampilannya?
– Perilakunya?
• Bagaimana perasaan kalian ketika bertemu
dengan orang seperti itu?
Benar atau Salah?
• Gangguan skizofrenia disebut juga
gangguan kepribadian ganda
• Skizofrenia adalah penyakit keturunan
• Pria lebih banyak yang mengalami
skizofrenia dibandingkan wanita
• Orang yang mengaku diri sebagai titisan
Nabi Muhammad dan anak Tuhan adalah
seorang skizofrenik
Benar atau Salah ? (2)
• Gangguan skizofrenia tidak bisa
disembuhkan
• Sebaiknya pasien skizofrenia dirawat di
rumah oleh keluarga, daripada di rumah
sakit
• Kebanyakan penderita skizofrenia tidak
berbahaya bagi orang lain
Pembahasan dalam kuliah ini:
• Skizofrenia
– Sejarah
– Tanda-tanda
– Perjalanan penyakit
– Etiologi
– Pengobatan
• Gangguan psikotik lainnya
• Skizofrenia vs gangguan identitas disosiatif
Sekilas tentang skizofrenia
• Dalam bahasa Inggris: Schizophrenia
– Asalnya dari bahasa Yunani: ”schizein”
(terpisah/pecah) dan ”phrenia” (jiwa)
– Menunjukkan adanya ketidakselarasan antara kognisi
(pikiran), emosi (perasaan) dan perilaku
– Oleh karenanya sering disalahartikan sebagai
kepribadian ganda
• Merupakan gangguan jiwa berat, dengan ciri
utama kegagalan dalam reality testing
Sejarah perkembangan istilah
skizofrenia
• Emil Kraepelin: dementia preacox
• Morel : demence precoce
• Eugene Bleuler: schizophrenia (menunjukkan
terpisahnya pikiran, emosi dan perilaku) dengan ciri
4A:
• Asosiasi
• Afek
• Autisme
• Ambivalensi
Ditambah dengan halusinasi dan delusi
Epidemiologi
• Kondisi di Amerika:
– Prevalensi seumur hidup ~ 1%
– Sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan, meskipun secara umum seimbang
– Muncul pertama kali biasanya pada remaja akhir atau awal
masa dewasa
• Banyak laki-laki yang didiagnosis pada usia sedikit lebih
muda
– Lebih banyak didiagnosis pada African-American 
mungkin merefleksikan bias diagnosis
• Bagaimana situasi di Indonesia?
Perkembangan gangguan
• Seringkali diawali dengan fase prodromal; yaitu
periode dimana mulai terjadinya penurunan
fungsi dalam kehidupan. Ditandai dengan:
• Hilangnya minat terhadap aktivitas sosial
• Meningkatnya kesulitan dalam memenuhi tanggung
jawab/tuntutan hidup sehari-hari
• Kemunculan biasanya secara gradual, jarang
disadari oleh orang lain hingga masuk fase akut
Kriteria diagnosis
Untuk dapat menegakkan diagnosis skizofrenia, kriteria A-F
harus terpenuhi:
• Kriteria A: karakteristik simtom (dua atau lebih, menonjol
dalam kurun waktu 1 bulan):
– Delusi
– Halusinasi
– Disorganized speech
– Grossly disorganized or catatonic behavior
– Negative symptoms: affective flattening, alogia, avolition
Cat: hanya 1 kriteria yang diperlukan bila delusi dan
halusinasi bizzare
Kriteria diagnosis (2)
• Kriteria B: ada disfungsi sosial atau pekerjaan
• Kriteria C: durasi terus-menerus selama 6 bln
• Kriteria D: bukan termasuk gangguan skizoafektif
atau gangguan mood
• Kriteria E: bukan karena penyalahgunaan obat
atau kondisi medis tertentu
• Kriteria F: tidak berhubungan dengan gangguan
perkembangan pervasif
Gangguan perkembangan pervasif
• Pervasive developmental disorder:
” severe childhood problems marked by profound disturbances in
social relations and oddities in behavior ”
Examples: autistic disorder, asperger’s disorder, rett’s disorder,
childhood disintegrative disorder
• Mungkin ada anak yang dianggap mengalami gangguan
autistik, namun sesungguhnya mengalami skizofrenia
usia dini. Cara membedakannya: pada gangguan
skizofrenia delusi/halusinasi sangat menonjol
Deskripsi klinis
• Tidak memiliki simtom esensial: manifestasi
gangguan dapat berbeda dari orang ke orang
• Tidak memiliki gejala yang “patognomonik”
(gejala khas yang membedakan dengan
gangguan lain).
Misalnya : halusinasi, salah satu simtom utama
skizofrenia, mungkin saja dialami seseorang
yang mengalami demam tinggi atau pasien
demensia.
Deskripsi Klinis (2)
Simtom positif
Tanda-tanda yang berkelebihan, yang biasanya tidak ada
pada kebanyakan orang:
Delusi (Waham) Halusinasi
• Pengertian: keyakinan salah yang • Pengertian: pengalaman sensoris
dipegang teguh, tidak sesuai dengan yang dialami tanpa adanya stimulasi
kenyataan, dan tidak dapat diubah sensoris; bedakan dengan ilusi
(resisten) meskipun diberikan bukti-bukti • Bentuk yang umum: halusinasi
yang menunjukkan kebalikannya visual, halusinasi auditorik: mendengar
• Bentuk yang umum: persecutory suara, percakapan-saling bersahutan,
(misal: dikejar-kejar intel/Densus 88), suara yang mengomentari perilaku
thought insertion, thought broadcasting, • Ditemukan peningkatan aktivitas di
waham kebesaran (grandiose), ideas of daerah Broca di otak, ketika halusinasi
reference terjadi
Simtom negatif
Simtom yang defisit; perilaku yang seharusnya dimiliki
orang normal, tapi tak dimiliki pasien:
– avolition/apathy (hilang minat/tidak mampu melaksanakan
aktivitas rutin)
– alogia (miskin kuantitas dan/atau isi pembicaraan)
– anhedonia (tidak mampu menikmati kesenangan)
– abulia (kehilangan kehendak)
– asosialitas (gangguan/buruk dalam hubungan sosial)
– afek datar
Semakin banyak simtom negatif yang muncul,
merepresentasikan prognosis yang semakin buruk terkait
kualitas hidup setelah perawatan rumah sakit
Simtom disorganisasi
• Disorganisasi bicara (gangguan pemikiran
formal) :
– Inkoherensi
• Ketidakmampuan untuk mengorganisir ide-ide
– Asosiasi longgar (derailment)
• Rambles, Kesulitan untuk mempertahankan suatu topik
pembicaraan
• Disorganisasi perilaku
– Perilaku yang “aneh”
• Agitasi, “silliness”, memakai pakaian yang tidak umum
– Misalnya memakai pakaian berlapis-lapis dan tebal pada cuaca panas
Simtom lainnya
• Katatonia
– Abnormalitas motorik
– Gerakan-gerakan yang repetitif dan kompleks
• Biasanya pada tangan dan jari-jari tangan
– Kegembiraan berlebih, sambil “mengepak-kepakkan”
tangan secara berlebihan
• Imobilitas katatonik
– Mempertahankan postur tubuh yang tidak biasa dalam
jangka waktu yang cukup panjang
• Misalnya berdiri di atas satu kaki
• Waxy flexibility
– Lengan dapat dimanipulasi dan “dibentuk” oleh orang lain
Simtom lainnya (2)
• Afek yang tidak sesuai
– Respons emosional tidak sesuai dengan situasi
• Misalnya tertawa keras dan terbahak-bahak ketika
menceritakan tentang kematian keluarga
Subtipe menurut DSM IV
• Paranoid
– Ada preokupasi dengan satu atau lebih waham, atau
halusinasi auditorik yang sering
– Tidak menonjol: disorganisasi bicara, perilaku, afek datar
atau tidak sesuai
– Tidak tergolong tipe katatonik

• Disorganized ( dulu hebefrenik)


– Muncul semua simtom disorganized: pembicaraan,
perilaku, afek datar, afek tak sesuai
– Tidak tergolong tipe katatonik
Subtipe menurut DSM IV (2)
• Katatonik; menonjol pada:
– Imobilitas motorik: katalepsi ( juga waxy flexibility), stupor
– Aktivitas motor berlebih tanpa stimulus eksternal
– Negativisme ekstrim (resistensi) atau mutism
– Keanehan gerakan volunter, gerakan stereotip
– Echolalia (latah) atau echopraxia (gerakan)

• TAK TERGOLONGKAN
– Muncul simtom kriteria A, tapi tak dapat dimasukkan dalam
tipe paranoid, disorganized atau katatonik
Subtipe menurut DSM IV (3)
• RESIDUAL
– Hilangnya delusi atau halusinasi yg menonjol, disorganized
speech, behavior
– Ada bukti gangguan terus berlanjut karena ada simtom
negatif, 2 atau lebih simtom kriteria A yang muncul dalam
bentuk yang lebih lemah (seperti keyakinan aneh,
pengalaman persepsi yang luar biasa)
Evaluasi terhadap subtipe
• Pada kenyataannya, tidak mudah untuk
menegakkan diagnosis subtipe skizofrenia:
• Reliabilitasnya rendah
• Validitas prediktifnya rendah
• Adanya overlap simtom pada subtipe yang berbeda
Gangguan psikotik lainnya
• Gangguan skizofreniform:
• Simtom skizofrenia berlangsung lebih dari 1 bulan
namun kurang dari 6 bulan
• Gangguan psikotik singkat (brief psychotic
disorder):
• Simtom skizofrenia berlangsung antara 1 hari dan 1
bulan
• Kebanyakan dipicu oleh stres yang ekstrem
• Gangguan skizoafektif:
• Munculnya simtom-simtom gangguan mood maupun
skizofrenia sekaligus
Gangguan psikotik lainnya (2)
• Gangguan delusional
• Delusi mungkin mencakup kecemburuan,
erotomania, dan delusi somatik
• Tidak ada simtom lain dari skizofrenia yang muncul
Penggolongan lain dari
Schizophrenia (Non DSM-IV):
• Buffee Delirante:
– Konsep Perancis, durasi simtom kurang dari 3 bulan
• Latent Schizophrenia:
– Gangg. kepribadian skizoid atau skizo-tipal pada
DSM-IV: Ada perilaku aneh dan gangguan proses
pikir, tetapi tidak konsisten.
– Dahulu: borderline schizophrenia
• Oneiroid:
– Keadaan seperti mimpi, pasien sangat tenang, tidak
punya orientasi waktu dan tempat. Sangat terikat
halusinasi
• Paraphrenia:
– Sinonim dengan paranoid schizophrenia:
• Ada kemunduran progresif dan waham sangat sistematis
• Pseudoneurotic:
– Ada free-floating anxiety
– Jarang jadi psikotik parah
– Sering didiagnosis sebagai gangguan kepribadian
ambang
• Simple Schizophrenia:
– Simtom utama menarik diri dari hubungan
interpersonal dan lingkungan kerja.
– Hilangnya ambisi dan dorongan secara bertahap
– Tidak ada halusinasi atau waham yang menetap
Etiologi:
• Faktor genetik
• Faktor neurotransmitter
• Faktor struktur dan fungsi otak
• Faktor stres psikologis
• Faktor keluarga
Hasil penelitian
Faktor genetik
• Tidak disebabkan oleh gen tunggal
• Ilmu genetika tidak sepenuhnya dapat
menjelaskan kemunculan gangguan ; bagaimana
pola penurunan masih belum diketahui
• Model diatesis stres:
– Ada faktor genetik yang menjadi predisposisi
– Stres memicu kemunculan gejala
Teori Neurotransmitter
• Teori dopamin:
• Gangguan terjadi karena tingkat dopamin
berlebihan
• Tidak hanya itu, namun bisa juga karena reseptor
dopamin berlebihan atau sangat sensitif
• Terutama terpusat pada jalur mesolimbik
• Abnormalitas dopamin utamanya terkait dengan
simtom positif
• Selain dopamin, ada neurotransmitter lain yang
berperan: serotonin, GABA, Glutamate
Teori struktur dan fungsi otak
• Hilangnya sel-sel otak
• Berkurangnya aktivitas di korteks prefrontal
• Faktor congenital:
– Kerusakan pada saat pembentukan otak janin atau
kelahiran
– Serangan virus pada otak janin
• Faktor perkembangan otak
Faktor stres psikologis
• Reaksi terhadap stres:
– Lebih reaktif terhadap stres: mood yang positif sangat
menurun dan mood negatif meningkat
• Status sosial ekonomi:
• Jumlah rata-rata penderita skizofrenia lebih tinggi pada
masyarakat miskin kota
» Hipotesis sosiogenik: stres karena kemiskinan
menyebabkan gangguan
» Teori seleksi sosial: penurunan pada status sosial
ekonomi; hubungan terbalik antara status sosial dengan
skizofrenia
• Banyak riset yang mendukung teori seleksi sosial
Faktor keluarga
• Ibu yang skizofrenogenik:dingin, mendominasi, menimbulkan
konflik  tidak ada bukti yang mendukung teori ini
• Communication deviance (CD) : hostilitas dan komunikasi
yang buruk
• Lingkungan keluarga juga berdampak pada seringnya
penderita ”keluar masuk ” rumah sakit  kekambuhan
– Ekspresi emosi keluarga:
• Hostilitas, komentar yang bernada kritik, keterlibatan emosi yang
terlalu dalam
– Hubungan dua arah:
• Pikiran ”aneh/tidak biasa” dari pasien  meningkatkan komentar
yang penuh dengan kritik
• Meningkatnya kritik  menimbulkan pikiran ”aneh/tidak biasa”
Faktor keluarga …..

• Ada disfungsi keluarga, dan perilaku keluarga


yang patologis.
A. Double-bind communication:
Ada pesan bertolak belakang dari ortu sehubungan
dengan perilaku, sikap maupun perasaan (an
interpersonal situation in which an individual is
confronted over long periods of time by mutually
inconsistent messages to which he or she must
respond)
Faktor keluarga …..

B. Schismatic:
bentuk keluarga patologis: konstan ada konflik di
antara anggota keluarga, tapi sekaligus ada
aliansi spesifik yang patologis (mis. Ibu-anak
perempuan, bapak-anak laki), sedangkan antara
ibu-bapak: absen
C. Skewed:
bentuk keluarga patologis: keterlibatan berlebihan
dengan salah satu anggota, perebutan
kekuasaan dan dominasi antara orangtua.
Faktor keluarga …..
D. Pseudomutual & pseudohostile:
keluarga yang pola komunikasinya penuh kepura-
puraan, terdapat supresi emosi
E. Ekspresi emosi yang patologis:
Ortu terlalu banyak kritik, kejam, ingin ikut campur
urusan anak. Keluarga dengan ekspresi emosi
tinggi  relapse tinggi pada pasien
schizophrenia.
Kesulitan hidup bersama penderita
skizofrenia
• Halusinasi, delusi, dan paranoia yang dialami pasien sulit
dipahami/diterima orang lain
• Adanya defisit dalam keterampilan sosial pasien:
menyendiri, kontak sosial yang sangat terbatas (sebagai
bagian dari penyakitnya)
• Penyakit tidak bisa sembuh total, melainkan ”sembuh
terkontrol”: mungkin kambuh pada situasi tertentu (misal:
stres tinggi). Oleh karenanya harus dipastikan pasien
patuh terhadap pengobatan
Terapi Medis
• Terapi medis:
• Obat-obatan antipsikotik untuk menghilangkan
simtom
• Dosis pemeliharaan (maintenance dosage) untuk
mencegah kekambuhan
Terapi psikologis
Intervensi psikososial sebagai pendamping
pengobatan medis:
• Pelatihan keterampilan sosial:
• Membantu penderita mengatasi masalah
interpersonal melalui bermain peran dan latihan-
latihan
• Bisa dalam kelompok maupun secara individual
Terapi psikologis (2)
• Terapi keluarga untuk mengurangi ekspresi emosi:
• Mengajarkan pada keluarga mengenai skizofrenia
• Menekankan pentingnya pengobatan medis
• Membantu keluarga agar tidak menyalahkan pasien
• Meningkatkan komunikasi dan pemecahan masalah
dalam keluarga
• Mendorong pengembangan dukungan sosial: support
group
• Menumbuhkan harapan
Terapi psikologis (3)
• Cognitive behavioral therapy
• Mengenali dan men-challenge keyakinan yang
sifatnya delusional
• Mengenali dan men-challenge harapan terkait
dengan simtom negatif
» Misal: ”saya toh tidak bisa sembuh, jadi buat apa
berobat?”
• Cognitive enhancement therapy (CET)
• Meningkatkan perhatian, ingatan, pemecahan
masalah dan simtom-simtom lain yang dasarnya
kognitif
Benar atau Salah?
• Gangguan skizofrenia disebut juga
gangguan kepribadian ganda
• Skizofrenia adalah penyakit keturunan
• Pria lebih banyak yang mengalami
skizofrenia dibandingkan wanita
• Orang yang mengaku diri sebagai titisan
Nabi Muhammad dan anak Tuhan adalah
seorang skizofrenik
Benar atau Salah ? (2)
• Gangguan skizofrenia tidak bisa
disembuhkan
• Sebaiknya pasien skizofrenia dirawat di
rumah oleh keluarga, daripada di rumah
sakit
• Kebanyakan penderita skizofrenia tidak
berbahaya bagi orang lain
Benar Atau Salah (1)
• Salah. Dalam skizofrenia memang dikenal istilah
perpecahan, namun bukan perpecahan
kepribadian, melainkan antara pikiran, emosi dan
perilaku.
Gangguan kepribadian ganda adalah nama lain
dari gangguan identitas disosiatif (Dissociative
Identity Disorder/DID)
Benar Atau Salah (2)
• Benar. Penelitian menunjukkan adanya
pewarisan genetik pada kemunculan gangguan
skizofrenia. Meskipun demikian, hingga kini
belum dapat dipastikan pola penurunannya.
Walaupun seseorang yang kedua orang tuanya
skizofrenia memiliki kerentanan yang lebih besar
daripada orang lain, belum tentu ia mengidap
skizofrenia pula.
Benar Atau Salah (3)
• Salah. Meskipun kecenderungan untuk
mengidap skizofrenia pada pria sedikit lebih
tinggi dibandingkan wanita, namun secara umum
jumlah penderita pria dan wanita diperkirakan
seimbang.
Benar Atau Salah (4)
• Salah. Merasa diri nabi dan Tuhan adalah salah
satu contoh delusi. Namun tidak berarti orang
tersebut mengalami skizofrenia. Untuk dapat
menegakkan diagnostik, kriteria A-F dari DSM IV
harus terpenuhi.
Benar Atau Salah (5)
• Salah. Meskipun sangat sedikit jumlahnya, ada
orang-orang yang berhasil sembuh dari
skizofrenia. Sementara bagi sebagian besar
lainnya, ”sembuh” berarti penyakit dapat
dikontrol. Mungkin terjadi kekambuhan di
kemudian hari, terutama bila pasien menghadapi
stresor yang berat.
Benar Atau Salah (6)
• Benar. Penelitian menunjukkan bahwa
pengobatan hanya membantu sekitar 10% dari
kesembuhan. Lainnya tergantung pada terapi
pendukung serta dukungan keluarga. Oleh
sebab itu, lebih baik penderita dirawat oleh
keluarga yang bisa memberikan dukungan.
Perawatan rumah sakit disarankan hanya pada
keadaan dimana penderita cenderung menyakiti
diri sendiri atau orang lain.
Benar Atau Salah (7)
• Benar. Sedikit sekali pasien skizofrenia yang
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi,
biasanya pada fase akut, terutama apabila
mereka mendapat halusinasi perintah
(mendengar suara-suara yang memerintahkan
mereka melakukan suatu tindakan).
Pengantar &
1 Metode Penelitian
1. Gangguan psikologis & perilaku abnormal
2. Perspektif historis tentang perilaku abnormal
3. Perspektif kontemporer tentang perilaku abnormal
4. Metode penelitian dalam psikologi abnormal
Gangguan Psikologis & Psikologi
Abnormal
• Gangguan psikologis (psychological disorder):
– Pola perilaku abnormal, yang berhubungan dengan distres
personal
– Terganggunya fungsi dasar atau perilaku seseorang

• Psikologi abnormal (abnormal psychology) adalah


salah satu cabang ilmu psikologi yang:
– Mempelajari perilaku abnormal
– Cara menolong orang-orang yang memiliki gangguan
psikologis

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 3


Gangguan Psikologis, Gangguan Mental

• Meski sering digunakan secara bergantian:


– Istilah gangguan mental (juga disebut penyakit kejiwaan)
didapat dari perspektif model medis, yang menganggap
perilaku abnormal sebagai simtom penyakit yang
tersembunyi.
– Istilah gangguan psikologis bersudut pandang lebih luas
mengenai perilaku abnormal, dengan turut menimbang
perspektif psikologis dan sosiokultural.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 4


Perilaku Abnormal

• Menurut psikolog, perilaku abnormal adalah


kombinasi kriteria, pada saat suatu perilaku:
1. Tidak umum atau secara statistik jarang ditemukan
2. Tak dapat diterima secara, atau melanggar norma, sosial
3. Penuh kesalahan persepsi dan interpretasi tentang realitas
4. Dapat dihubungkan dengan distres personal yang parah
5. Maladaptif atau self-defeating
6. Berbahaya

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 5


Perilaku Abnormal: Contoh-contoh Kasus

• Kasus klaustrofobia melibatkan rasa takut yang


teramat-sangat terhadap ruangan yang tertutup rapat.
Perilakunya dianggap abnormal berdasarkan kriteria:
– Ketidakumuman
– Distres personal
– Terganggunya kemampuan bertanggung jawab dalam
pekerjaan maupun keluarga

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 6


Perilaku Abnormal: Contoh-contoh Kasus

• Kasus meringkuk di balik selimut didiagnosis sebagai


gangguan bipolar, yang bercirikan:
– Adanya distres personal, dan kesulitan untuk
berfungsi secara efektif
– Adanya perilaku self-defeating, perilaku berbahaya
(melukai diri sendiri), dan persepsi/interpretasi yang salah
tentang realitas

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 7


Perilaku Abnormal: Contoh-contoh Kasus

• Penderita skizofrenia dan depresi:


– Perilaku tidak umum (aneh atau menyimpang),
gangguan persepsi dan interpretasi mengenai realitas
(delusi dan halusinasi), perilaku maladaptif
(sulit bertanggung jawab sehari-hari), dan distres personal
– Mungkin juga melibatkan perilaku berbahaya, seperti
ingin bunuh diri

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 8


Perilaku Abnormal: Basis Budaya

• Konsep sehat/sakit itu berbeda di berbagai budaya.


– Masalah psikologis, seperti depresi, mungkin akan
dirasakan secara berbeda oleh orang dari kebudayaan lain.

• Perilaku yang dianggap normal di satu kebudayaan,


mungkin dianggap abnormal di kebudayaan lain.
– Pola perilaku abnormal memiliki bentuk yang berbeda
– Pandangan masyarakat, atau model, yang menjelaskan
perilaku abnormal itu pun berbeda.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 9


Perilaku Abnormal: Perspektif Historis

• Model Demonologis

Masyarakat purba mengaitkan perilaku abnormal


dengan kekuatan supernatural, atau yang bersifat
ketuhanan.
Prosedur trephination: Melubangi tengkorak untuk
mengeluarkan roh jahat yang bersarang di dalam tubuh.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 10


• Asal muasal Model Medis: Ill Humor

Hippocrates (sekitar 460-377 SM), salah seorang dokter


terkemuka Zaman Keemasan Yunani, menentang
pengaruh kekuatan supernatural dan menyatakan
alamiahnya penyakit tubuh dan pikiran.
 Ia meyakini ketergantungan pada keseimbangan kadar cairan
tubuh (humor), atau cairan vital, di dalam tubuh:
1. Lendir (phlegm)—tidak bertenaga, lambat (plegmatis)
2. Cairan empedu hitam (black bile)—depresi (melankolia)
3. Darah (blood)—sanguinis (ceria, percaya diri, optimistis)
4. Cairan empedu kuning (yellow bile)—murung, koleris (pemarah)
• Abad Pertengahan

476 M-1450 M
Perilaku abnormal dianggap sebagai tanda kerasukan
iblis, dan pengusiran dilakukan terhadap roh yang
merasuki itu.
Sudah ada Pengaruh Gereja
Metodenya: pembacaan doa, ritual, melambaikan salib
di depan wajah korban, pemukulan, pencambukan,
membuat korban kelaparan.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 12


• Ilmu Sihir

Akhir abad ke-15 hingga akhir abad ke-17


Banyak wanita dituduh melakukan ilmu sihir.
Gereja percaya bahwa penyihir membuat
perjanjian dengan iblis, melakukan ritual setan,
makan bayi, dan meracuni hasil panen.
Instrumen diagnosis: tes terapung
Tertuduh yang terbenam dan tenggelam
dianggap tidak bersalah, dan sebaliknya.
“damned if you do and damned if you don’t”
• Rumah sakit jiwa, atau “rumah gila”

Didirikan di seluruh Eropa pada sekitar akhir abad ke-


15 dan awal abad ke-16.
– Kondisi RSJ yaang menyedihkan: pasien dirantai di kasur,
tidur di atas kotorannya sendiri, berkeliaran tanpa diawasi.
– Bbrp RSJ menjadi tontonan publik  St. Mary’s of
Betlehem  mrp asal kata ‘bedlam’ )orang2 beli tiket
untuk menonton para pasien RSJ).

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 14


• Gerakan Pembaruan dan Terapi moral

Prancis pada abad ke-19, kondisi rumah sakit jiwa


membaik.
Pelopor terapi moral Pussin dan Pinel, percaya
bahwa pasien kejiwaan dapat kembali berfungsi
apabila diperlakukan dengan bermartabat dan penuh
pemahaman.
Reformasi serupa di Inggris oleh William Tuke
Reformasi serupa di AS oelh Dorothea Dix
• Langkah Mundur

Menurunnya kepopuleran terapi moral di akhir abad ke-


19, berujung adanya kepercayaan bahwa “orang gila”
tidak benar-benar dapat disembuhkan.
Selama periode apatis ini, kondisi rumah sakit jiwa
kembali memburuk, tak ubahnya tempat
penampungan.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 16


• Gerakan kesehatan Mental Berbasis
Komunitas
Baru pada pertengahan abad ke-20, muncul perhatian
publik terkait buruknya keadaan pasien kejiwaan,
memicu reformasi sistem kesehatan mental.
– Reformasi ini menuju gerakan deinstitusionalisasi—
kebijakan memindahkan beban penanganan pasien
kejiwaan ke pusat kesehatan mental berbasis komunitas
(community mental health center, CMHC)—sebagai salah
satu alternatif perawatan jangka panjang.
– Deinstitusionalisasi telah sangat mengurangi populasi
rumah sakit jiwa pemerintah.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 17


• Faktor lain eksodus pasien rumah sakit jiwa adalah
obat kelas baru, fenotiazin—diperkenalkan pada
tahun 1950-an, membantu mengatasi pola perilaku
paling berat sekalipun (yang diasosiasikan dengan
skizofrenia).
– Mengurangi perlunya pasien dirawat, sampai waktu yang
tidak dapat ditentukan, di rumah sakit
– Membantu pengidap skizofrenia untuk hidup lebih bebas di
rumah singgah, penampungan, dan mandiri.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 18


• Rumah sakit jiwa kini menyediakan lingkungan
perawatan terstruktur bagi orang-orang yang:
– Mengalami krisis akut
– Sulit beradaptasi dengan kehidupan di tengah komunitas

Tapi, tetap belum dapat memenuhi janji perawatan


berkualitas kepada pasien yang telah boleh pulang,
untuk dapat hidup layak di tengah masyarakat.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 19


Perspektif Historis: Rumah Sakit Jiwa

• Salah satu contoh


tantangan yang masih
harus dihadapi adalah
banyaknya tunawisma
dengan gangguan
psikologis berat, tapi
masih belum
mendapatkan perawatan
di komunitasnya.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 20


Perilaku Abnormal: Perspektif
Kontemporer
• Dokter Jerman abad ke-19, Wilhelm Griesinger,
berpendapat bahwa perilaku abnormal disebabkan
penyakit otak.
Ia dan dokter Jerman lain pengikutnya, Emil
Kraepelin, berperan besar dalam pengembangan
model medis modern (menyamakan pola perilaku
abnormal dengan penyakit fisik).

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 21


Perspektif Kontemporer: Model Medis

• Model medis (medical model) menggambarkan pola


perilaku abnormal seperti penyakit fisik, dengan
istilah sekumpulan simtom yang disebut dengan
sindrom.
– Sindrom memiliki berbagai penyebab, dan diduga bersifat
biologis.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 22


Model Medis: Dementia Praecox

• Kraepelin (1856-1926) mengkategorikan dua


gangguan atau penyakit mental utama:
– Dementia praecox—dari kata “precocious/premature
insanity”, atau kegilaan yang muncul sebelum waktunya—
atau kini dikenal dengan skizofrenia
– Kegilaan manik-depresif, atau kini dikenal dengan
gangguan bipolar

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 23


Model Medis: Paresis Umum

• Dukungan baru didapat sekitar akhir abad ke-19, saat


sifilis tingkat lanjut (yang langsung menyerang otak)
menyebabkan paresis umum (general paresis, dari
bahasa Yunani parienai, “bersantai”).
– Paresis umum dikaitkan dengan simtom fisik (makin
menurunnya fungsi ingatan dan penilaian) dan hambatan
psikologis (perubahan kepribadian dan mood) individu.
– Saat antibiotik menyembuhkan sifilis, gangguannya pun
menjadi sangat jarang ditemui.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 24


Perilaku Abnormal: Perspektif
Kontemporer
• Model psikologis berfokus pada akar psikologis dari
perilaku abnormal, dan berasal dari perspektif:
1. Psikoanalisis
2. Perilaku
3. Humanistik
4. Kognitif

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 25


Perspektif Kontemporer: Model Psikologis

• Charcot, neurolog terkemuka Paris, bereksperimen


dengan hipnosis untuk menangani histeria—kondisi
berciri paralisis/kelumpuhan yang tidak dapat
dijelaskan oleh berbagai dasar penyebab fisik.
– Anggapan saat itu, histeria pasti masalah pada sistem saraf.
– Tapi, Charcot dan rekannya menunjukkan bahwa simtom-
simtom histeria dapat dihilangkan, atau sebaliknya
diinduksikan ke pasien normal, melalui hipnosis.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 26


Model Psikologis: Psikodinamika

• Freud, dokter Austria yang menyaksikan demonstrasi


Charcot, berpendapat bahwa bila hipnosis (salah satu
bentuk “sugesti pikiran”) dapat memunculkan atau
menghilangkan gejala histeria maka asalnya masalah
psikologis, bukan biologis.
– Freud menyimpulkan, faktor psikologis apapun
penyebabnya pasti berasal dari luar alam sadar.
– Sudut pandang ini mendasari perspektif psikologis pertama
terkait perilaku abnormal—model psikodinamika.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 27


Model Psikologis: Katarsis

• Pemikiran Freud juga dipengaruhi oleh Breuer, dokter


Wina, yang juga menggunakan hipnosis.
– Simtom-simtom histeria dianggap merepresentasikan
emosi-emosi tertahan (terlupakan tetapi tetap ada) yang
bertransformasi menjadi masalah fisik.
– Simtom-simtom tersebut menghilang begitu emosinya
dibawa ke alam sadar dan “dilepaskan”—efek terapeutik
yang disebut katarsis (bahasa Yunani kathairein,
“membersihkan atau menyucikan”).

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 28


Perilaku Abnormal: Perspektif
Kontemporer
• Model sosiokultural menekankan perspektif lebih
luas, turut mempertimbangkan konteks sosial di mana
perilaku abnormal terjadi.
• Kini, banyak teoretikus mengacu pada model
biopsikososial, bahwa perkembangan pola perilaku
abnormal disebabkan oleh interaksi dari beberapa
sebab (faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural).

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 29


Psikologi Abnormal: Metode Penelitian

• Pendekatan ilmiah
berfokus kepada empat
tujuan utama:
1. Deskripsi
2. Penjelasan
3. Prediksi
4. Kontrol

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 30


Metode Penelitian: Tahapan Ilmiah

• Terdapat empat tahapan dalam metode ilmiah:


1. Merumuskan pertanyaan penelitian
2. Membingkai pertanyaan tersebut dalam bentuk hipotesis
3. Menguji hipotesis
4. Mengambil kesimpulan mengenai kebenaran hipotesis

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 31


Penelitian Psikologi: Prinsip-prinsip Etika

• Psikolog mengikuti prinsip-prinsip etika profesi


yang memandu jalannya penelitian mereka:
– Persetujuan tindakan
– Menjaga kerahasiaan rekam jejak partisipan, dan tidak
memberikan identitas mereka kepada orang lain

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 32


Penelitian Psikologi: Tipe-tipe Metode

• Dalam pengamatan naturalistik, perilaku diamati


secara teliti pada kondisi alami kemunculannya.
• Dalam metode eksperimental, peneliti
memanipulasi atau mengendalikan variabel bebas
dalam kondisi terkontrol, untuk mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 33


Tipe-tipe Metode: Pengamatan Naturalistik

• Metode penelitian korelasional meneliti hubungan


antarvariabel yang dapat membantu prediksi perilaku
serupa di masa datang, dan memberikan beberapa
kemungkinan penyebab terjadinya perilaku tertentu.
– Tapi, penelitian korelasional tidak dapat menunjukkan
hubungan sebab-akibat secara langsung.

• Penelitian longitudinal mempelajari subjek secara


berulang dalam interval periodik berjangka waktu
panjang, bahkan terkadang hingga beberapa dekade.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 34


Tipe-tipe Metode: Metode Eksperimental

• Eksperimen dilakukan menggunakan metode


pembagian acak, untuk menentukan subjek yang
menerima penanganan eksperimental
(subjek eksperimen) dan yang tidak (subjek kontrol).
• Desain penelitian single-blind atau double-blind
dapat digunakan, untuk mengendalikan kemungkinan
munculnya harapan pada subjek maupun peneliti.
• Evaluasi eksperimen berdasar pada validitas internal,
eksternal, dan gagasan.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 35


Penelitian Psikologi: Tipe-tipe Metode

• Studi epidemiologi mempelajari tingkat kemunculan


suatu perilaku abnormal pada kelompok populasi atau
kondisi tertentu.
– Dapat menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat
– Kurang memiliki kekuatan eksperimental, untuk
mengisolasi faktor-faktor penyebabnya

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 36


Penelitian Psikologi: Tipe-tipe Metode

• Studi kekerabatan, contohnya penelitian anak


kembar dan adopsi, berusaha membedakan pengaruh
lingkungan dan hereditas terhadap tingkah laku.
– Faktor lingkungan dapat memengaruhi penelitian anak
kembar
– Anak adopsi kemungkinan tidak serupa dengan populasi
umum

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 37


Penelitian Psikologi: Tipe-tipe Metode

• Studi kasus menyediakan materi yang sangat kaya,


tapi terbatas dalam:
– Mendapatkan riwayat klien yang akurat dan tidak bias
(misalnya bias terapis)
– Tidak adanya kelompok kontrol

Desain eksperimen kasus tunggal dapat membantu


peneliti mengatasi masalah keterbatasan tersebut.

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 38


Penelitian Psikologi: Berpikir Kritis

• Fitur berpikir kritis meliputi:


1. Selalu bersikap skeptis
2. Menimbang definisi sebenarnya dari tiap istilah
3. Menimbang asumsi/premis yang mendasari argumen
4. Membedakan korelasi dan sebab-akibat
5. Meneliti semua bukti yang mendasari kesimpulan
6. Menghindari sikap terlalu menyederhanakan
7. Menghindari sikap terlalu menggeneralisasikan

BAB 1 Pengantar & Metode Penelitian 39

Anda mungkin juga menyukai