Anda di halaman 1dari 22

Evidence Based Practice (EBP):

Asuhan Keperawatan pada Korban KDRT:


Assertive Training Theraphy

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
Pendahuluan

Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah yang serius


sehingga perlu adanya upaya yang dilakukan secara sinergis
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Upaya penyelesaian masalah keluarga yang sifatnya sensitif tidak
cukup diselesaikan dengan jalur hukum saja, akan tetapi keluarga
membutuhkan suatu terapi untuk menyelesaikan masalah yang
sifatnya tidak mengancam. terapi yang dapat diberikan untuk
keluarga dengan tindak kekerasan dalam rumah tangga seperti
terapi keluarga, terapi kelompok, dan terapi pendidikan.
Terapi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan keamanan
fisik, terjadi peningkatan harga diri, mengurangi perasaan tidak
berdaya, menghilangkan perasaan putus asa, dan mencegah
terjadinya bunuh diri, serta isolasi sosial.
Stuart dan McDonald (2009), menyebutkan bahwa upaya
pencegahan yang dilakukan adalah bentuk intervensi
keperawatan yang memiliki peran penting dalam
mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Intervensi keperawatan terhadap keluarga dengan risiko
KDRT adalah dengan memberikan terapi individu dan
terapi keluarga untuk membangun koping yang adaptif.
Salah satu terapi yang bisa diberikan adalah assertive
training therapy, yang merupakan terapi untuk melatih
kemampuan komunikasi interpersonal dalam berbagai
situasi
Tinjauan Teori
KDRT

• KDRT adalah segala bentuk, baik kekerasan secara


fisik, secara psikis, kekerasan seksual, maupun
ekonomi yang pada intinya mengakibatkan
penderitaan, baik penderitaan yang secara kemudian
memberikan dampak korban menjadi sangat trauma
atau mengalami penderitaan secara psikis.
• Faktor penyebab KDRT meliputi faktor biologi,
psikologi, dan sosial budaya
• Adapun bentuk KDRT dapat secara fisik, psikologis,
seksual dan ekonomi.
Tanda pada Korban KDRT

Korban KDRT biasanya cenderung menutupi


penderitaan fisik dan psikologis yang dilakukan
pasangannya.
Korban biasanya tampak depresi, sangat takut,
cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Mereka umumnya tak ingin orang sekitarnya melihat
tanda-tanda kekerasan pada diri mereka, kontak
mata biasanya buruk dan korban menjadi pendiam.
Strategi Penceghan KDRT

Pendidik
Institusi pendidikan memiliki andil yang penting dalam
usaha pencegahan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Penegak Hukum dan Keamanan
Pemerintah bersama penegak hukum juga memiliki peran
yang lebih kuat
Media massa
Sebaiknya menampilkan berita kekerasan yang diimbangi
dengan artikel pencegahan dan penanggulangan dampak
kekerasan yang diterima korban jangka panjang atau pendek.
Lanjutan…

Pelayanan Kesehatan
1) Prevensi primer, yaitu promosi orang tua dan
keluarga sejahtera.
2) Prevensi sekunder, yaitu diagnosis dan tindakan
bagi keluarga yang stres.
3) Prevensi tertier, yaitu edukasi ulang dan
rehabilitasi keluarga.
Assertive Training Therapy

Assertive training atau latihan asertif adalah prosedur latihan


yang diberikan untuk membantu peningkatan kemampuan
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan
dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan
menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.
Tujuan assertive training adalah untuk melatih individu
mengungkapkan dirinya, mengemukakan apa yang dirasakan
dan menyesuaikan diri dalam berinteraksi tanpa adanya rasa
cemas karena setiap individu mempunyai hak untuk
mengungkapkan perasaan, pendapat, apa yang diyakini serta
sikapnya. Dengan demikian individu dapat menghindari
terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Tahapan Pelaksanaan Assertive Training Therapy

Identifikasi terhadap keadaan khusus yang menimbulkan persoalan pada


klien.
Memeriksa apa yang dilakukan atau dipikirkan klien pada situasi tersebut.
Pada tahap ini, akan diberikan juga materi tentang perbedaan perilaku
agresif, asertif, dan pasif.
Dipilih sesuatu situasi khusus di mana klien melakukan permainan peran
(role play) sesuai dengan apa yang ia perlihatkan.
Di antara waktu-waktu pertemuan, konselor menyuruh klien melatih dalam
imajinasinya, respon yang cocok pada beberapa keadaan. Kepada mereka
juga diminta menyertakan pernyataan diri yang terjadi selama melakukan
imajinasi.
Konselor harus menentukan apakah klien sudah mampu memberikan respon
yang sesuai dari dirinya sendiri secara efektif terhadap keadaan baru, baik
dari laporan langsung yang diberikan maupun dari keterangan orang lain
yang mengetahui keadaan pasien atau klien
Evidence Based Practice (EBP):
Assertive Training Theraphy
Artikel 1: Peningkatan Kemampuan Asertif dan Penurunan Persepsi Melalui Assertive Training Therapy pada Suami
dengan Risiko KDRT

Identitas Artikel
Penulis : Nuniek Setyo Wardani1,2, Budi Anna Keliat3, Tuti
Nuraini3
Afiliasi : 1) Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Muhammadiyah Pontianak
2) Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
3) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Nama Jurnal : Jurnal Keperawatan Indonesia
Edisi : Vol.1 No.15
Tahun : 2012
Anilisis PICOT
Population : 60 orang istri dengan resiko kekerasan
dalam rumah tangga
Intervention : Assertive training therapy (ATT)
Comparation : Tidak ada
Outcome: Istri yang diberi ATT mempunyai kemampuan
asertif meningkat secara bermakna dan persepsi istri
terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami
lebih rendah dibandingkan yang tidak diberikan ATT.
Time : 26 hari (6 sesi training)
Artikel 2: Efikasi Assertive Training Therapy Terhadap
Sikap Asertif Suami dan Resiko Kekerasan dalam Rumah
Tangga di Bogor
Identitas Artikel
Penulis : Khusnul Aini 1, Budi Anna Keliat3, Tuti
Nuraini2
Afiliasi : 1) Program Studi Ilmu Keperawatan,
STIKes Kuningan
2) Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
Nama Jurnal : Jurnal Ners Widya Husada
Edisi : Vol.2 No.1
Tahun : 2014
Anilisis PICOT
Population : 60 orang kepala rumah tangga
Intervention : Assertive training therapy (ATT)
Comparation : Tidak ada
Outcome: Hasil penelitian ini menunjukkan efikasi dari
terapi latihan asertif sebesar 67,4% dengan peningkatan
yang signifikan (p-value ˂ 0.05). Sementara risiko
kekerasan dalam rumah tangga turun sebesar 29,6%
dengan penurunan yang signifikan (p-value ˂ 0.05).
Time : 6 sesi terapi asertive training
Artikel 3: Pengaruh Pelatihan Asertifitas dalam Mengurangi Kecemasan pada Korban Tindak Kekerasan
Dalam Rumah Tangga

Penulis : Padmi Dhyah Yulianti


Afiliasi : Universitas PGRI Semarang
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan
Edisi : Vol. 1 No. 1
Tahun : 2011
Anilisis PICOT
Population : 63 Subjek penelitian
Intervention : Pelatihan asertivitas
Comparation : Tidak ada
Outcome: Terdapat perbedaan intensitas kecemasan
subyek, sebelum dan setelah pemberian pelatihan
asertivitas. Kecemasan subyek setelah dilakukan
pemberian pelatihan asertivitas menjadi berkurang atau
lebih rendah dibandingkan sebelum pemberian pelatihan
asertivitas.
Time : 6 sesi treatment pelatihan asertivitas
Hasil

Berdasarkan evidence based practice dari assertive


training therapy yang didapat dari 3 artikel menunjukan
bahwa:
Assertive Training Therapy (ATT) meningkatkan
kemampuan dan menurunkan persepsi istri terhadap
perilaku kekerasan dalam rumah tangga.
Assertive Training Therapy meningkatkan kemampuan
asertif suami dan menurunkan risiko KDRT.
Pelatihan asertivits dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada korban tindak kekerasan dalam rumah
tangga.
Berdasarkan evidence based practice, assertive
training therapy pada kasus KDRT dapat dilakukan
dengan 6 sesi pelatihan yang dapat diberikan pada
istri dengan resiko kekerasan dalam rumah tangga,
suami dengan risiko kekerasan dalam rumah tangga,
dan korban kecemasan yang mengalami tindak
kekerasan dalamrumah tangga.
Implementasi Assertive Training Therapy pada Tindakan Asuhan Keperawatan pada Kasus KDRT

Hasil dari evidence based practice, Assertive Training


Therapy dapat dijadikan intervensi dalam asuhan
keperawatan yaitu sebagai tindakan pencegahan risiko
tindakan kekerasan dalam rumah tangga yaitu dengan
memberikan terapi individu baik istri ataupun suami
untuk membangun koping yang adaptif. Selain itu
juga, Assertive Training Therapy dapat dilakukan
sebagai intervensi keperawatan dalam menangani
kecemasan korban yang mengalami tidak kekerasan
dalam rumah tangga.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan: Assertive Training Therapy dapat dijadikan


intervensi dalam asuhan keperawatan yaitu sebagai tindakan
pencegahan risiko tindakan kekerasan dalam rumah tangga dan
sebagai intervensi keperawatan dalam menangani kecemasan
korban yang mengalami tidak kekerasan dalam rumah tangga.
Saran: Perlunya sosialisasi terhadap masyarakat dalam konteks
keluarga, bahwa komunikasi asertif perlu diberikan untuk
meminimalkan risiko KDRT dan meningkatkan kemampuan
asertif anggota keluarganya. Perawat CMHN di diharapkan
memotivasi masyarakat yang telah dilatih Assertive Training
Therapy untuk mempertahankan perilaku asertif yang telah
dilatih, sehingga kemampuan asertifnya dapat dipertahankan
dan KDRT tidak terjadi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai