Anda di halaman 1dari 23

TEMBUNG RANGKEP DAN

CAMBORAN
(KATA MAJEMUK)
Tembung Rangkep

Ada tiga kata majemuk atau reduplikasi


bahasa jawa, yaitu:

• Dwipurwa
1

• Dwilingga
2

• Dwiwasana
3
DWIPURWA

Dwipurwa adalah kata yang terdiri dari suku kata pertama dari
kata lingga atau suku kata pertama, contoh:

 Bungah (gembira/senang)→ bubungah → bebungah


(hadiah)
 Lara (sakit) → lalara → lelara (penyakit)
 Gaman (senjata) → gagaman → gegaman
(bersenjata)
 Resik (bersih) → reresik (bersih-bersih)
 Tenger (tanda) → tetenger (nama)
Kata jadian (Tembung adhahan) berasal dari kata dasar (tembung
lingga) yang di ater-ateri A- (nasal) bisa menjadi dwipurwa,
contohnya sebagai berikut.

o Pangan → mangan → mamangan → memangan (makanan)


o Tukang → nukang → nunukang → nenukang (Pekerjaan)
o Suwun → nyuwun → nyunyuwun → nyenyuwun (Terima
kasih)
o Colong → nyolong → nyonyolong → nyenyolong
(Mencuri)
o Gambar → nggambar → nggagambar → nggegambar
(Menggambar)
o Kemil → ngemil → ngegemil (ngemil)
Dwipurwa dapat mengubah kata lingga menjadi kata aran atau
kata benda seperti contoh di bawah ini.

 Bungah (bahagia/senang) → bebungah (hadiah)


 Lara (sakit) → lelara (penyakit)
 Reged (kotor) → rereged (kotoran)
 Suker (manis)→ sesuker
 Wadi (saru) → wewadi
 Geni (api)→ gegeni (menghangatkan tubuh)
 Resik (bersih)→ reresik (bersih-bersih)
 Suci → sesuci (bersuci)
 Takon → tetaton (bertanya)
 Tuku → tetuku (Membeli)
Kata bungah (senang), reged (kotor), suker (manis), lara (sakit), dan wadi
(saru) termasuk kata sifat, tetapi saat ia berubah menjadi bebungah (hadiah),
rereged (kotoran), sesuker, lelara, dan wewadi kata itu berubah menjadi kata
benda (tembung aran). Tembung resik (kotor) dan suci termasuk kata sifat,
sementara tembung takon (bertanya) dan tuku (membeli) termasuk tembung
kriya (kata kerja). Setelah menjadi reresik, sesuci, tetakon, tetuku, dan gegeni,
tembung itu semua berubah makna menjadi tembung kriya (kata kerja).
Dwipurwa juga disebut juga tembung kriya yang mengandung arti “terus-
terusan” utawa intensitas.

gegeni ‘terus-terusan anggone ana ing ngarep geni’


reresik ‘terus-terusan anggone resik-resik’
sesuci ‘terus-terusan anggone suci-suci awak’
tetakon ‘terus-terusan anggone takon’
tetuku ‘terus-terusan anggone tuku’
Dwipurwa bisa disisipkan imbuhan, tetapi hanya ditambahi ater-ater (penghubung) dan
penambang. Kata imbuhan –in-lan-um tidak bisa digunakan di Dwipurwa. Contohnya adalah
sebagai berikut.

• di- + tetangis → ditetangis (Membuat menangis)


• di + lelara → dilelara (Membuat sakit)
• A- + geguyu → nggeguyu (Menertawakan)
• A- + dedawa → ndedawa (Memperpanjang)
•  
• Tetenger + -an → tetengeran (Dinamai)
• Geguyu + -an → gegeyon (Bercandaan)
• Lelunga + -an → lelungan (Pergi)
• Wewadi + -e → wewedine
• Sesumbar + -e → sesumbare
• Cecawis + -e → cecawise
• Gegayuh + (-in-) → *ginegayuh
• Sesambat + (-in-) → *sinesambat
• Gegayuh + (-um-) → *gumegayuh
• Sesambat + (-um-) → *sumesambat
DWILINGGA

Dwilingga adalah kata lingga yang dirangkum. Kata lingga


bermakna bentuk dasar.

DWILINGGA WUTUH

DWILINGGA SALIN SUARA


Dwilingga Wutuh

Dwilingga wutuh adalah kata Takon  takon-takon (Bertanya-


tanya)
lingga yang tersusun utuh Watuk  watuk-watuk (Batk-batuk)
tanpa ada perubahan Celuk  celuk-celuk (Memanggil-
sedikitpun. manggil)
Dolan  dolan-dolan (Main-main)
Singsot  singsot-singsot
Gedhe  gedhe-gedhe
Gelem  gelem-gelem
Ayu  ayu-ayu (Cantik-cantik)
Pinter  pinter-pinter (Pintar-
pintar)
Bagus  bagus-bagus
Kata majemuk lingga biasanya mengandung arti (a) banyak (pluralitas). (b) suasana hati
(penekanan), (c) meskipun (praduga), dan/atau (d) selalu atau berulang (kebiasaan).
Contoh terlihat seperti kalimat dibawah ini:

1. Bocah-bocah dolanan ing lapangan. (Anak-anak bermain


dilapangan)
2. Kowe ora pareng bengok-bengok. (Kamu tidak boleh teriak-
teriak)
3. Gering-gering ning rak pinter.(Kurus-kurus tapi kan pintar)
4. Piye ta iki aku kok lali-lali bae. (Kenapa saya menjadi lupa-
lupa terus)
Ada kata yang bentuknya juga hampir mirip dengan tembung
dwilingga, akan tetapi sebenarnya tidak termasuk golongan dari
tembung lingga.
Contoh:

Abang-abang (merah-merah)
Ondhe-ondhe
Ugel-ugel
Alun alun (Pelan-pelan)
Uyeng-uyeng
Epek-epek
Arem-arem (Makanan yang dari nasi)
Anting-anting (Perhiasan Anting)
Ula-ula (Bagian anggota tubuh daerah punggung)
Dwilingga dapat diberi kata imbuhan berupa ater-ater,
seselan (kata seselan) atau penghubung. Contoh :

-Dialon-alonake ( di pelan-pelankan )
-Dibalang-balangake ( di lempar-lempari )
-Dilemes-lemesake (di lemes-lemesin )
-Dinesok-nesokake (dimarah-marahi)
-Jambak-jinambak (menarik dan ditarik rambutnya )
-Cokot-cinokot (gigit-menggigit )
Kata dasar (Dwilingga) yang mendapat kata imbuhan–an bisa mendapat arti:

‘Sama saja <kata dasar>’ atau ‘(resiprokal)’


‘Pembandingan <kata dasar>
‘Tidak sesungguhnya / hanya bermain <kata dasar>’
 

Contoh :
Takon-takonan (Saling bertanya)
Jiwit-jiwitan (Saling mencubit)
Omong-omongan (Saling berbicara)
Nesu-nesunan (Saling marah)
Tendhang-tendhangan (Saling menendang)
Ayu-ayunan (Pembandingan cantik)
Bagus-bagusan (Pembandingan ganteng )
Pinter-pinteran (Pembandingan pintar )
 
Dwilingga Salin Suara

Dwillingga salin swara adalah kata dasar yang terdiri dari perubahan
vokal. Umumnya yang di ubah adalah kata pertama.

Lingga Dwilingga Dwilingga Salin swara


bagus → bagus-bagus → bogas-bagus
celuk → celuk-celuk → celak-celuk
duren → duren-duren → duran-duren
gelem → gelem-gelem → gelam-gelem
idu → idu-idu → ida-idu
klambi → klambi-klambi → klomba-klambi
lara → lara-lara → lora-lara
manis → manis-manis → monas-manis
montor → montor-montor → montar-montor
rok → rok-rok → rak-rok
takon → takon-takon → tokan-takon
watuk → watuk-watuk → wotak-watuk
Kata dasar yang tersusun dari perubahan bunyi ini juga berarti (a) ‘banyak (pluralitas)’
dan atau (b) ‘berulang-ulang’ <dasar> atau ‘selalu’ <dasar>.

(1) a. Mbak Ita ora pareng bengak-bengok.


b. Wiwit mau bis iki mogak-mogok bae.
c. Solate jengkang-jengking ning karo kancane
drengkine ora jamak.
(2) a. Piye ta iki aku kok lola-lali bae.
b. Kowe kok ida-idu bae ana apa ta?
c. Bocahe gelem ora entuk aku? Yen aku ngono
gelam-gelem bae.

Kata bengak-bengok, mogak-mogok, dan jengkang-jengking dalam kalimat (1)


mengandung arti ‘banyak’ atau ‘pluralitas’, sedangkan lola-lali, ida-idu, dan gelam-
gelem dalam kalimat (2) mengandung arti ‘berulang-ulang <dasar>’ atau ‘selalu
<dasar>’.
Dwilingga salin swara juga bisa menambahkan imbuhan seperti
contoh di bawah ini.

bengak-bengok → mbengak-mbengoki
blesak-blesek → mblesak-mblesekake
celak-celuk → nyelak-nyeluk
egal-egol → megal-megol
ida-idu → ngida-ngidu
jolak-jaluk → njolak-njaluki
jowal-jawi; → njowal-njawili
tokan-takon → nokan-nakonake
tuka-tuku → nuka-nuku
uyah-uyuh → nguyah-nguyuh
Dwiwasana

Dwiwasana adalah kata yang merangkum suasana akhir atau merangkum akhir kata.
Contoh terlihat seperti berikut.)

Cingak Cingakngak Cingangak Cengingak (terkejut)


Cenges Cengesnges Cengenges (cengengesan)
Cengis Cengisngis Cengingis
Cekak Cekakkak Cekakakak (pendek)
Cethur Cethurthur Cethuthur

Dwiwasana seribu kata karena antara kata dwiwasana dan linggane ungkapannya
berjauhan. Jika ada makna, dwiwasana berbicara tentang sesuatu yang tidak konsisten
atau tidak stabil, tetapi mungkin juga mengandung makna yang berulang.
TEMBUNG
CAMBORAN

Kata camboran atau kata majemuk (composite) adalah kata dari dua kata
atau lebih yang bergabung menjadi satu dan kata tersebut menjadi kata
baru yang juga berarti peserta baru. Kata camboran dapat ditambahkan ke
kata sifat apapun.

anteng kitiran ‘ angel dibedhek’ (susah ditebak)


buntut urang ‘rambut kang njenthir ing githok’ (rambut yang
kurang)
dawa tangane ‘clemer’ (suka mencuri)
lareangon ‘araning ula’ (nama ular)
maratuwa ‘wong tuwane bojo’ (saudara)
 
Kata camboran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu camboran
wutuh dan camboran pecah.

• Camboran Wutuh
Kata camboran utuh adalah kata camboran yang terdiri dari
kata-kata yang masih utuh. Contohnya adalah sebagai berikut.
gantung siwur (tergantung terbalik) kalamenjing
wedhak pupur (merica bubuk) sisikmelik
semar mendem (makanan dari ketan) raja lele (nama beras
yang enak)
nagasari
• Camboran Tugel
Camboran tugel adalah kata camboran yang terdiri dari kata yang
masih utuh dan kata wancahan, atau wancahan. Contohnya adalah
sebagai berikut:

Panstis → panas + atis


naksanak → anak + sanak
botrepot → abot + repot
kakkong → tungkak + bokong
Kata Camboran memiliki berbagai arti; ada arti perubahan total; ada arti meringkas
(spesifik); ada arti menyerang (intensitas); ada juga arti sanepan (kiasan).

• Kata Camborang Yang Berarti Mengubah Segalanya


Semar mendem arane panganan saka ketan ʹ ( nama makanan yang terbuat dari ketan)
randha royal ʹ tape goreng ʹ
kudhi pacul ʹ alasan ʹ
lareangon ʹ araning ula ʹ ( nama ular )
raja lele ( nama beras yang enak ) araning beras kang enak ʹ (nama nasinya enak )

• Kata majemuk yang artinya khas atau spesifik


Klengkeng lanang (pohon klengkeng yang tidak pernsh berbuah) wit klengkeng kang
ora tau awoh
Salak kembang (pohon salak yang tidak pernah berbuat) wit salak kang ora tau awoh ʹ
Wedhus kacang ( kambing yang tidak bisa besar ) wedhus kang ora bisa gedhe ʹ
tela gantung (ketela yang bergelantungan/ papaya) tela kang gumantung ʹ utawa ʹ
kates ʹ
tela rambat (ubi jalar) tela pendhem ʹ
• Kata majemuk yang artinya melebih-lebihkan (intensitas)

ireng thuntheng (hitam sekali) ireng banget ʹ


tumpuk undhung (bertumpuk-tumpuk) tumpuk-tumpuk ʹ
peteng dhedhet (gelap sekali) peteng banget ʹ
cilik menthik (kecil banget) cilik banget ʹ
putih memplak (putih sekali) putih banget

 
• Kata majemuk yang artinya perlambangan (kiasan)

nyolong pethek ʹ ora ngira / ora nyangka ʹ ( tidak mengira/tidak menyangka)


kembang lambe ʹ dadi grenengan ʹ (buah bibir)
kuping wajan ʹ ndablegʹ (tidak mendengarkan petuah
gedhe endhase ʹ umuk ʹ ( sombong, congkak)
dawa tangane ʹ clemer / seneng nyolong ʹ ( suka mencuri )
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai