Anda di halaman 1dari 17

TRANSAKSI ANTAR

PERUSAHAAN (JUAL – BELI ASET)


Nama Anggota:
1. Maya Istafada O
2. Ismail Hasan
3. Tito Cahyananda P
4. Ifa Fatmawati
5. Rizki Rahmawati
6. Jahari Adnan
7. Nurjami Wijaya
8. Sri Mulyani
9. Maya Kristiani
Transaksi antar perusahaan –aset dan
kertas kerja konsolidasi
Transaksi jual-beli antarperusahaan
menyebabkan keterkaitan akun-akun perusahaan
dalam hubungan induk-anak:
Akun “penjualan” dan akun “pembelian (jika
diterapkan metode periodik)” atau “HPP (jika
diterapkan metode perpetual)”
Akun “utang usaha” dan akun “piutang” atas
penjualan-pembelian yang belum dilunasi.
Laba antar perusahaan dan persediaan
Pencatatan jurnal untuk transaksi jual-
beli barang dagangan
- Pihak penjual :
 Piutang usaha/kas xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan xxx

- Pihak pembeli :
 Pembelian xxx
Hutang dagang xxx

Metode perpetual
 Persediaan xxx
Hutang usaha xxx
Jurnaleliminasi laba antarperusahaan atas
persediaan :
◦ HPP xxx
Persediaan xxx
Jikalaba dapat direlaisasi, maka harus dilakukan
koreksi kembali,
◦ Transaksi downstream :
 Investasi dalam saham xxx
Hpp xxx
- Transaksi upstream :
 Investasi dalam saham biasa xxx
 Kepentingan non pengendali xxx
 Hppxxx
Contoh
Entitasinduk menguasai 80% saham entitas anak. Data
transaksi antara induk – anak adalah sbb :
◦ Pada tahun 2011, terjadi jual beli barang dagangan
antarperusahaan sebesar Rp. 10.000.000 dengan keuntungan 40%.
◦ Persediaan dicatat dengan metoda perpetual.
◦ Pada akhir tahun 2011 pembeli masih memiliki 25% barang
dagangan tersebut.
◦ Hingga akhir tahun 2011 jual beli barang dagangan tersebut baru
mencapai Rp. 7 jt
◦ Tahun 2012 terjadi kembali jual beli antarperusahaan sebesar 15 jt
dengan keuntungan 40%
◦ Akhir tahun 2012 pihak pembeli masih memiliki barang dagangan
Rp. 5.000.000
BAGAIMANA JURNALNYA ?
Tahun 2011
◦ Jurnal Penjual :
 Jurnal penjualan barang dagangan :
Kas Rp. 7 jt
Piutang usaha Rp. 3 jt
Penjualan Rp. 10 jt
 Jurnal pengurangan persediaan barang dagangan :
HPP Rp. 6 jt
Persediaan Rp. 6 jt
◦ Jurnal Pembeli :
 Jurnal pembelian barang dagangan :
Persediaan Rp. 10 jt
Utang usaha Rp. 3 jt
Kas Rp. 7 jt
Jurnal eliminasi :

- Eliminasi penjualan & HPP


Penjualan Rp. 10 jt
HPP Rp. 10 jt

- Eliminasi hutang & piutang


Utang usaha Rp. 3 jt
Piutang usaha Rp. 3 jt

- Eliminasi laba yang belum direalisasi


Hpp Rp. 1 jt
Persediaan Rp. 1 jt
40% x ( 25 % x 10 jt)
Tahun 2012
Jurnal Penjual :
Jurnal penjualan barang dagangan:
Kas 15 juta
Penjualan 15 jt
Jurnal pengurangan persediaan barang dagangan :
HPP Rp. 9 jt
Persediaan Rp. 9 jt

Jurnal Pembeli :
Jurnal pembelian barang dagangan :
Persediaan Rp. 15 jt
Kas Rp. 15 jt
 Jurnal Eliminasi
Eliminasi penjualan & HPP
Penjualan Rp. 15 jt
HPP Rp. 15 jt
 Jurnal realisasi laba dalam persediaan awal
Penjualan downstream
Investasi dalam saham Rp. 1 jt
Pendapatan investasi Rp. 1 jt

Penjualan upstream
Investasi dalam saham biasa ( 80% x 1 jt ) Rp. 800 rb
Kepentingan non pengendali (20% x 1 jt) Rp. 200 rb
HPP Rp. 1 jt
 Laba antarperusahaan dalam persediaan akhir
Hpp ( 40 % x 5 jt ) Rp. 2 jt
Persediaan Rp. 2 jt
CONTOH

Penjualan downstream tanah antara PT Indah dengan PT Andi, yaitu


perusahaan anak yang dikuasai 80%, pada tanggal 1 Maret 2012
dengan harga penjualan Rp 500 juta di mana harga pokoknya bagi PT
Andi adalah Rp 400 juta.

Pencatatan PT Indah pada tanggal 1Maret 2012 adalah sebagai


berikut:
Kas Rp 500.000.000
Tanah Rp 400.000.000
Keuntungan Rp 100.000.000
 
Pencatatan PT Andi pada tanggal 1 Maret 2012 sebagai berikut:
Tanah Rp 500.000.000
Kas Rp 500.000.000
ASET TETAP

Pihak yang melakukan penjualan aset akan


mengkredit “aset” dan keuntungan serta
mendebet kas atau piutang dan rugi penjualan
pada saat transaksi penjualan terjadi
Transaksi jual beli aset antar perusahaan
menyebabkan keuntungan penjualan aset tetap
dieliminasi dari laporan laba rugi pihak
penjual dengan mengurangi nilai aset tetap
pada harga pokoknya.
TRANSAKSI ASET ANTARPERUSAHAAN YANG MEMILIKI
UMUR EKONOMIS

Transaksi aset antarperusahaan yang memiliki umur ekonomis hanya akan


menpengaruhi kertas kerja konsolidasi maksimum selama umur ekonomis
aset tersebut, jika tidak dijual kepada pihak eksternal sebelum umur
ekonomisnya habis.

 
Aset Tetap yang tidak disusutkan
CONTOH
Pada tanggal 1 Juli 2013 terjadi teransaksi penjualan downstream
atas peralatan seharga Rp600 juta antara PT Impal dan PT Abia,
yaitu perusahaan anak yang sahamnya dikuasai 90% oleh PT Impal,
di mana harga pokoknya bagi pihak penjual adalah Rp450 juta. Aset
tetap tersebut masih memiliki umur ekonomis 6 tahun, dan
disusutkan dengan metode garis lurus.

Dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi per 31 Desember 2013,


eliminasi dilakukan sebagai berikut:
Keuntungan Rp 150.000.000
Peralatan Rp 150.000.000
 
Untuk tahun 2013, koreksi akumulasi penyusutan adalah Rp12,5 juta untuk
setengah tahun karena treansaksi jual-beli dilakukan pada pertengahan tahun
dengan jurnal:
Akumulasi penyusutan Rp 12.500.000
Beban penyusutan Rp 12.500.000
 Dalam penyusunan kertas kerja per 31 Desember 2014, beban penyusutan harus
dikoreksi satu tahun penuh sebesar Rp25 juta dengan jurnal:
Akumulasi penyusutan Rp 25.000.000
Beban penyusutan Rp 25.000.000
 
Selain koreksi beban penyusutan, kertas kerja tahun 2014 juga harus mengkoreksi
laba antarperusahaan yang terdapat dalam peralatan. Laba antarperusahaan telah
teramortisasi sebesar Rp12,5 juta pada tahun lalu, sehingga laba antarperusahaan
kini bersaldo Rp137,5 juta. Laba antarperusahaan yang ditunda ini menyebabkan
catatan investasi entitas induk laba kecil, sehingga harus dikoreksi pada nilai
peralatan dengan jurnal:
Investasi dalam saham Rp. 137.500.000
Akumulasi penyusutan Rp. 12.500.000
Peralatan Rp. 150.000.000
Pada tahun-tahun berikutnya, laba antarperusahaan akan terus diamortisasi hingga
menjadi nol ketika umur ekonomisnya habis yang diperlihatkan pada peraga 5-4.
Jurnal eliminasi pada kertas kerja per 31 Desember 2016 berdasarkan tabel 5-4 adalah
:
Akumulasi Penyusutan Rp.25.000.000
Beban Penyusutan Rp.25.000.00
Investasi dalam saham Rp.87.500.000
Akumulasi penyusutan Rp.62.500.000
Peralatan Rp.150.000.000
 
Apabila transaksi asset tetap antara PT Impal dan PT Abia merupakan penjualan
upstream dalam kertas kerja tahun 2013 atau tahun transaksi, keuntungan
antarperusahaan dieliminasi sebagai penangguhan dengan jurnal sebagai berikut :
Keuntungan penjualan peralatan Rp.150.000.000
Peralatan Rp.150.000.000
 
Beban penyusutan juga dikoreksi untuk setengah tahun, yang dijurnal sebagai
berikut :
Akumulasi penyusutan Rp.12.500.000
Beban penyusutan Rp.12.500.000
Laba antarperusahaan atas penjualan peralatan terelisasi selama periode 6 tahun.
Pada tahun 2013, laba antarperusahaan telah terealisasi ½ tahun atau Rp.12,5 juta
sehingga laba antarperusahaan menjadi Rp.137,5 juta (Rp150 juta – Rp.12,5 juta).
Koreksi laba antarperusahaan atas penjualan upstream ini mempengaruhi
pendapatan investasi entitas induk sebesar 90%-nya atau Rp.123.750.000, sehingga
pendapatan investasi harus dikurangi sebesar jumlah tersebut. Koreksi pendapatan
investasi akan menurunkan nilai investasi pada akhir tahun 2013, yang membuat
nilai investasi dalam catatan entitas induk lebih kecil Rp.123.750.000 dari 90%
kekayaan entitas anak yang dimiliki. Pada kertas kerja konsolidasi tahun 2014, laba
antarperusahaan atas peralatan dieliminasi dengan mendebet investasi dalam saham.
Jurnalnya adalah :
 Akumulasi penyusutan Rp. 12.500.000
Investasi dalam saham Rp.123.750.000
Kepentingan nonpengendali Rp. 13.750.000
Peralatan RP. 150.000.000
 
Selain itu, koreksi atas beban penyusutan tahun berjalan juga harus dilakukan
dengan jurnal sebagai berikut :
Akumulasi penyusutan Rp. 25.000.000
Beban penyusutan Rp. 25.000.000
 
Pada tahun-tahun berikutnya, laba antarperusahaan yang muncul dalam kertas kerja
konsolidasi akan semakin kecil hingga menjadi nol pada akhir pengunaan peralatan.

Anda mungkin juga menyukai