Anda di halaman 1dari 55

FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA

OLEH: NELLY HERMALA DEWI, M.Kep.


Tujuan pembelajaran
• Mampu menjelaskan anatomi kulit beserta
struktur pentingnya
• Mampu menjelaskan fisiologi penyembuhan
luka dan fase-fasenya
• Mampu menjelaskan prinsip penutupan luka
• Mampu memahami dehisensi luka operasi
Anatomi kulit
Peran darah dalam penyembuhan luka
• Komponen darah: cair (55%) dan padat (45%)
• Komponen cair: plasma peran media transportasi
untuk sel, nutrisi, dan produk metabolik, juga
mengandung protein co/ fibrinogen
• Komponen padat:
– Sel darah merah: mengirimkan oksigen ke jaringan
– Sel darah putih: “prajurit”dalam imunitas tubuh
– Platelet: bekerja sama dengan fibronogen dalam
proses koagulasi
• Fungsi darah dalam penyembuhan luka
menyediakan oksigen dan nutrisi,
memfasilitasi transportasi substansi endogen
dan enzim serta mengaktifkan sistem imun
dan koagulasi
Proses penyembuhan luka
• Proses penyembuhan luka adalah proses yang
dinamis→ dinamika penyembuhan luka
berdampak pada tiga kemungkinan:
1. Luka mengalami kemajuan (perbaikan)
2. Luka mengalami kemunduran (memburuk)
3. Luka mengalami stagnansi (tidak ada
perkembangan)
Quiz

• Sebutkan Tanda Klinis pada luka yang


menunjukkan:
Luka mengalami Luka mengalami Luka mengalami
kemajuan: kemunduran: stagnansi:

1. …… 1. …… 1. ……
2. …… 2. …… 2. ……
3. …… 3. …… 3. ……
Fisiologi penyembuhan luka
Fisiologi penyembuhan melibatkan proses bioseluler
yang kompleks dari level seluler hingga level organ,
bergantung pada pasien sebagai individu

Proses bioseluler berlangsung secara sistematis melalui


empat tahapan

Tugas perawat luka, meyiapkan dasar luka (woud bed


preparation) untuk mendukung proses penyembuhan
luka
Tahapan penyembuhan luka
Empat tipe penyembuhan
luka:
Stage 1 • Initial bleeding
1. Haemostatis Haemostatis • Vasoconstriction of vessel to minimise
blood loss
2. Inflamation • Platelet aggregation
• Temporary clot formation
3. Proliferation
4. Maturation
Stage 2 • Release of inflammatory mediators
Inflamatory • Vasodilatation
response • Phagocytosis commences (sel darah
putih memfagosit materi)
• Increased permeability of vessels
• Localised heat, redness & swelling
• Macrophages release growth factors
• Regulation of healing process
Tahapan penyembuhan luka
Stage 3 • Macrophages stimulate angiogenesis
Proliferation • Promotion of new tissue formation
• Breakdown of necrotis tissue
• Proliferation of connective tissue
• Wound decreases in size by granulation,
contraction& epithelisation

Stage 4 • This phases can last for many months(even


Maturation years in complex
• Initially the scars is red
• In time the blood support
Faktor sistemik dan local yang
mempengaruhi penyembuhan luka
Day 1 to 3 Day 3 to 20 Week 1 to 6
Phase 1

Phase 2

Phase 3

Phase 4
Haemostasis Inflamation Proliferation or
Stop Bleeding granulation
New frame work
for blood vessel Pulls the wound Week 6 to 2
growth closed years

Pada DM Remodeling
mengalami or maturation
iflamasi berulang
sehingga luka
tidak maju ke fase
berikutnya
Penutupan luka
• Tujuan: terbentuknya parut yang memuaskan
secara fungsi dan estetik
• Proses penutupan luka terdapat 2 bagian
Dua katagori penyembuhan luka
Primary intention healing:
• Dapat sembuh dengan normal tanpa komlikasi
• Tepi luka dapat disatukan melalui jahitan, staler,
atau lem luka

Secondary intention healing:


• Ada kehilangan jaringan dan berisiko tinggi infeksi
• Dibutuhkan granulasi untuk menutupi defek luka
Intensi primer
• Penutupan luka berlangsung segera setelah luka terjadi
• Penyatuan tepi luka, penutupan dengan flap, luka
mendapatkan “baju epitel”→ fase inflamasi dan fase
proliferasi berlangsung singkat; epiteliasi 10-14 hari
• Contoh prosedur yang menggunakan intensi primer
jahitan primer pada vulnus laceratum, rekontruksi
menggunakan flap, penutupan luka dengan skin graft
• Menjadi pilihan utama untuk berbagai kondisi luka
Intensi sekunder
• Konsep penutupan luka dengan menciptakan lingkungan
lembab (moist) sampai mendapatkan baju epitel
• Terjadi bila intensi primer pada luka tidak dapat dilakukan
• Misal luka kronis terdapat nekrotik debridement tdk dapat
dilakukan karena kondisi pasien → luka menutup dengan
epitel sendirinya tanpa intervensi bedah →pembentukan
kapiler baru, kolagen, sserta epitelisasi secara alami
• Penutupan luka dengan intensi sekunder dapat
meninggalkan parut yang menonjol karena fase inflamasi
memanjang →parut hipertropik, beriso keloid
Penghambat penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka adalah proses yang
kompleks

Penyembuhan luka ditentukan oleh kemampuan


perawat dalam mengidentifikasi factor
penghambat

Faktor penghambat ada dua: internal dan eksternal


Faktor sistemik dan local yang
mempengaruhi penyembuhan
Systemic factors • Local factors
• Ageing
• Infection
• Poor nutritional status
• Chronic disease (DM, • Necrotic tissue
rheumatoid arthritis) • Foreign bodies
• Medication (obat kemoterapi)
• Mechanical injury
• Compromised perfusion
(gangguan perfusi)
(tekanan/ pressure
• Smoking →(CO)berikatan 200x local)
dengan hemoglobin, • Local pressure/ shear
disbanding hemoglobin dengan
and friction
oksigen)
Kesimpulan
Proses penyembuhan luka
1. Dapat mengalami kemajuan, kemunduran
atau stagnansi
2. Dipengaruhi factor eksternal dan internal
3. Terdiri 4 tahapan (haemostatis, inflamasi,
prolifeasi dan maturasi)
4. Mekanisme penyembuhan primary dan
secondary healing
DEHISENSI LUKA OPERASI
Dehisensi luka (Wound dehiscence) adalah
keadaan dimana terbukanya kembali
sebagian atau seluruhnya luka operasi
akibat kegagalan proses penyembuhan
luka ( fase inflamasi / hematom, fase
proliferasi & fase remodeling).
Eviserasi adalah keluarnya organ-organ
dalam tubuh melalui dehisensi luka
tersebut.
3 Faktor Etiologi tersering :

1. Infeksi luka
Penilaian luka operasi pada setiap pra
operasi harus dilakukan  apakah
termasuk luka bersih (Angka Kejadian
Infeksi = AKI= 1-5%),
bersih terkontaminasi (AKI= 5-15%),
terkontaminasi (AKI= 10-25%) dan kotor
(AKI=30-50%) sehingga dehisensi luka
operasi makin meningkat pada luka
operasi terkontaminasi & kotor.
3 Faktor Etiologi tersering :

2. Kesalahan menutup luka saat


pembedahan,
 tanggung jawab operator / asisten
operator

3. Peninggian tekanan intraabdominal


akibat batuk / muntah karena obstruksi
usus partial / total dan retensi urin.
Klasifikasinya berdasarkan waktu
terjadinya ;

1. Dehisensi luka operasi dini  terjadinya kurang dari 3 hari


pasca operasi yang biasanya disebabkan oleh teknik atau cara
penjahitan luka operasi yang tidak baik.
Bila terjadi infeksi seringkali disebabkan oleh Streptokokus B
hemolitikus.
2. Dehisensi luka operasi lambat  terjadinya kurang lebih antara
7-12 hari pasca operasi yang biasanya dihubungkan dengan ;
usia, status gizi, penyakit kronis (DM, COPD, keganasan,
penggunaan steroid jangka panjang yang menyebabkan
kegagalan sintesis kolagen & gangguan fungsi imun).
Bila terjadi infeksi seringkali disebabkan oleh Stafilokokus
aureus (hati-hati ! dengan MRSA = Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus)
Tanda-tanda klinisnya :
Tanda subjektif :
Pasien merasa ada jaringan dari dalam rongga abdomen
yang bergerak keluar disertai keluar cairan eksudat berupa
serous berwarna merah muda dari luka operasi (85% kasus).

Tanda objektif :
Pada pemeriksaan fisik pasien terdapat luka operasi terbuka,
tanda-tanda infeksi umum (nyeri, hiperemis, edema) pada
daerah sekitar luka operasi, bisa disertai pus / nanah yang
keluar dari luka operasi.
Jadi pasien datang dengan febris, lekositosis & terdapat
reaksi radang (rubor, kalor, tumor, dolor, berfluktuasi & pus)
di sekitar luka operasi.
Penanganan dibedakan menjadi :

1. Non operatif / konservatif


Pasien posisi berbaring di tempat tidur &
menutup luka operasi dengan kassa steril atau
pakaian khusus steril, jika perlu dipasang
plester tambahan (dibenton) pada kedua tepi
luka yang terbuka / dilepas jahitannya agar tetap
menempel, pemberian nutrisi (TKTP) &
antibiotik yang adekuat.
2. Operatif
Dilakukan rehecting atau nekrotomi / debridemen
(terutama surgical debridement) di kamar operasi.
Dalam hal ini, perlu diperhatikan untuk dehisensi luka
abdominal sbb :
• Jenis insisi  insisi mediana abdomen (vertikal) lebih
rentan terbuka daripada tranversal karena secara
anatomis arah insisi berlawanan dengan arah
kontraksi otot-otot dinding perut sehingga akan
meregangkan jahitan operasi.
• Jenis benang  gunakan monofilament
nonabsorbable yang besar.
• Cara penjahitan  sekaligus semua lapisan (all
layers) dinding perut lebih kuat daripada lapis
demi lapis, terutama lapisan fascia paling kuat.
• Teknik penjahitan  kontinyu (minimal 3 cm dari
tepi luka & jarak antara jahitan maksimal 2,5 cm)
Dapat dipertimbangkan pemasangan drain intraabdomen
dengan pipa NGT bertekanan negatif pada ujung distalnya /
perlu plabotel kosong yang dikempiskan dan dibuat luka baru
di luar luka operasi untuk tempat masuk drain tersebut
• Simpul jahitan jangan terlalu ketat karena jaringan
bisa iskemik atau jangan longgar karena bisa
timbul dead space ( bisa hematoma / seroma).

Jahitan
dikencangkan
• Jahitan penguat (tension suture) dengan karet atau
tabung plastik lunak (5-6cm) dapat dipertimbangkan guna
mengurangi erosi pada kulit, jahitan penguat luar ini
diangkat minimal setelah 3 minggu.
Setelah dikerjakan pembersihan tepi luka (debridemant),
dilakukan jahitan terputus / interrupted yang lebih aman
daripada kontinyu dan jahitan matras agar kulit pada tepi-
tepi luka eversi
IMG_20141022
IMG_20141029
IMG_20141105
IMG_20141112
IMG_20141119
IMG_20141008
IMG_20141008
IMG_20141022
IMG_20141016
IMG_20141016
IMG_20141016
IMG-20141001
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai