Oleh : Barjo Effendi Sungguh kemusliman kita adalah anugerah yang wajib kita syukuri.Karena dengan kemusliman itu berbagai kenikmatan Allah dilimpahkan kepada kita.Allah seolah “memanjakan” kita dengan karuniaNya yang tiada batas,datang silih berganti,meski kadang-kadang kita tidak menyadarinya atau sengaja tidak mengindahkannya. Kini,sebuah karunia besar Allah telah datang lagi.Karunia yang dirindu bukan saja oleh manusia-manusia mukmin,tetapi juga semua makhluk Allah yang ada di langit,di darat dan di laut.Tentu karena keutamaan dan keistimewaannya yang luar biasa.Karunia itu tidak lain adalah Ramadhan yang penuh keberkahan. Rasulullah SAW telah banyak menceritakan keistimewaan Ramadhan di hadapan para sahabatnya.Agar mereka dan kita,orang-orang yang beriman yang hidup di zaman ini dan zaman-zaman selanjutnya memahami keistimewaan itu dan mau mengambil manfaat yang banyak darinya. Diantara taushiyah Beliau Nabi SAW adalah:“Jika telah masuk malam pertama dari bulan Ramadhan,para setan dan pembangkang dari golongan jin dibelenggu,pintu- pintu neraka ditutup,dan tidak ada satu pintupun yang dibuka,pintu-pintu surga dibuka,dan tidak ada satu pintupun ditutup.Ada yang menyerukan,”Wahai pemburu kebaikan,sambutlah!Wahai pemburu kejahatan,berhentilah!Dan ada orang-orang yang akan dibebaskan Allah dari neraka.Dan itu terjadi setiap malam bulan Ramadhan.” (HR. Al-Ttirmidzi dari Ibnu Majah) Namun sayangnya, petuah Rasulullah SAW di atas seringkali berlalu laksana angin berhembus.Setiap tahun Ramadhan datang menyapa kita,tapi kita selalu saja melakukan kesalahan berupa menyia-nyiakan Ramadhan tersebut, sehingga ia berlalu dan kita keluar darinya sebagai orang yang merugi,melenggang dengan tangan hampa.Padahal Ramadhan menghendaki kita keluar darinya sebagai pemenang yakni menjadi orang yang bertaqwa dan menjadi manusia yang bersih dari dosa-dosa,seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.
Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang beriman,telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,agar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa.”(QS.al-Baqarah/2:183) Diantara kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh kaum muslimin pada bulan Ramadhan adalah sebagai berikut.
Pertama, Pemikiran bahwa Ramadhan Tidak Istimewa/biasa- biasa saja.
Anggapan kita bahwa Ramadhan sama saja dengan bulan-bulan lain.Biasa-biasa saja.Tidak ada hal-hal yang istimewa untuk dilakukan adalah kesalahan pertama yang menyebabkan kita tidak dapat memetik dan menuai keberkahan daripada Ramadhan. Kita patut berduka cita jika kedatangan Ramadhan bagi kita hanya terasa biasa-biasa saja.Karena sesungguhnya inilah kemunduran tragis bagi kita.Begitu dalamnya ajaran yang dipesankan agama kita untuk menyambut Ramadhan.Semua ini mestinya kita lakoni pula di bulan-bulan lainnya,namun sebenarnya di Bulan Ramadhan kita diberikan lagi kesempatan untuk memulai semuanya. Coba kita renungkan, bagaimana bisa kita tetap saja tidak memelihara pendengaran dari mendengarkan hal-hal yang dilarang,meski kita sudah tahu bahwa setiap yang haram diucapkan haram pula mendengarkan. Bahkan Allah menyamakan pendengaran semacam itu dengan memakan barang-barang yang diharamkan,sebagimana FirmanNya SWT.:
“Mereka itu suka mendengar perkara yang bohong dan memakan barang yang haram...”(QS.al-Maidah:42) Bagaimana bisa kita tidak juga menahan diri dari berlebihan memakan makanan di kala berbuka puasa di bulan Ramadhan,padahal telah dipesankan,”Janganlah membanyakkan makan waktu berbuka puasa,sekalipun dari makanan yang halal,sehingga terlalu kenyang,karena tidak ada wadah yang paling dibenci Allah SWT daripada perut yang penuh dari makanan yang halal.” Cobalah kita renungkan lagi, bagaimana kita dapat melawan setan,musuh Allah dan musuh kita dan melawan syahwat, jika apa yang kita lakukan saat berbuka puasa adalah mengisi perut yang kosong dengan berbagai makanan,semata-mata hanya karena dorongan “naluriah”, karena ia tidak diisi di waktu siang.Terkadang kita bahkan menyediakan berbagai jenis makanan hingga berlebihan,dan ini semua menjadi semacam tradisi di kala berbuka puasa.Padahal kita pun tahu,berpuasa itu untuk menahan selera dan mengekang hawa nafsu,agar kita menjadi kuat untuk taat dan bertaqwa kepada Allah SWT.Hakikat puasa dan rahasianya untuk melemahkan keinginan duniawi,lagi-lagi gagal untuk kita raih. Sungguh semua kesalahan yang berulang itu mesti segera kita akhiri.Kita harus betul-betul belajar dan berusaha menemukan keistimewaan-keistimewaan daripada Ramadhan agar kita tidak lagi mengulangi semua kesalahan Ramadhan-Ramadhan yang telah lalu. Kedua, Karena Kita Gagal Menancapkan Kesabaran
Nabi SAW bersabda.”Puasa itu setengah dari Sabar.”(HR.al- Tirmidzi) Di bulan Ramadhan,kesabaran kita benar-benar diuji.Tetapi kita diuji bukan dengan musibah dan penderitaan,dan bukan pula dengan hal-hal yang haram.Melainkan kita diuji dengan sesuatu yang menjadi hak kita,yang halal bagi kita.Kita diuji untuk meninggalkan makanan dan minuman yang telah kita dapatkan dari usaha kita sendiri.Kita diuji untuk tidak mendatangi isteri yang telah halal dan menjadi hak kita.Kita diuji untuk memanfaatkan lebih banyak waktu untuk beribadah. Menghadapi ujian seperti itu tentu membutuhkan kesabaran yang berlipat ganda.Sebab,siapapun akan sulit bertahan menerima larangan untuk memperoleh haknya,kecuali orang yang dapat bersabar.Dan karena kesabaran itulah maka Allah SWT dalam sebuah Hadits Qudsi berfirman:”Puasa itu milikku dan Akulah yang akan memberikan ganjarannya,karena orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya,makan dan minumnya karena mengharap(ridha)Ku.”(HR.Bukhari). Banyak kesalahan dan kelalaian yang kita lakukan di Bulan Ramadhan karena tidak kuat untuk bersabar.Banyak orang tidak sanggup bersabar untuk menahan lapar di siang hari pada Bulan Ramadhan.Dengan ketidaksabarannya itu,mereka tampaknya lebih merasa malu pada manusia ketika diketahui ia sedang makan di siang hari pada bulan Ramadhan daripada malu kepada Allah.Dengan kata lain, ketidaksabaran itu telah mencabut rasa malunya kepada Allah SWT dengan berani menodai bulan Ramadhan dengan tidak berpuasa. Ketiga, Tidak Mendekatnya Hati Kita Dengan Ramadhan
Terkadang kesalahan-kesalahan kita terulang bukan karena kita tidak menghormati bulan Ramadhan.Bukan pula karena kita tidak mengenal keutamaan-keutamaandari pada nya.Sebab,kitapun ikut meramaikan shalat Tarawih,hadir di pengajian dan ikut tadarrus al-Quran.Namun kesalahan itu terulang kembali karena hati kita tidak dekat alias jauh dengan Ramadhan.Cintanya kepada Ramadhan begitu tipis,kerinduannya pun hanya sesaat.Ramadhan tidak hadir sebagai “kekasih” yang dinanti.Sehingga kegembiraan kita adalah sebagai ekspresi sesaat,agar orang lain juga merasakan kemusliman kita. Akibatnya, semangat kita hanya mampu bertahan di babak pertama,biasanya pada 10 hari pertama atau sepertiga awal Ramadhan.Selanjutnya, kita pun ikut berpartisipasi menjadikan masjid sepi,shaf-shaf shalat tarawih berkurang,karena sedang sibuk dengan urusan- urusan lain seperti belanja pakaian baru,menyiapkan segala macam makanan dan segala kebutuhan menyambut lebaran. Hari yang merupakan simbol kemenangan orang-orang yang berpuasa,padahal kita adalah bagian dari orang-orang yang kalah. Agar kesalahan kita tidak terulang lagi.Agar kita tidak termasuk orang-orang yang kalah.Agar kita tidak mengalami penyesalan maka kita tanamkan kecintaan hati kita pada Ramadhan.Mari kita lebih dekatkan hati kita pada Ramadhan dengan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangannya.Persiapkan mental spiritual kita,persiapkan ruhani kita,persiapkan jasmani kita,materi-finansial kita,persiapkan amal-amalan unggulan kita dan persiapkan pula ilmu tentang Ramadhan dengan segala keistimewaan dan keutamaannya. Keempat, Tidak Menghadirkan Makna
Berpuasa memang bukan sesuatu yang baru sama sekali.Sebab Allah telah mensyariatkan sejak dahulu kepada umat-umat sebelum kita sebagaimana yang difirmankanNya dalam al-Quran surat al- Baqarah:183.Tetapi perintah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan inilah yang tidak mereka dapatkan.Bakan mereka tidak merasakan betapa nikmatnya keberkahan Ramadhan, juga keagungan dan fadhilah-fadhilahnya.Ramadhan memang dikhususkan untuk kita,umat Muhammad SAW dan keistimewaan-serta keutamaannya pun hanya diberikan kepada kita.Sebuah karunia yang tidak ada pada orang-orang sebelum kita,umat Islam ini. Rasulullah SAW bersabda: “Pada bulan Ramadhan,umatku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelumnya.Pertama, bila datang awal malam Ramadhan,Allah Azza wa Jalla melihat mereka.Dan barangsiapa dilihat oleh Allah,dia tidak akan mendapatkan azab selamanya.Kedua,bau mulut mereka di sore hari(saat puasa)lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi.Ketiga, para malaikat memohonkan ampunan untuk mereka di siang dan malam hari.Keempat, Allah Azza wa Jalla telah menyuruh surga.Dia berfirman kepada surgaNya,”Bersiap-siaplah dan berhiaslah untuk hamba- hambaKu.Sudah dekat waktunya mereka(hamba-hambaKu)itu beristirahat dari kesusahan dunia menuju rumah dan rahmatKu.Kelima, bila telah tiba akhir malam Ramadhan,Allah mengampuni dosa mereka semua.Seorang sahabat bertanya,”Apakah itu yang dimaksud dengan Lailatul Qadr?Jawab Beliau,”Bukan.”Tidakkah kamu melihat para pegawai(buruh).Bukankah jika telah rampung pekerjaannya,mereka disempurnakan gajinya.?(HR.Baihaqi) Andaikata umat-umat terdahulu hadir di tengah-tengah kita.Lalu menyaksikan kita yang sedang asyik beramal dan beribadah di Bulan Ramadhan,mungkin mereka akan sangat cemburu dan bermohon kepada Allah agar dikaruniai nikmat yang sama dengan kita saat ini.
Namun sayangnya,kita tidak begitu pandai menggali potensi Ramadhan yang sudah sering kita lalui,entah berapa kali, dan belum pula secara cerdas menghadirkan makna-maknanya dalam hati sanubari kita .Sehingga Ramadhan berlalu begitu saja dan kita seperti tidak pernah mengalami kerugian apa- apa.Tidak banyak yang berubah dalam diri kita setelah melewati Ramadhan .Bahkan mungkin kita masih saja seperti yang dulu;miskin ibadah,minim amal shaleh atau sedikit kebaikan,namun belum juga melakukan reformasi(perbaikan) yang berarti. Padahal langit dan bumi beserta segala isinya menjadi saksi atas kerugian besar itu,menangis dan merintih melihat kita yang tidak juga berubah menjadi manusia yang bertaqwa. Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa tidak memperoleh kebaikan Ramadhan maka dia tidak mempe roleh apa-apa.”(HR.Ahmad)
Perolehan pahala dan ampunan dosa tergantung pada kemampuan kita
menghadirkan makna-makna dan menjaga sesuatu yang harus kita jaga,seperti melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan segala yang haram.Jika itu tidak dapat kita lakukan,maka entah sampai kapan kesalahan yang sama di setiap Ramadhan tidak terulang lagi.Padahal kita selalu berharap bahwa Ramadhan ini akan mengantarkan kita kepada Ramadhan selanjutnya sebagai manusia beriman dan bertaqwa yang bebas dari dosa. Seperti Sabda Rasulullah SAW. “Shalat lima waktu,dari Jumat ke Jumat,dan dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, adalah penghapus dosa-dosa yang terjadi diantara waktu-waktu tersebut,selama dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR.Muslim).
Semoga kita tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada Bulan Ramadhan.Dan semoga kita diampuni,dikasihi dan dimaafkan Allah SWT.Wallahu a’lam bi al-shawab.