Anda di halaman 1dari 43

MATA KULIAH

Pembelajaran Matematika SD
(PDGK4406)

Pertemuan 3

Oleh : Dea Permata, M.Pd.

HP/ WA: 085268000312


Email: deapermata12006051@gmail.com
Bilangan Rasional dan
Desimal
Bilangan Rasional
Kesulitan Belajar dan
Pembelajaran Bilangan Rasional
Perluasan Nilai Tempat Desimal
Kegiatan Belajar 1:

Bilangan Rasional
Masih ada hal-hal yang
belum dipenuhi oleh
Secara nyata, masyarakat
Bilangan Bulat keberadaan bilangan bulat
memerlukan bilangan-bialangan
antara 0 dan 1, antara 1 dan 2 dst.

Bilangan Matematisi
Pecahan menyadari
perlunya Matematisi menyadari perlunya
memperluas merumuskan bilangan untuk
bilangan cacah kasus:
untuk kasus 2.

 
Untuk mengganti nilai ,   Ada pengganti bilangan cacah untuk
dengan , q bilangan cacah  Tidak ada pengganti bilangan cacah
dan ditulis sebagai untuk
Bilangan Pecahan  disebut pembilang (numerator)
disebut penyebut (denumerator)

Bilangan
 Bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , bilangan
Rasional
bulat

 Dengan adanya perluasan ini sehinggan dapat ditunjukkan


,
Definisi 4.1

Pecahan adalah suatu lambang yang memuat pasangan berurutan bilangan-


• 
bilangan bulat dan (), ditulis dengan , untuk menyatakan nilai yang
memenuhi hubungan .
  1
1÷ 6=
  6 6
6 ÷ 5=
5   15
15 ÷ 5=
  4 5
4 ÷ 7=
7
  14
14 ÷(− 9)=
−9
  − 20   −16
−20 ÷ 5= (−16)÷ (−8)=
5 −8
Definisi 4.2

• 
Pecahan sama dengan pecahan , ditulis , jika dan hanya jika .

 4 8
=
10 20
4.20=8.10=80
 

 5
7
=
15
21 5.21=15.7=105
 
Definisi 4.3

Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai pecahan


•dengan
 
dan adalah bilangan-bilangan bulat dan .

Dari Definisi 4.3


Pecahan merupakan lambang
baku bilangan rasional
Definisi 4.4

Jika faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dan sama dengan , , maka
•pecahan
 
disebut dengan pecahan sederhana.

1  3 5 15
, , ,
2 4 7 17 Pecahan Sederhana
FPB dari pembilang
dan penyebut sama
dengan 1

FPB dari pembilang


dan penyebut tidak
sama dengan 1
 46 10
, , Bukan Pecahan Sederhana
6 9 15
Mengubah pecah n yang bukan pecah n sed rhan  menjadi pecah n sed rhan
   
Penyederhanaan

Menyederhanakan
(simplifying)

 Membagi pembilang
() dan penyebut ()
 
dengan ()
bukan pecahan sederhana
 
adalah pecahan sederhana
karena ,

Contoh:

 
bukan pecahan sederhana

 
adalah pecahan sederhana karena ,
 Pecahan sederhana dapat diubah
menjadi pecahan senilai
Mengalikan pembilang
dan penyebut dengan
sebarang bilangan  
Misalkan untuk semua bilangan
bulat , dan dengan berlaku
Definisi 4.5

 
untuk semua bilangan bulat dan

Contoh:
 
,,

 
Jadi, senilai dengan , ,
Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Rasional
Definisi 4.6

 Jika dan adalah sebarang dua bilangan rasional maka dan

Contoh:  

 
Sifat-sifat Operasi Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Rasional
 Jika , dan adalah bilangan-bilangan rasional maka

 
1. Penjumlahan dan pengurangan bilangan rasional bersifat tertutup ( dan hasilnya adalah bilangan rasional).

 2. Penjumlahan bilangan rasional bersifat komutatif (.

 3. Penjumlahan bilangan rasional bersifat asosiatif .

 4. Penjumlahan bilangan rasional mempunyai unsur identitas yang tunggal sehingga (0 adalah bilangan
rasional karena dapat dinyatakan sebagai pecahan dengan ).

 
5. Setiap bilangan rasional mempunyai invers terhadap +, yaitu untuk setiap bilangan rasional , ada bilangan
rasional –() sehingga: .
Invers terhadap + disebut lawan .

6. Penjumlahan dan pengurangan bilangan rasional adalah tunggal.


 7. Jika maka +
Operasi Perkalian dan Pembagian Bilangan
Rasional
Definisi 4.7

 
Jika dan adalah sebarang dua bilangan rasional maka dan

Contoh:  

 
Sifat-sifat Operasi Perkalian dan Pembagian Bilangan Rasional
 Jika , dan adalah bilangan-bilangan rasional maka

 1. Perkalian bilangan rasional bersifat tertutup adalah bilangan rasional sedangkan operasi pembagian
bersifat tidak tertutup.
 2. Perkalian bilangan rasional bersifat komutatif (.

 3. Perkalian bilangan rasional bersifat asosiatif .

 4. Perkalian bilangan rasional mempunyai unsur identitas yang tunggal sehingga (1 adalah bilangan rasional
karena dapat dinyatakan sebagai pecahan dengan ).

 5. Kecuali , semua bilangan rasional yang lain mempunyai invers terhadap , yaitu berarti
dan saling invers. Invers terhadap disebut kebalikan , yaitu .

 6. Perkalian sebarang bilangan rasional dengan adalah , yaitu .


7. Perkalian bilangan rasional adalah tunggal.

 
8. Perkalian bilangan rasional bersifat distributif terhadap +, yaitu dan
Urutan Bilangan Rasional

Definisi 4.8

 Jika dan adalah sebarang dua bilangan rasional yang penyebutnya positif, yaitu ( dan ) maka = jika dan
hanya jika dan < jika dan hanya jika .

3
  = 12
Contoh:
7 28
 Sebab dan

 
Sehingga
 2 < 3
3 4
 Sebab dan

Sehingga
 
Sifat-sifat Urutan Bilangan Rasional
 
1. Sifat trikotomi: jika dan adalah sebarang dua bilangan rasional dengan dan maka berlaku: , atau

 2. Jika adalah bilangan-bilangan rassional dan maka:

 a.

 b. jika

 c. jika

 3. Sifat transitif: Jika dan maka

 
4. Sifat kepadatan (dense): Jika dan adalah sebarang dua bilangan rasional yang tidak sama, dan , maka
tentu ada bilangan rasional sehingga .
Kegiatan Belajar 2:

Kesulitan Belajar dan Pembelajaran Bilangan


Rasional

Fakta: banyak siswa SD


mengalami kesulitan dalam
memahami konsep pecahan
dan operasi Saran: guru memanfaatkan
benda – benda manipulatif
Konsep pecahan dan keadaan realistik
dan operasinya
sangat penting
Beberapa Kesulitan Siswa dan Cara
Mengatasinya :
Pecahan pada prinsipnya menyatakan
beberapa bagian dari sejumlah bagian
1. Siswa kurang tahu
yang sama.
makna dari pecahan a. Lembaran – lembaran kertas.
b. Potongan karton dengan
berbagai warna dan bentuk.
• 2. Siswa kurang memahami perkalian bilangan
asli dengan pecahan.

Cara mengatasinya :
- Ambil karton dengan warna
– warna yang berbeda.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami
pecahan – pecahan senilai.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam
membandingkan dan mengurutkan pecahan
4. Siswa mengalami kesulitan dalam
membandingkan dan mengurutkan pecahan
5. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari
hasil pembagian.
6. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil pembagian
sembarang pecahan.
7. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
7. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Kegiatan Belajar 3:

Perluasan Nilai Tempat Desimal


Sistem numerasi desimal adalah sistem numerasi yang berbasis sepuluh, artinya
bilangan 10 dipakai sebagai acungan pokok dalam melambangkan dan menyebutkan
bilangan. Sistem ini berasal dari sistem Hindu-Arab. Beberapa sifat sistem numerasi
desimal adalah:

1. Menggunakan 10 lambang yang disebut angka (digit), yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9


2. Lambang bilangan dari 0 sampai dengan 9 mempunyai lambang yang sama
dengan lambang-lambang angka

3. Bilangan-bilangan yang lebih dari 9 dinyatakan sebagai suku-suku penjumlahan


perpangkatan daru 10

4. Bersifat aditif
5. Bersifat posisional
Penulisan bilangan dalam bentuk posisional misalnya 12, 345, 4978, dan 56192, disebut
dalam bentuk baku (standar form), dan penulisan bilangan yang dinyatakan sebagai
suku-suku penjumlahan perpangkatan 10 disebut dalam bentuk panjang (expanded
form)
Contoh :
1. 23 = 2 x 10 + 3
2. 2749 = 2 x 1000 + 7 x 100 + 4 x 10 + 9
Ruas kiri adalah bentuk baku, dan ruas kanan adalah bentuk panjang. Jika kelipatan-
kelipatan 10 ditulis dalam bentuk pangkat (eksponen), maka diperoleh bentuk panjang
yang lebih sederhana.
Contoh:
1. 2749 = 2 x + 7 x + 4 x 10 + 9
2. 4562718 = 4 x + 5 x + 6 x + 2 x + 7 x + 1 x 10 + 8  
Dari himpunan semua bilangan rasional, ada himpunan bagian bilangan rasional yang memerlukan
perhatian khusus, yaitu bilangan-bilangan pecahan yang penyebutnya 10, 100, 1000 atau sebarang
kelipatan 10

Definisi 4.1
Untuk b Z dan sekarang n , Z adalah himpunan bilangan bulat
(sebanyak n factor)  
dan

b disebut dengan basis.


Dari definisi 1 dapat diketahui jika basis b = 10, maka:
•= 1 
(sebanyak n factor)
Dan =
Berdasarkan definisi 1 ini, sistem nilai tempat untuk bilangan bulat dapat diperluas (extended) ke
bilangan rasional. Ada kelompok bilangan rasional yang memerlukan perhatian khusus, yaitu
pecahan-pecahan yang penyebutnya perpangkatan dari 10, yaitu mempunyai penyebut 10n ( n ϵ Z+)
Perluasan sistem nilai tempat berupa pengembangan bentuk baku penulisan menjadi 2 arah yaitu
ke kiri, dan ke kanan, dilihat mulai dari angka satuan. Jika dilihat dari tempat satuan, maka arah ke
kiri menyatakan an x 10n ( n ϵ Z+). Dengan memperluas tempat dan arah, di sebelah kiri dan di
sebelah kanan angka satuan, yang mana arah ke kanan menyatakan an x 10-n, maka pola
pengembangan penulisan nilai tempat yang diperluas menjadi sebagai berikut:
... a3 a2 a1 a0 a1 a2 a3 ...
... 10 3
10 2
10 1
10 0
10 -1
10 -2
10 -3
...
... a3 x a2 x a1 x a0 x a1 x a2 x a3 x ...
103 102 101 100 10-1 10-2 10-3

Di dalam penulisan , untuk menandai bagian yang mengarah ke kiri, digunakan lambang (koma),
diletakkan di antara a0 dan an. Lambang 0 (nol) ditulis sebelum koma jika bagian ke kiri tidak ada.

Contoh 4.3:
1. 2135,413 = 2 x 103 + 1 x 102 + 3 x 101 + 5 x 100 + 4 x 10-1 + 1 x
10-2 + 3 x 10-3
2. 0,325 = 3 x 10-1 + 2 x 10-2 + 5 x 10-3
 Sebagai pernyataan bilangan rasional, pecahan dapat disebut:

1. Pecahan biasa jika q + p dan q ≠ 0;


2. Pecahan sejati jika p < q;
3. Pecahan tidak sejati jika p > q;
4. Pecahan campuran jika dapat ditulis sebagai a dengan adalah pecahan sejati
5. Pecahan sederhana jika (p,q) = 1 dan p < q.
Contoh :
adalah pecahan biasa sebab 5 + 12 dan 5 ≠ 0.
12/5 bukan pecahan sejati (pecahan tidak sejati) sebab 12 > 5.
12/5 adalah pecahan campuran sebab dapat ditulis sebagai 2 , dan
adalah pecahan sejati
Dalam sistem numerasi desimal yang diperluas, setiap bilangan
rasional dapat dinyatakan dalam notasi desimal. Lambang
bilangan rasional dalam notasi desimal disebut pecahan
desimal. Wujud bilangan rasional dalam pecahan desimal dapat
dibedakan menjadi:
1.Desimal berakhir (terminating decimal), yaitu desimal-
desimal yang mengandung sejumlah terhingga angka, dan
dapat dinyatakan dalam bentuk ................, a ϵ Z, m dan n
adalah bilangan-bilangan cacah.
2.Desimal berulang/periodik (periodic repeating decimal), yaitu
desimal-desimal yang mengandung serangkaian terhingga
angka-angka yang berulang secara terhingga.
 Contoh 4.5:
1) Pecahan desimal adalah 0,3
Pecahan desimal adalah 0,15
 
2) = = = = 0,25
 
3) , , dan adalah desimal-desimal berakhir karena lambang desimal masing-masing mengandung sejumlah terhingg
angka dan dapat dinyatakan sebagai
4) Lambang desimal bilangan rasional pecahan dapat diperoleh dengan cara pembagian biasa,
5) Bilangan-bilangan rasional pecahan dan tidak mudah ditulis dalam bentuk pecahan desimal dengan menggunak
cara seperti pada contoh 5.
 6)Pecahan desimal berakhir dapat dinyatakan sebagai desimal berulang dengan
menambahkan angka-angka nol setelah angka terakhir, misalnya:
0,25 = 0,25000 0,075 = 0,07500
7) Pecahan tidak sejati dapat diubah menjadi pecahan campuran kemudian dapat
dinyatakan sebagai pecahan desimal dengan menggunakan koma, misalnya:
8) Lambang desimal yang tidak berakhir dan tidak berulang bukan merupakan
bilangan rasional, sehingga tidak bisa dinyatakan sebagai pecahan (p, q B dan q 0)
Misalnya 0,345124367891……
9) Bilangan-bilangan desimal yang berakhir atau berulang dapat dinyatakan sebagai
bilangan rasional pecahan .........................
Untuk bilangan yang cukup besar atau cukup kecil dalam basis 0 atau system decimal terdapat cara penulisan
notasi ilmiah baku.
  𝑏 × 10 𝑛 , 1 ≤|𝑏|< 10 , 𝑛 ∈ 𝐵
 Contoh:
1) 4 =4
2) 5697 = 5697

Didalam suatu perhitungan atau kalkulasi, yang didahului dengan proses sejumlah operasi bilangan desimal
( penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), hasil yang diperoleh memuat sederetan angka yang cukup
panjang, sehingga pada batas-batas tertentu deretan angka yang cukup panjang tersebut dipandang kurang
bermakna dan perlu dipendekkan dengan alasan-alasan tertentu cara memendekkan bilangan desimal ini disebut
membulatkan (rounding off). Hasil pembulatan disebut nilai pendekatan menurut tempat desimal yang dikehendaki,
yaitu:
1. Pembulatan sampai satuan terdekat, puluhan terdekat, ratusan terdekat, ribuan terdekat, sepuluh ribuan
terdekat dan seterusnya,.
2. Pembulatan sampai persepuluhan terdekat (satu tempat desimal), perseratusan terdekat (dua tempat desimal),
perseribuan terdekat (tiga tempat desimal), dan seterusnya.
Cara memperoleh nilai pendekatan adalah sebagai berikut:
1. Tentukan letak pendekatan yang dikehendaki
2. Jika angka di sebelah kanan letak pendekatan adalah kurang dari 5, maka semua bilangan di
sebelah kanan dibuang atau dihapus.
3. Jika angka di sebelah kanan letak pendekatan adalah 5 atau lebih dari 5, maka tambahan 1 pada
angka letak pendekatan, dan semua bilangan di sebelah kanan dibuang atau dihapus.
 
