Anda di halaman 1dari 8

Kampung Adat Wunga

OLEH :

ANGELIA RAMBU HAMU


Kelas Xll MIPA 1
SMA NEGERI 1 WAINGAPU
Asal Usul Nenek Moyang Orang
Sumba

Penduduk pertama Pulau Sumba terdiri dari 8 orang, yakni 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, yang datang dari tanah
Malaka ( Tana Bara ) dan mendarat di Tanjung Sasar yang disebut sebagai Haharu Malai Kataka Lindi Watu yang artinya
pohon hahar yang layu dan kapak serta jembatan batu.
Pada waktu itu Pulau Sumba masih menyambung dengan daratan pulau flores dan sumbawa karena dihubungkan oleh sebuah
jembatan batu yang dinamakan Kataka Lindiwatu. Akhirnya para leluhur orang Sumba sampai ke sebuah tempat yang dinamai
Matawai Wunga. Seiring dengan berjalannya waktu, tempat ini berubah nama menjadi Prai Wunga, kemudian dikenal menjadi
kampung wunga.
Kampung wunga
Kampung wunga merupakan kampung pertama dan tertua di Sumba, kampung Wunga merupakan tempat terjadinya
musyawarah yang dimana nenek moyang orang Sumba menetapkan nama – nama marga ( kabihu ) serta segala sesuatu
yang berkaitan dengan tata hidup dan kehidupan termasuk pembagian wilayah di pulau sumba.
Kampung Wunga

Kampung wunga merupakan salah satu kampung yang terletak di pinggiran hutan daerah ketinggian di Desa Wunga,
kecamatan Haharu,Kabupaten Sumba Timur.
Di kampung ini juga sering melakukan ritual adat seperti hamayang ( sembayang ), mangajung ( pesta besar ), pulu lora (
acara adat tentang kehidupan ), dan pulu matu ( acara adat kematian )
Rumah adat kampong wunga
Rumah adat kampung wunga pada umumnya sama dengan rumah adat di sumba lainnya, dimana rumah ini
dibuat menggunakan bahan – bahan alam.
Dalam membangun rumah adat ini masyarakat di kampung wunga akan menjalankan tradisi seperti menari
dan bernyanyi ( kakalak ) sebagai penyemangat dan sukacita serta saling bekerja sama untuk menarik kayu
dan memikul alang yang ada di hutan wunga.
Kebudayaan Megalitikum
Di sumba khususnya kampung wunga peninggalan di era prasejarah memang masih terjaga degan baik, karena peran
warga setempat yang masih melestarikan kebudayaan megalitikum.
Sebagian warga di kampung ini juga masih memeluk kepercayaan Marapu. Kepercayaan ini memberikan peghormatan
pada arwah nenek moyang, dan mempercayai bahwa batu besar memiliki kekuatan yang sakral. Oleh karena itu, kita
masih bisa menjumpai bangunan megalitikum di sini.
Kebudayaan Megalitikum
Di kampung wunga tepatnya di Marakoku juga terdapat kuburan islam tertua di sumba. Pemilik makam ini bernama
kakek ( Boku ) Talu Dangga dan saudara perempuannya.
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai