Anda di halaman 1dari 17

Hukum Perikatan

Perjanjian Jual Beli & Sewa


Menyewa

DOSEN PENGAMPU: SASMIAR, S.H., MH


Kelompok 4
DEA FITRI NATALIA SINAGA B10020414
B10020426
ISTIJABATUL AULYA RIO B10020441
TOBING B10020443
M. DENY NESVITA B10020421

NAOMI CHRISTABELL
GULTOM
REGINA SINULINGGA
PENGERTIA
N
Jual beli adalah perjanjian timbal balik dalam mana
pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian antara pihak
hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya penjual dan pihak pembeli, dimana pihak penjual
(si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri mengikatkan diri untuk menyerahkan hak miliknya atas
atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak sesuatu barang kepada pembeli, dan pembeli
milik tersebut.98 Jual beli menurut Pasal 1457 Kitab mengikatkan dii untuk membayar harga barang itu
Undang-Undang Hukum Perdata, mengatakan jual beli dengan uang, sesuai dengan yang telah disepakati dalam
adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu perjanjian mereka.101 Objek dari suatu perja njian jual
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu beli adalah hak milik suatu barang, dengan kata lain
kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga tujuan pembeli adalah pemilikan suatu barang
yang telah dijanjikan.
UNSUR-UNSUR PERJANJIAN JUAL
BELI
01 Subyek Jual Beli
Subyek jual beli adalah pihak-pihak dalam perjanjian. Sekurangkurangnya ada dua pihak, yaitu
penjual yang menyerahkan hak milik atas benda dan pembeli yang membayar harga dari benda
tersebut.

02 Status Pihak-Pihak
Pihak penjual atau pembeli dapat berstatus pengusaha atau bukan pengusaha.

03 Peristiwa Jual Beli


Peristiwa jual beli adalah saling mengikatkan diri berupa penyerahan hak milik dan
pembayaran harga.

04 Objek Jual Beli


Objek jual beli adalah barang dan harga. Barang adalah harta kekayaan yang berupa benda
materialm benda immaterial, baik bergerak maupun tidak bergerak.
Unsur Perjanjian Jual Beli (KUHPer Pasal 1465)

1 Harga
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata istilah
“harga” mempunyai arti yang neutral, tapi dalam Pasal 1457
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, istilah harga tidak
mungkin berarti lain daripada suatu jumlah alat pembayaran
yang sah. Harga haruslah berupa sejumlah uang, karena bila
tidak demikian maka tidak ada perjanjian jual beli.

2 Barang
Dalam klasifikasi harta kekayaan, salah satu jenis harta kekayaan
adalah barang. Barang adalah benda yang memiliki bentuk nyata (materi,
wujud) sehingga dapat dilihat atau dipegang. Barang disebut juga benda
material atau benda berwujud, dalam bahasa Belanda disebut lichamelijke zaak.
Prof. Subekti dalam karta terjemahan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menerjemahkan good dengan barang, dan lichamelijke zaak dengan benda
bertubuh. Setiap barang selalu ada pemiliknya, yang disebut pemilik
barang. Pemilik barang mempunyai hak atas barang miliknya yang lazim
disebut hak milik
Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Jual Beli

Hak dan Kewajiban Penjual Hak dan Kewajiban Pembeli


Menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Hak pembeli adalah menuntut penyerahan barang yang telah
hak penjual adalah menuntut harga pembayaran atas barang- dibelinya dari si penjual, sedangkan kewajibannya adalah
barang yang diserahkannya kepada pembeli, sedangkan membayar harga pembelian pada waktu dan tempat sebagaimana
yang ditetapkan di dalam perjanjian mereka.109 Menurut Pasal
kewajiban penjual adalah menyerahkan barang ke dalam
1514 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jika pada waktu
kekuasaan dan kepunyaan si pembeli dan menanggung
membuat persetujuan tidak ditetapkan tentang itu, pihak pembeli
terhadap barang yang dijual itu. Mengenai “menanggung”,
harus membayar di tempat dan pada waktu di mana penyerahan
lebih lanjut diatur dalam Pasal 1491 Kitab Undang-Undang
harus dilakukan
Hukum Perdata, yang mengatakan bahwa kewajiban dari
penjual adalah menjamin bahwa penguasaan benda yang
dijual oleh si pembeli berlangsung secara aman dan
menjamin terhadap adanya cacat tersembunyi.
Resiko daLam Perjanjian Jual
Beli

Jika obyek jual beli adalah barang tertentu, Jika obyeknya barang timbangan, ukuran; risiko
tetap pada penjual sampai dengan penyerahan
maka risiko beralih pada pembeli sejak
barang. Larangan untuk mengadakan jual beli
adanya sepakat
antara lain berlaku terhadap
Larangan untuk mengadakan jual beli antara lain
berlaku terhadap:

1 Larangan jual beli antara suami isteri

2 Larangan jual beli antara hakim, jaksa, notaris, pengacara, panitera, jurusita dengan
pihak yang barang-barangnya ada hubungannya dengan tugas yang mereka jabat

Larangan membeli bagi para pegawai yang bertugas langsung melaksanakan dan
3
menyaksikan penjualan barang atas barang-barang tersebut.
Berakhirnya
Perjanjian Jual
Beli • Segala hak dan kewajiban dari masing-masing pihak
terpenuhi sesuai dengan perjanjian.
Menurut Abdulkadir Muhammad,
berakhirnya jual beli secara normal
adalah setelah penjual dan pembeli
memenuhi kewajiban masing-masing • Kedua belah pihak sepakat untuk memutuskan
sesuai dengan kesepakatan mereka.
perjanjian setelah adanya pengiriman atau
Tetapi secara tidak normal ada
beberapa hal yang dapat penerimaan barang di tempat pembeli.
mengakibatkan perjanjian jual beli
berakhir atau putus. Hal-hal tersebut
adalah:
• Pemutusan perjanjian secara sepihak.
SEWA MENYEWA
Pengertian Perjanjian Sewa Menyewa
Sewa-menyewa atau perjanjian sewa-menyewa diatur dalam pasal
1548 s.d. pasal 1600 KUHPerdata. Ketentuan yang mengatur
tentang perjanjian sewa-menyewa terdapat dalam pasal 1548
KUHPerdata yang menyebutkan :

“Sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak satu


mengikatdirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya
kenikmatan dari sesuatubarang, selama suatu waktu tertentu dan
dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut terakhir
disanggupi pembayarannya.”
Unsur-unsur Perjanjian Sewa-menyewa:

• Adanya pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa

• Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak

• Adanya objek sewa menyewa

• Adanya kewajiban dari pihak yang menyewakan untuk menyerahkan


kenikmatan kepada pihak penyewa atas suatu benda

• Adanya kewajiban dari penyewa untuk menyerahkan uang sewa kepada


pihak yang menyewakan
Dari ketentuan Pasal 1548 KUHPerdata, terdapat beberapa
unsur penting dalam perjanjian sewa-menyewa, yaitu :

Perjanjian Kewajiban Jangka Waktu


Dalam Pasal 1313 KUHPerdata, Para Pihak Dimana pihak yang
Berdasarkan rumusan dari Pasal 1548
secara tegas diatur bahwa menyewakan (pemilik) memiliki
KUHPerdata dikatakan bahwa sewa
Perjanjian adalah suatu perbuatan kewajiban untuk menyerahkan
menyewa itu berlangsung selama waktu
dengan mana satu orang atau lebih barangnya untuk dinikmati oleh
tertentu, yang berarti bahwa dalam
mengikatkan dirinya terhadap satu pihak penyewa, sedangkan pihak
perjanjian sewa-menyewa harus selalu
orang lain atau lebih. penyewa memiliki kewajiban
ditentukan jangka waktu tertentu, tetapi
untuk melakukan pembayaran
dalam perjanjian sewa-menyewa itu dapat
harga sewa
juga tidak ditetapkan suatu jangka waktu
tertentu asalkan sudah disetujui harga sewa
satu bulan dan lain-lain.
Subjek dan Objek Sewa-menyewa

A. Pihak yang Menyewakan


Kewajiban (Pasak 1550 KUHPerdata):
• Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa
• Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa sehingga barang
tersebut dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan
• Memberikan si penyewa kenikmatan yang tenteram dari pada barang
yang disewakan selama berlangsungnya sewa-menyewa
Hak (pasal 1548 KUHPerdata):
• Menerima uang sewa sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan dalam perjanjian
• Menegur penyewa apabila penyewa tidak menjalankan
kewajiabannya dengan baik.
B. Pihak Penyewa
• Memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik, sesuai dengan
tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika
tidak ada perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan
berhubungan dengan keadaan
• Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan
• Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama sewa-menyewa, kecuali
jika penyewa dapat membuktikan bahwa kerusakan tersebut terjadi bukan
karena kesalahan si penyewa
• Mengadakan perbaikan-perbaikan kecil dan sehari-hari sesuai dengan isi
perjanjian sewa- menyewa dan adat kebiasaan setempat.
• Pihak penyewa juga memiliki hak, yaitu:
• Menerima barang yang disewa
• Memperoleh kenikmatan yang tenteram atas barang yang disewanya
selama waktu sewa
• -Menuntut pembetulan-pembetulan atas barang yang disewa, apabila
pembetulan- pembetulan tersebut merupakan kewajiban pihak yang
menyewakan.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA
PERJANJIAN SEWA BELI DENGAN SEWA- MENYEWA

A. PERSAMAAN
• Perjanjian sewa beli dan sewa-menyewa merupakan suatu perikatan yang bersumber pada
perjanjian dan untuk sahnya perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang
ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
• Adanya kewajiban untuk menyerahkan barang oleh penjual pada sewa beli dan pihak yang
menyewakan dalam sewa-menyewa.
• Penjual dalam sewa beli dan penyewa dalam sewa-menyewa berkewajiban untuk memelihara
barang yang sudah dalam penguasaannya sebagai bapak rumah tangga yang baik.
• Penjual dalam sewa beli dan pihak yang menyewakan dalam sewa-menyewa berkewajiban
untuk memberikan kenikmatan tenteram dan damai serta tidak adanya cacat tersembunyi pada
barang yang dijual pada sewa beli dan yang disewakan pada sewa-menyewa.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA
PERJANJIAN SEWA BELI DENGAN SEWA- MENYEWA

B. PERBEDAAN
• Pengertian sewa-menyewa hanya untuk memberi kenikmatan atas benda atau barang yang disewakan.
Oleh karena itu dalam sewa-menyewa tidak hanya pemegang hak milik atas barang saja yang dapat
menyewakan, tetapi dapat pula dilakukan oleh pemegang hak yang lain, misalnya pemegang hak
memungut hasil, sedangkan pada sewa beli yang mempunyai tujuan untuk mengalihkan hak milik,
penjual harus benar-benar pemegang hak milik dari barang sewa beli.
• Undang-Undang memberi kemungkinan bentuk perjanjian sewa-menyewa diadakan secara tertulis
atau lisan, sedangkan perjanjian sewa beli menurut kebiasaan harus dilakukan secara tertulis.
• Risiko dalam perjnjian sewa-menyewa diatur dalam Pasal 1553 KUH Perdata, yaitu bila barang yang
disewa itu musnah, karena suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa-
menyewa batal demi hukum, dan risikonya harus dipikul oleh pihak yang menyewakan sebagai
pemilik barang atau rumah.
pasangan istri namanya suami
saling sayang dan kolaboratif
cukup sekian presentasi kami
semoga dapat kesan yang positif

Anda mungkin juga menyukai