Anda di halaman 1dari 17

LEACHING

EKSTRAKSI PADAT - CAIR


Kelompok A4
Unggul Eka Pratidina 40040119650003
Rhida Amalia Dewi Firdausi 40040119650020
Alvina Shafa Safira 40040119650040
Alif Nur Fauzi Prasetyo 40040119650094
Salsabila 40040119650096
Leaching (Ekstraksi Padat – Cair)
Pengertian Leaching Metode Operasi Leaching
Leaching adalah proses pemisahan zat Operasi dengan sistem bertahap
yang dapat melarut (solute) dari suatu tunggal, operasi dengan sistem
campurannya dengan padatan yang tidak bertahap banyak, operasi secara
dapat larut (inert) dengan menggunakan continue, dan operasi secara batch
pelarut cair. dengan sistem bertahap banyak.

Jenis – Jenis Leaching


Dispersed solid, Leaching washing,
Leaching in place, Heap leaching,
Percolation, Agitation leaching, dan Aplikasi Leaching di Industri
Pressure leaching • Di industri gula, proses leaching
dilakukan untuk memisahkan gula
dari tebu
Faktor yang Memengaruhi Leaching • Produksi minyak makanan/pelarut
Suhu operasi, ukuran partikel, densitas organik seperti aseton atau eter
pulp, penambahan senyawa lain, digunakan untuk mengekstrak
kecepatan pengadukan, komposisi minyak dari kacang-kacangan, umbi,
fase mineral logam yang terkandung dan biji-bijian.
dalam sampel, dan waktu. • Leaching emas, aluminium, dan
tembaga.
Ekstraksi
Macam – Macam Metode Ekstraksi
Pengertian Ekstraksi Ekstraksi Cara Dingin
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau Ekstraksi Cara Panas
beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut

Tahap Ekstraksi
• Penambahan sejumlah massa
pelarut untuk dikontakkan dengan
Jenis – Jenis Ekstraksi sampel (proses difusi)
Ekstraksi Cair – Cair • Zat terlarut akan terpisah dari
Ekstraksi Padat – Cair sampel dan larut oleh pelarut
membentuk fase ekstrak
• Pemisahan fase ekstrak dengan
sampel
Ekstrak, Rafinat, Diluent, Solvent, Solute
Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstrak zat aktif menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
hampir semua pelarut diuapkan sehingga terbentuk
serbuk.
Rafinat
Rafinat adalah fase cair yang tersisa dari umpan
setelah proses ekstraksi pada kedua fase.
You can simply impress your audience and add a unique zing and
appeal to your Reports and Presentations with our Templates.
Diluent Easy to change colors, photos and Text.
Diluent adalah zat yang ditambahkan ke suatu
senyawa untuk mengubah konsentrasinya. Diluent
tidak mengubah ikatan kimia zat, hanya membuat
konsentrasi menjadi lemah.

Solvent
Solvent adalah zat berbentuk cairan yang mampu
melarutkan zat cair, gas, atau benda padat dan
membentuk campuran homogen.

Solute
Solute adalah zat terlarut atau zat yang jumlahnya
lebih sedikit pada larutan.
Metodologi
Alat dan Bahan
Bahan No. Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. CaO 12 gr Larutan induk
2. Na2CO3 17 gr Larutan induk
3. Aquades 300 ml Pelarut
4. HCl 31 ml Titran
5. Indikator MO 20 tetes/1 ml Indikator titrasi

Alat No. Nama Alat Fungsi


1. Gelas Beker Wadah larutan
2. Gelas Ukur Mengukur volume larutan
3. Erlenmeyer Wadah ekstrak saat titrasi
4. Labu Takar Mengencerkan HCl
5. Corong Kaca Memasukkan larutan
6. Piknometer Mengukur densitas
Metodologi
Alat No. Nama Alat Fungsi
7. Botol Aquades Wadah aquades
8. Klem dan Statif Penyangga buret
9. Buret Tempat titran saat titrasi
10. Cawan Porselen Wadah rafinat saat dioven
11. Kaca Arloji Wadah reagen saat ditimbang
12. Magnetic Stirrer Mengaduk larutan
13. Kertas Saring Menyaring rafinat
14. Neraca Digital Menimbang bahan padat
15. Oven Mengeringkan bahan
16. Pengaduk Kaca Mengaduk larutan
17. Sendok Reagen Mengambil reagen
18. Pipet Volume Mengambil larutan dengan volume tertentu
19. Bola Hisap Menghisap larutan
20. Desikator Menghilangkan/mengurangi kelembaban
Metodologi
Alat No. Nama Alat Fungsi
21. Pipet Tetes Mengambil ekstrak
22. Penjepit Mengambil cawan porselen dari oven
23. Nampan Alas cawan porselen ketika dimasukkan kedalam
oven
24. Lap Membersihkan peralatan setelah digunakan
Metodologi
Cara Kerja
Membuat larutan HCl 1 N dalam 100 ml

Ambil HCl sebanyak 31 ml menggunakan pipet volume lalu masukkan kedalam labu takar

Tambahkan aquades hingga tanda batas lalu gojog hingga homogen

Membuat larutan induk

Timbang CaO sebanyak 12 gr dan Na2CO3 sebanyak 17 gr lalu masukkan kedalam gelas beker

Tambahkan aquades sebanyak 300 ml, aduk hingga homogen


Metodologi
Cara Kerja
Pembentukan dan Pengambilan Ekstrak NaOH

Larutan induk diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit dan dengan pemanasan

Setelah 10 menit, angkat dan diamkan sampai terjadi pemisahan antara larutan dan ekstrak

Ambil volume ekstrak dengan cara dekantasi dan ukur volume ekstrak yang didapat serta hitung
densitasnya

Ambil volume ekstrak sebanyak 10 ml, masukkan ke erlenmeyer, tambahkan indikator MO 20 tetes

Titrasi dengan HCl hingga mencapai TAT ditandai dengan perubahan warna titrat, catat volume
titran yang digunakan
Metodologi
Cara Kerja
Perhitungan Densitas

Menimbang piknometer kosong dan catat hasilnya. Masukkan ekstrak kedalam piknometer,
timbang, lalu catat hasilnya

Menghitung densitas ekstrak dengan rumus :

Perlakuan Rafinat ke-2 dan ke-3

Rafinat dari sisa perlakuan pertama ditambahkan aquades sebanyak ekstrak yang didapatkan

Aduk menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit dengan pemanasan

Setelah 10 menit angkat dan diamkan sampel hingga terjadi pemisahan. Ambil ekstrak dengan
cara dekantasi kemudian lakukan perhitungan densitas dan titrasi. Lakukan cara yang sama untuk
rafinat ke-3
Metodologi
Cara Kerja
Perhitungan Massa Rafinat

Menyaring rafinat dengan kertas saring. Pertama-tama timbang cawan kosong+kertas saring, yang
kedua cawan+kertas saring+rafinat basah dan catat massanya

Mengoven rafinat basah yang sudah tersaring hingga kering

Kemudian cawan+kertas saring+rafinat kering dimasukkan ke desikator lalu timbang massanya


Pembahasan
No. Ekstrak Titrasi HCl Warna Indikator MO
Solvent Massa Volume Densitas HCl (ml) Indikator Sebelum Sesudah
(ml) (gr) (ml) (gr/ml) MO
1. 300 64,58 50 1,29 1,7 20 Orange Merah Bata
2. - 49,61 48 1,033 0,4 20 Orange Merah Bata
3. - 38,86 47 0,82 0,3 20 Orange Merah Bata

Ekstrak NaOH didapatkan dari reaksi :


Na2CO3 (l) + CaO (s) + H2O (l)  2NaOH (l) + CaCO3 (s)
Dimana bubuk CaO dan Na2CO3 dilarutkan bersamaan menggunakan aquades sebanyak
300 ml. Lalu diaduk dengan magnetic stirrer dan dibantu oleh hot plate stirrer dengan
pengadukan 6 rpm selama 15 menit. Setelah itu diamkan larutan hingga terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas disebut ekstrak dan lapisan bawah disebut rafinat. Ekstrak kemudian
dipisahkan dari rafinat dengan cara dekantasi untuk dilakukan pengujian densitas, titrasi,
konsentrasi NaOH dalam ekstrak, dan berat NaOH dalam ekstrak.
Densitas Konsentrasi NaOH dalam Ekstrak

Uji densitas dilakukan dan didapatkan hasil densitas ekstrak


Pengujian konsentrasi NaOH dalam ekstrak
yaitu 1,29 gr/ml; 1,033 gr/ml; dan 0,82 gr/ml. Densitas
pertama yang paling tinggi karena berat NaOH yang terdapat
dilakukan dan didapatkan hasil konsentrasi
pada ekstrak pertama lebih banyak dibandingkan ekstrak ekstrak sebesar 0,17 N; 0,04 N; dan 0,03 N. Hal
kedua dan ketiga, hal tersebut sudah sesuai dengan teori tersebut sudah sesuai teori dimana pada proses
yang ada. Pada praktikum kami penentuan densitas NaOH leaching biasanya proses pertama yang
belum sesuai dengan densitas NaOH standar karena mendapatkan konsentrasi paling besar
densitas NaOH standar yaitu 2,13 gr/ml sedangkan pada dibandingkan proses kedua dan ketiga.
praktikum kami hanya 1,29 gr/ml.

Hubungan Antara Konsentrasi NaOH


Berat NaOH dalam Ekstrak dengan Lama Pengadukan
Pada perhitungan ini didapatkan hasil berat NaOH sebesar
0,34 gr; 0,0768 gr; dan 0,0564 gr. Pada Ekstrak pertama
Hubungan antara konsentrasi NaOH dengan lama
didapatkan berat NaOH yang paling tinggi, hal tersebut pengadukan berbanding lurus dimana semakin
sudah sesuai teori dimana pada proses pertama leaching lama pengadukan maka akan semakin meningkat
akan didapatkan berat senyawa yang diinginkan paling konsentrasinya. Namun pengadukan tidak boleh
besar, sedangkan pada proses selanjutnya akan didapatkan terlalu cepat karena ekstrak dapat rusak. Hal ini
berat yang lebih kecil daripada proses sebelumnya. Hal itu karena faktor yang memengaruhi leaching adalah
karena pada proses pertama terdapat banyak sekali
pengadukan dan suhu.
senyawa yang larut didalam solvent.
Hubungan antara konsentrasi NaOH berbanding lurus dengan kebutuhan HCl saat
proses titrasi. Ketika konsentrasi NaOH yang didapatkan semakin banyak maka
semakin banyak pula kebutuhan HCl yang digunakan, begitu pula sebaliknya. Dari
kebutuhan HCl yang digunakan tersebut maka kita dapat menghitung berapa besar
konsentrasi NaOH yang terdapat dalam ekstrak sehingga kita juga dapat
menghitung berat NaOH dalam ekstrak.
Jenis leaching yang digunakan pada praktikum kami yaitu operasi dengan sistem
bertahap banyak karena metodenya dimulai dengan pencampuran umpan padatan
dan pelarut, ketika terjadi pemisahan antara rafinat dan ekstrak maka ekstrak
diambil dan rafinat dikontakkan lagi dengan pelarut baru. Jenis titrasi yang
digunakan pada praktikum kami yaitu titrasi asam basa karena larutan yang
digunakan yaitu HCl (asam) dan NaOH dari ekstrak (basa). Pada praktikum kami
dilakukan pencucian sebnyak 3 kali yang bertujuan agar mendapatkan ekstrak yang
banyak dan rafinat tidak mengandung banyak ekstrak. Semakin banyak dilakukan
pencucian maka volume ekstrak dan konsentrasi NaOH yang didapatkan semakin
menurun. Hal tersebut terjadi pada praktikum kami dan dapat disimpulkan bahwa
praktikum kami sesuai dengan teori.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai