Anda di halaman 1dari 96

PROSEDUR PENANGANAN

COMPANION VECTOR BORNE DISEASE (CVBD)


DAN EMERGENCY CASE PADA HEWAN KECIL

Oleh:

Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, MS.

DIREKTUR KLINIK HEWAN JOGJA


DOSEN DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FKH UGM
HOTEL AMARIS, MADIUN
24 Oktober 2021
COMPANION VECTOR
BORNE DISEASE
(CVBD)???
Companion Vector Borne Diseases (CVBD)

• Companion Vector Borne


Diseases (CVBD) is a disease
transmitted by vectors (ticks,
mosquitoes, flies, flea) and
mostly attacks dogs.

• CVBD: is a global problems, it


can be transmitted to animals,
and it has the potential to be
transmitted to human (zoonotic
disease)
Companion Vector Borne Disease (CVBD)

• CVBD: Penyakit yang ditularkan oleh


vektor

• CVBD: merupakan ancaman global

• Ditularkan oleh ektoparasit hisap


darah (blood-feeding ectoparasite)
seperti caplak, kutu, nyamuk, lalat
pasir

• Potensi zoonosis
7th AP CVBD/Helminthic Zoonosis Forum
(KL, September 2017)
Vector Transmission

– Ticks
– Flea Tick

– Flies
– Mosquitoes

Horsefly

Mosquito
Companion Vector Borne Diseases (CVBD):

• CVBD which attack


dogs are:

– Babesiosis
– Anaplasmosis
– Ehrlichiosis
– Hepatozoonosis
– Heartworm disease
– Tick paralysis
– etc.

CVBD Map: Parasite-transmitted


Infectious Diseases of Dogs in Asia-Pacific Source: http://www.cvbd.org
CVBD Map: Parasite-transmitted
Infectious Diseases of Dogs in Asia-Pacific Source:
http://www.cvbd.org
Mengapa CVBD penting dan
harus diwaspadai ???
Berbagai alasan CVBD penting harus
diwaspadai:
• Bila penyakit menyerang bersifat fatal,
risiko tinggi terjadinya kematian
• Pengobatan butuh waktu yang lama
• Bila terserang tidak bisa sembuh total,
bersifat carier
• Menyebabkan anemia berat, pada
kondisi tertentu membutuhkan
transfusi darah
• Ditular oleh vektor caplak yang sering
menyerang anjing, sehingga penyakit
mudah menular
• Berpotensi/risiko zoonosis
Caplak pada anjing
Caplak (Tick)
• Gigitan caplak dapat
mengakibatkan:

– Terjadinya luka-luka
traumatik kulit pada anjing

– Anjing kehilangan darah

– Dapat terjadi depresi syaraf


motorik hospes (tick
paralysis, lumpuh)

– Sebagai vektor penyakit


(bakteri, virus, protozoa)
Ehrlichiosis

HGE - Human Granulocytic


Ehrlichiosis
HGA - Human Granulocytic
Anaplasmosis

HME - Human Monocytic


Ehrlichiosis

CVBD has the potential to be transmitted to human: zoonotic disease


BABESIOSIS PADA ANJING
Canine Babesiosis

• Babesiosis pada
anjing (Canine
babesiosis)
merupakan penyakit
infeksi parasit darah
yang disebabkan
oleh Babesia spp.
Adakah kasus CVBD
di Indonesia??
The Data Review and Interview of
some Clinics/Hospital

Cases found in the clinics are:


• Babesiosis (dogs)
• Anaplasmosis (dogs)
• Ehrliciosis (dogs)
• Dirofilasis (dogs, cats)
Etiologi Babesiosis ?
Babesia spp pada Anjing
Large form Babesia
• Babesia canis
• Babesia vogeli
• Babesia rossi

Small form Babesia


• Babesia gibsoni
• Babesia conradae
• Babesia vulpes
(Theleria annoe,
B.microti like)
Distribusi geografik

• Asia
• Afrika
• Amerika
• Europe
• Oceania
Gejala Klinis Babesiosis ??
Gejala Klinis Babesiosis
• Anoreksia
• Lethargi
• Demam (Fever)
• BB turun
• Ikterus
• Pigmenturia (urin
berwarna merah)
• Kelemahan umum
Gejala klinis..

• Tissue hypoxia
• Acute renal failure
• Hepatopathy
• Pulmonary edema
• Cerebral babesiosis
Gambaran Darah Babesiosis ??
Gambaran Darah
• Hemolitik anemia
(normositik
normokromik, anemia
berat)
• Lekositosis (netrofilia,
monositosis)

• Thrombositopenia

• Hipoalbuminemia
• Hiperglobulinemia
Cara Penularan / transmisi ??
Transmisi
1. Caplak yang mengandung Babesia spp
menularkan ke anjing melalui gigitan
2. Dari anjing ke anak anjing melalui
transuterin
3. Direct transmision: dari anjing ke anjing
4. Melalui transfusi darah
Siklus Hidup
Siklus hidup Babesia spp pada
hospes vertebrata
Babesia species of dogs, their vectors, and
geographic distribution
species Vector(s) Size(µm) Geographic Distribution
Haemaphysalis
B. rossi 2x5 Africa
Ellitica (leachi)
Dermacentor
B. canis 2x5 Europa
reticulatus
Rhepicephalus
B. vogeli 2.5 x 4.5 Asia, Africa, America, Australia, Europa
sanguineus
Haemaphysalis
longicornis Asia, USA, Brasil, Australia, Europa
B. gibsoni 1x3
H. (rare)
R. sanguineus?
B. conradae R. sanguineus? 0.3 – 3 California
B. vulpes (B.
microtilike; Spain (northwestern Spain), Portugal,
Ixodes hexagonus? 1 x 2.5
Theileria Croatia, North America in foxes
annae)
(WSAVA, 2015)
Cara Diagnosis Babesiosis ?
Diagnosis Babesiosis
• Gejala klinis
• Pemeriksaan dengan
mikroskop : Babesia spp
di dalam sel darah merah
• Pemeriksaan patologi
klinik
• Serologi
• Molecular diagnosis: PCR
• Molecular genotyping:
specify speciation
Treatment Babesiosis
Treatment
• Doxicycline : 10 mg/kg BB : 21 hari
• Imidocarb dipropionate (6 mg/kg BB,
IM, setiap 2 minggu): B Canis, B
vogeli
• Kombinasi atovaquone (13 mg/kg
BB, PO, q8h, 10 hari) dan
azithromycin (10 mg/kg BB, PO, q
24h, 10 hari): B gibsoni
• Diminazine aceturate (5 mg/kg,
single dose): B canis dan B gibsoni
• Blood transfusion, Fluid therapy
• Therapy supportive
• Tick collar

Note: Pengobatan hanya mengurangi


parasitisme, anjing tetap carier
Pencegahan Babesiosis ??

Kontrol Vektor !!
Pengendalian Vektor
• Anjing bebas dari infestasi caplak

• Lingkungan tempat anjing tinggal bebas


dari caplak
CVBD CASE IN
KLINIK HEWAN JOGJA
(KHJ)?
Klinik Hewan Jogja (KHJ)

• KHJ merupakan klinik


hewan dengan
pelayanan operasional
24 jam

• Dominan pasien adalah


anjing dan kucing

• Adakah Kasus CVBD ?


KLINIK HEWAN JOGJA

• Starting in 2014,
began to document
CVBD cases
Persentase pasien Babesiosis di
KLINIK HEWAN JOGJA tahun 2014
The recapitulation of CVBD cases
in "Klinik Hewan Jogja" during 2014-2016
Examples of Anaplasmosis and Ehrlichiosis
positive patients
Anaplasma sp
Ehrlichia sp
Differensial diagnosis

A. platys A. phagocytophilum E. ewingii

Trombosit Neutrofil

(Allison dan Little, 2013)


Penelitian deteksi
Babesiosis pada pasien
Anjing di Yogyakarta
2017
Clinical symtoms Microscopic Hematologic
examination examination

Molecular
examination

Diagnosis leading to Babesiosis is based on clinical symptoms (clinical examination),


followed by blood sampling for microscopic examination, molecular examination, as
well as for hematological examination.
The number of positive Babesiosis samples
base on PCR method

PCR Positive: 51 PCR Negative : 83 Total : 134

From the total of 134 blood samples examined by PCR method,


there were 51 positive Babesiosis, and 83 negative Babesiosis :
51/134 = 38.06% positive Babesiosis
These results indicate that the number of Babesiosis cases in the field
is big enough number and needs to get attention for preventive action
Conclusion the research
• 38.06% (51/134) of samples are positive Babesiosis based on PCR method.

• 14.93% (20/134) of samples positive Babesiosis based on microscopic


examination with blood smear.

• Clinical symptoms of the dog babesiosis (51): 31/51 dogs showed


symptoms such as weakness, lethargic, anorexia, pale, and having tick or
having a medical rerord of tick infection; 20/51 other dogs showed no real
clinical symptoms.

• Hematological profile of the dog babesiosis (51) : 25/51 sample showed


anemia and thrombocytopenia, 8/51 samples showed anemia, 11/51 sample
showed thrombocytopenia and lecositosis, and 7/51 samples showed in
normal range.

• The result of Babesia sp identification that infected the dogs in Yogyakarta


Indonesia were Babesia canis vogeli.
Kesadaran bahwa di lingkungan
kita ada CVBD yang harus
dikontrol dengan baik
Penanganan emergency
pada pasien anjing dan
kucing
Emergency ??
• Keadaan darurat pasien, yang
membutuhkan pertolongan
cepat, untuk dapat
mempertahankan
kehidupannya.

• Bila tidak ditangani dengan


cepat, maka pasien punya
resiko tinggi kehilangan
nyawanya (membahayakan
jiwa pasien, meninggal)
Problem Pet Owners yang Membutuhkan
Pertolongan Cepat

• Respiratory distress • Bleeding from the


• Pale mucous body oriffices
membrans • Weakness
• Neurological • Rapid abdominal
abnormalities distention
• Vomiting • Inability to urine
• Severe caughing • Ingestion of toxins
Penanganan Emergency
Apa yang perlu disiapkan ?

Procedur for Small Animal Emergency and


Critical Care
(Creedon and Davis, 2012)
Initial preparation and management:

A. Abnormalitas yang membahayakan jiwa perlu


disiapkan prasana yg harus stabil, tanpa ada
penundaan

B. Persiapan fasilitas, peralatan, suplay obat2an,


dan personal yang menangani emergency

C. Manajemen efektif mulai dari pasien dibawa


oleh pemilik (ketika telpon ke Klinik)/
dijemput ambulance, sampai datang diterima
di Klinik
Instruksi untuk Pemilik Hewan
Pemilik harus dipandu untuk
penyelamatan hewannya pada
berbagai keadaan
Instruksi untuk Pemilik Hewan
1. Jika hewan dalam keadaan pingsan atau
kejang: pemilik harus menempatkan
hewannya dalam selimut/handuk lembut,
dan cepat dibawa ke Klinik

2. Jika hewan tidak bernafas: pemilik


diinstruksikan bagaimana membuka
mulut, menarik lidah, meletakkan kepala
lebih tinggi, dan meniup hidung agar
dada dapat sedikit terangkat (bisa
bernafas)
Instruksi pemilik...
3. Hewan yang kesulitan bernafas: segera
dibawa ke Klinik/dokter praktek terdekat,
tidak ditunda

4. Jika hewan tergeletak habis tertabrak


mobil/motor: pemilik harus hati2
membawa hewan yang terluka. Harus
waspada, ada resiko hewan menggigit.
Hewan dibawa dengan papan datar untuk
menghindari keparahan (kelainan pada
orthopedic, atau spinal corcd)

5. Luka terbuka: harus ditutup dengan haduk


bersih, lembut, selanjutnya segera
dibawa ke Klinik
Papan datar untuk membawa hewan
Instruksi pemilik...
6. Fraktur tulang kaki bawah: dibungkus dengan
kasa/koran, diperban. Fraktur tulang humerus
atau femur, hewan hanya dipindah dgn
handuk, kemudian segera dibawa ke Klinik.

7. Hewan yang makan “Racun” harus segera


dibawa ke Klinik, dengan membawa material
yang dimakan, atau muntahan

8. Luka bakar: harus ditutup dengan kompres


dingin, atau handuk basah
Instruksi pemilik...
9. Pasien yang diduga “Head stroke” : harus
dibasahi dengan air dingin sebelum dibawa
menuju Klinik/Hospital
10. Bila ada perdarahan: selama transportasi,
daerah arteri sumber perdarahan aktif
ditekan utk antisipasi banyak darah yg keluar
11. Mata keluar: diusahakan tetap pada
tempatnya, dan dikompres basah
12. Pemilik hewan harus tetap mentaati lalu
lintas selama menuju ke Klinik/Hospital
Preparation for Transport
• Memanggil fasilitas
transport: ambulance
• Membawa hewan dengan
peralatan/tempat yang
memadahi dan aman
• Pindahkan hewan yang
terluka secara hati2
• Drive safely
Pemeriksaan Awal Untuk Identifikasi
Problem yang Membahayakan Nyawa
Pasien
Pemeriksaan Awal untuk Identifikasi
1. Apakah hewan masih bernafas?
2. Bagaimana tipe nafasnya?
3. Apakah ada bukti indikasi gangguan fungsi
jantung?
4. Apakah ada perdarahan?
5. Apakah ada luka terbuka?
6. Apakah ada fraktur?
7. Apakah ada luka bakar?
8. Apakah hewan dalam keadaan shock?
9. Apakah terjadi “Head stroke”?
Manajemen Triage
• Pemerikasaan awal hewan yang terluka,
unconscious, perdarahan akut, gangguan
respirasi, yang terjadi secara simultan 
perlu tindakan cepat, penyelamatan yang
progresif.

• Tidak punya waktu/ tidak memungkinkan


mencari detail histori

• Diagnosis lebih berdasarkan pada penemuan


hasil pemeriksaan fisik dan uji diagnostik
simpel.
Managemen Triage...

• Triage adalah penentuan penanganan


cepat secara praktis dalam waktu
yang pendek, shg pasien tertangani
dengan baik sesuai urgencynya

• Penentuan diagnosis dan treatment


yang cepat dan tepat, akan
berpeluang tinggi untuk
penyelamatan nyawa pasien
Emergency: Oksigen dan Fluid Therapy
• Gangguan pernafasan dan
sirkulasi : diberikan oksigen

• Hewan yang mengalami


perdarahan, dehidrasi
akibat muntah-muntah,
diare, dll, yang
memerlukan bantuan
terapi cairan  segera
diberikan terapi cairan
Emergency Resuscitation

Melakukan pemeriksaan secara


cepat terhadap pasien :
“pemeriksaan secara sistemik”

“ABCs of resuscitation”

–A = airway
–B = breathing
–C = circulation
A = airway

• Apakah pernafasan/saluran ventilasi


berjalan baik?
• Tarik lidah ke depan, singkirkan
debris yang menghalangi saluran
pernafasan
• Pasang intubasi (ET), atau
transtracheal oksigen jika diperlukan
• Emergency tracheostomy mungkin
diperlukan jika terjadi sumbatan dan
tidak dapat diatasi secara cepat
B = breathing

• Apakah hewan bernafas??

• Jika hewan tidak bernafas, segera


pasang endotracheal tube dan mulai
dengan pernafasan buatan dengan
suplay oksigen yang tersedia.
• Jika hewan mulai bernafas, dimonitor
berapa rate pernafasan, dan apa tipe
pernafasannya
• Rate respirasi : normal, meningkat atau
menurun?
Monitor pernafasan
• Apakah pattern pernafasan normal, cepat,
lambat, lambat dan dalam dengan kesulitan
bernafas?
• Apakah suara pernafasan normal, bising,
atau ada suara2 abnormal pernafasan, atau
ada suara gangguan obstruksi pernafasan
bagian atas lainnya?
• Apakah kepala sudah diposisikan ke atas dan
kaki sedemikian rupa sehingga
memudahkan untuk bernafas?
• Apakah mulut terdeteksi pergerakan keluar
masukkan udara pernafasan?
Monitor pernafasan...
• Perhatikan dinding bagian dada. Apakah
ada pergerakan ketika proses inhalasi dan
exhalasi?
• Dilakukan auskultasi thorak bilateral:
– Apakah suara pernafasan normal atau tidak?
– Ada suara abnormal karena pneumonia,
edem pneumonia, pneumothorax, fleural
efusion, asma, dll?
• Apakah mukosa membran normal atau
cyanotik?
• Palpasi leher, lateral thorax, dan daerah
dorsal servical untuk mengecheck apakah
terjadi tracheal displasment,
subcutaneous emphysema, dan rib
fractures.
Wheezing: tersengal2; squeak:mencicit; muffled:teredam
C = circulation
• Bagaimana status sirkulasi?
• Bagaimana status heart rate dan
ritmenya?
• Dapatkah didengarkan suara normal
jantung, atau kelainan suara jantung
lainnya kerena hipovolemia, percardial
effusion, pneumothorax atau
diaphragmatic hernia ?
• Palpasi pulsus.
• Apakah kualitas pulsus kuat, reguler,
dan sinkron dengan detak jantung,
atau pulsus lemah, kecil2?
C: circulation …
• Apakah hasil gambaran EKG pasien
normal, dan bagaimana tekanan
darahnya?
• Apakah ada perdarahan?
– Bila ada perdarahan diperhatikan
– Tekan arteri
• Perhatikan bila ada darah di rambut.
– mungkin darah berasal dari luka di
tempat yang lain.
• Jika ditemukan luka luar, diperhatikan
karakter dan kondisi luka.
• Jika hipovolemik atau hemorhagi shock
terjadi: segera dilakukan perhitungan
fluid therapy
• Kalkulasi dosis utk shock: yaitu ¼ dosis
crystaloid fluid
Anjing : (0,25x 90ml/kg/hr)
Kucing : (0,25x 60ml/kg/hr)
• Dimonitor parameter perfusi dari heart
rate, capillary refilling time (CRT), dan
tekanan darah (BP)
Emergency management

• In an emergency situation, it is important to


remember basic life support: ABC

– A = airway = establish a patent airway


(endotracheal tube, suctioning, tracheostomy)
– B = breathing = provide oxygen to the patient by
providing airway or mechanical ventilation
– C = circulation = get blood moving, either by
manual manipulation of the heart or by the
use of drugs
A CRASH PLAN:
Emergency Management

• Airway

• Cardiovascular • Pelvis
• Respiratory • Limbs
• Abdomen • Arteries/veins
• Spine
• Nerves
• Head

Veterinary Procedures And Emergency Treatment


Diagnostic Evaluation
• Pemeriksaan EKG, monitoring BP,
pulsus
• Pemeriksaan Radiografik thorax
dan abdomen dilakukan pada
pasien traumatik yang sudah stabil
dan toleran

• Kelainan radiografik mungkin akan


ditemukan: pneumothorax,
pulmonary diagphragmatic hernia,
atau abdominal effusion, atau
pneumoperitonitis
Invasive Testing
• Melakukan thoracocintesis, abdominal
paracentesis dll.
Laboratory Testing
• Uji diagnosis cepat meliputi: PCV, TPP,
glukosa, BUN, BJ urine.

• Pemeriksaan darah lengkap, apus


darah, morfologi WBC

• Mempertimbangkan juga pemeriksaan


gas darah arteri, elektrolit, parameter
koagulasi darah, profil serum biokimia,
serum laktat, dan urinalisis.
AFAST and TFAST
• Focused assesment of the abdominal and
thorax after trauma (AFAST and TFAST)
Summary Patient Status
Setelah pemeriksaan lengkap, menjawab pertanyaan:
• Apakah perawatan suportif diperlukan saat ini?
• Apakah prosedur diagnosis tambahan diperlukan?
• Jika ya, prosedur yg mana bisa dilakukan, apakah pasien
cukup stabil dan toleran terhadap prosedur tsb, atau
tambah stress?
• Apakan tambahan periode observasi diperlukan sebelum
rencana treatment definitive diberikan?
• Apakah intervensi surgical diperlukan?
• Apakah tambahan suportive care diperlukan sebelum
surgery?
• Apakah ada resiko bila dilakukan anestesi ?
CPR
(Cardiopulmonary Resuscitation)
Cardiopulmonary Resusitation (CPR)

• Definisi: tindakan pertolongan


pertama pada hewan yang
mengalami henti napas karena
sebab-sebab tertentu.
• Tujuan: untuk membuka kembali
jalan napas yang menyempit
atau tertutup sama sekali.
Chest Compression (Circulation) Anjing

Chest Compression : 100-120 tekanan /menit dengan diselingi 2x nafas (intubasi)


CPR /cardio pulmonary resuscitation
CPR /cardio pulmonary resuscitation
Standar perawatan dan protokol emergency

• Harus menolong dengan cepat


• Semua alat dipastikan bekerja (dicheck
secara rutin)
• Obat2an selalu siap, check kadaluwarso
• Staf kompak saling mengisi, bila ada yg
baru harus ditraning
• Skenario: ABCs, A CRASH PLAN, AFAST
dan TFAST, CPR
DAFTAR PUSTAKA
• Bukowski JA, Aiello SE. 2008. Dog and Cat Diarrhea. Vet-approved pet
information.http://webvet.com. Tanggal 3 Desember 2009.
• Baldwin K. 2001a. Transfusion Medicine for the companion animal. Atlanticcoast veteriner
conference (ACVC) http://www.vin.com. Tgl akses 3 Desember 2009.
• Baldwin K. 2001b. Fluid Therapy for the companion animal. Atlantic Coast veteriner
conference (ACVC). http://www.vin.com. Tanggal akses 3 Desember 2009.
• Baldwin K. 2001c. Intravenous and Intraosseus Catheter Placement in the companion animal.
Atlantic coast veteriner conference (ACVC). http://www.vin.com. Tanggal akses 3 Desember
2009
• Creedon dan Davis, 2012. Advance Monitoring and Procedure for Small Animal Emergency
and Critical Care. Wiley Blacwell
• Hartanto, WW. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan
Terapeutik
• Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.
• Heitz U, Horne MM. 2005. Fluid, Electrolyte and Acid Base Balance. 5th Ed. Missouri, Elseiver-
• Mosby. Wingfield WE. 2009. Fluid and Elektrolite therapy. http://www.
cvmbs.colostate.edu/clinsci/wing/fluids/fluids.htm. 22 mei 2009
• Macintire dkk., 2012. Manual Small Animal Emergency and Critical Care Medicine. Wiley
Blackwell
• Krina Erawan. Fluid Therapy

Anda mungkin juga menyukai