Contoh :
1) 27654,64735 dibulatkan sampai satuan terdekat adalah 27655
2) 27654,64735 dibulatkan sampai puluhan terdekat adalah . . . .
Masalah Pembelajaran Pecahan Desimal
 1. Siswa kurang memahami makna antara lain 2,25 dan 2 sebagai pernyataan yang sama suatu bilangan.
2. Banyak siswa belum memahami translasi kesejajaran perhitungan yang melibatkan notasi pecahan
dan notasi desimal.
3. Banyak siswa belum terampil menjumlahkan (bersusun) dengan pecahan desimal.
4. Banyak siswa belum terampil mengganti nama pecahan menjadi desimal dengan menggunakan
pembagian.
5. Banyak siswa masih mengalami kesulitan dalam mengalikan desimal
6. Banyaknya siswa masih mengalami kesulitan dalam membagi desimal.
Persen

  Istilah persen adalah nama lain dari Perseratusan, sehingga kata persen dapat digunakan untuk mengganti
kata perseratus.
 
Beberapa masalah atau kesulitan yang mungkin dihadapi atau dialami oleh para siswa:
1. Kesulitan mengkaitkan pecahan dan persen, misalnya mengisi jawaban:
2. Menyatakan suatu bilangan sebagai persen dari bilangan yang lain, yaitu: a adalah beberapa persen dari b?
3. Kesulitan menyatakan suatu bilangan pecahan dalam persen karena penyebut pecahan bukan merupakan
faktor dari 100.
4. Kesulitan mengkaitkan dengan keadaan yang realistik, yaitu permasalahan yang terkait dengan keadaan
sehari-hari para siswa
Rasio

Suatu rasio suatu pasangan terurut bilangan atau pengukuran yang digunakan untuk menyatakan perbandingan
bilangan atau pengukuran. Permasalahan sehari-hari terkait dengan rasio bilangan atau pengukuran antara lain
adalah panjang atau jarak terhadap waktu, jumlah barang dan harga barang, panjang dengan panjang, luas
dengan luas, isi dengan isi, berat barang dengan harga barang, nilai uang dengan nilai uang, umur orang dengan
umur orang, dan temperatur (suhu) dengan temperatur.
 
 
Beberapa masalah atau kesulitan yang mungkin dihadapi atau dialami oleh para siswa :
1. Kesulitan menggunakan pecahan atau bilangan rasional untuk menunjukkan perbandingan situasi tertentu
2. Kesulitan menyatakan perbandingan dalam bentuk pembagian dan pecahan
3. Kesulitan memahami hubungan kesebangunan dalam geometri dengan pecahan yang bersesuaian untuk
menyatakan perbandingan untuk menyelesaikan masalah mereka, gunakan bangun-bangun geometri
tertentu, misalnya persegi panjang dan segitiga siku-siku
4. Kesulitan memahami tentang skala
Proporsi

  Pada saat siswa mempelajari dan berlatih tentang rasio, atau perbandingan, mereka mulai mempunyai
pengalaman tentang berbagai perbandingan, mereka mulai mempunyai pengalaman tentang berbagai
perbandingan, termasuk perbandingan-perbandingan yang mempunyai rasio sama. misalnya, dalam
kesebangunan geometri, rasio sebarang dua sisi dari bangun yang lebih kecil sama dengan rasio sisi-
sisi yang bersesuian dari bangun yang lebih besar.
Suatu proporsi adalah pernyataan tentang kesamaan dua rasio.
Contoh:
 
Beberapa masalah atau kesulitan yang mungkin dihadapi atau dialami para siswa :
1. Kesulitan dalam memahami makna proporsi sebagai konsep yang lebih luas dari rasio.
2. Kesulitan dalam melakukan pilihan perhitungan untuk memperoleh suatu nilai yang tidak diketahui,
tetapi masih rasio.
Terima Kasih


Anda mungkin juga menyukai