Kel.7 - Dekorasi Pernikahan Bali
Kel.7 - Dekorasi Pernikahan Bali
Pernikahan Bali
Nama kelompok :
Angkul-angkul adalah gapura dengan ukiran khas Bali yang biasanya diletakkan di
depan pintu masuk. Angkul-angkul biasanya dijumpai di depan pintu rumah masyarakat
Bali, tapi selain itu juga digunakan sebagai dekorasi pernikahan Bali. Bisa dikatakan kalau
angkul-angkul ini dianggap sebagai gapura untuk menyambut tamu datang. Tapi selain itu,
penggunaan angkul-angkul sebagai dekorasi pernikahan Bali ini dimaksudkan supaya
acara pernikahan bisa terhindar dari gangguan segala sesuatu yang berbau hal gaib. Ciri
khas lainnya dari angkul-angkul ini adalah pada bagian kanan kirinya terdapat tiang atau
penyangga yang meliuk ke bawah. Tiang kanan kirinya ini dinamakan sebagai apit lawang
yang berfungsi menjaga keamanan dari segala macam gangguan.
Pada umumnya, masyarakat Bali beragama Hindu. Oleh sebab itu
dekorasi yang digunakan pada pintu masuk akan sangat berwarna seperti
pemberian janur yang dilengkungkan di depan pintu masuk acara.
Janur
Janur merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut pelepah daun mudah
yang diperoleh dari tanaman kelapa yang banyak ditemui di berbagai wilayah
Indonesia. Pelepah muda ini biasanya berwarna kuning keputihan. Bagi masyarakat
Bali, janur disebut juga dengan penjor yang menandakan adanya upacara pernikahan.
Selain itu janur penjor juga merupakan simbol dari keberkahan. Penjor sendiri terbagi
menjadi dua jenis yaitu penjor sakral dan penjor hiasan. Karena penjor ini digunakan
sebagai dekorasi pernikahan, maka yang digunakan adalah penjor hias. Penjor khas
Bali ini berbeda dengan janur kuning yang umumnya digunakan pada pernikahan
masyarakat Jawa dan Sumatera. Bentuk penjor ini sangat besar tinggi. Tingginya ini
ada yang mencapai hingga lima meter lebih. Tak hanya itu saja, penjor khas Bali ini
juga memiliki bentuk yang lebih rumit.
Pada pelaminan pernikahan khas Bali biasanya menggunakan miniatur gapura
Bali yang diletakkan di belakang pelaminan maupun di pintu masuk acara.
Bentuk gapura ini terinspirasi dari Gapura Candi Bentar yaitu pintu gerbang
rumah adat Bali. Pada gapura ini terdiri dari dua buah candi yang memiliki
bentuk yang sama dan terbelah dibagian tengahnya sehingga membentuk
dua sisi yang sempurna. Pada umumnya penggunaan pelaminan dengan latar
gapura ini identik dengan pelaksanaan resepsi pernikahan yang mengusung
konsep tradisional dan sederhana.
Kain poleng memiliki motif kotak-kotak
dengan dominasi warna hitam dan
putih. makna dari motif kain poleng
ini adalah menunjukkan simbol
keseimbangan antara kanan dan kiri
atau atas-bawah. Bagi masyarakat
Bali, kain poleng melambangkan
keberuntungan, oleh sebab itu
menambahkan kain poleng sebagai
hiasan di pelaminan akan memiliki
makna yang dalam.
Kain poleng yang akan digunakan untuk dekorasi bisa ditambahkan di sisi sebelah kanan dan kiri
pelaminan dengan cara dililitkan ke tiang-tiang kecil. Kain poleng ini bisa dijadikan dekorasi tambahan
dengan cara melilitkan kain pada sisi kanan dan kiri pelaminan pengantin.
Tedung atau pajeng.
Tedung seolah menjadi ciri khas dekorasi khas Bali yang tak hanya bisa
dijumpai di rumah-rumah masyarakat Bali, tapi juga di beberapa tempat
lainnya seperti di rumah makan khas Bali, hotel-hotel di Bali, hingga
digunakan sebagai dekorasi pernikahan Bali. Tedung ini bisa diletakkan
pada pintu masuk acara pernikahan, tapi juga diletakkan di samping kanan
dan kiri pelaminan pengantin. Meski bentuknya seperti payung, tapi tedung
ini fungsinya bukanlah sebagai payung yang digunakan untuk melindungi
kita saat hujan atau panas, melainkan digunakan sebagai dekorasi yang
juga bermakna sebagai pelindung, hanya saja untuk melindungi pemiliknya
dari roh-roh jahat yang menganggu.
Tedung memiliki bentuk seperti payung pada umumnya, hanya saja rangkanya ini bukan terbuat dari besi
melainkan dari bambu, sementara untuk tiang atau gagangnya dari kayu. Ukurannya cukup besar dan
tiangnya ini sangat panjang. Rata-rata panjang tedung bisa mencapai 1-3 meter lebih.
Gebongan
Gebogan adalah sesaji yang sebenarnya digunakan pada upacara
keagamaan umat Hindu. Tapi juga sering digunakan sebagai dekorasi
pernikahan Bali. Gebogan ini berbentuk seperti menara dengan
wadah penyangga dari bahan kayu atau anyaman bambu di bagian
bawahnya yang dinamakan sebagai dulang. Dulang berbentuk bundar
dan memiliki beberapa tingkatan. Semakin ke atas, maka ukurannya
akan semakin kecil.
Gebogan bisa berisi buah-buahan atau roti yang disusun keatas hingga membentuk bentuk gunung.
Buah-buahan yang sering dipilih untuk gebogan adalah buah apel, pir, jeruk dan pisang. Seluruh buat
tersebut dirangkai dan dihias dengan menggunakan janur. Gebogan dapat diletakkan di sisi kiri dan
kanan pelaminan pengantin. Gebogan ini akan membuat suasana pelaminan menjadi lebih klasik.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, gebogan daun lontar dan gebogan buah juga digunakan
sebagai dekorasi untuk menghias pelaminan.
Dalam pernikahan adat Bali menggunakan berbagai dekorasi dengan warna yang berkaitan
dengan adat Bali seperti putih dan kuning. Warna putih dan kuning sering digunakan
sebagai warna dasar dalam berbagai dekorasi. Warna ini dikenal sebagai warna yang
melambangkan kesejahteraan sehingga sangat tepat digunakan dalam pernikahan
Bali Tradisional
Dekorasi pernikahan bali tradisional memiliki
semua ciri khas, mulai dari adanya angkul-
angkul, kain poleng, tedung, dan gebongan.
Meski demikian, biasanya ada yang
menggunakan dan ada juga yang tidak.