Mikrobiologi Toksik 2021
Mikrobiologi Toksik 2021
MIKROBIOLOGI
A, B, C, D
Keracunan Makanan Bab
I
Bab Gaman dan Sherington (1996) Keracunan makanan adalah gejala
II yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang beracun atau
terkontaminasi bakteri atau mikroorganisme
Bab
III
Bab Keracunan makanan (foodborne disease) adalah penyakit yang
IV ditimbulkan karena mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi
Bab
V
Jenis Jenis
Jenis Keracunan
Jenis Keracunan Makanan
Bab
Makanan I
Keracunan makanan akibat
adanya perubahan senyawa
Bab yang terkandung pada makanan Bakteri
II atau minuman. 01
• Infeksi
• Intoksikasi
III
Bab
Virus 02
Bab
IV
Senyawa
Bab
Jamur 03 04
Kimia Toksik
V
Jenis-jenis racun dari makanan
dan minuman tertentu
Intoksikasi Makanan
Kondisi paparan, sifat fisika kimia
masing-masing racun
Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan cacing), virus,
dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan pangan,
sehingga dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada manusia. Beberapa bakteri
patogen juga dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut
terkonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan intoksikasi.
Intoksikasi adalah kondisi ketika toksin sudah terbentuk di dalam makanan atau bahan
pangan, sehingga mengindikasikan keadaan berbahaya. Sekalipun makanan atau bahan
pangan sudah dipanaskan sebelum disantap, toksin yang sudah terbentuk masih tetap
aktif dan bisa menyebabkan keracunan meski bakteri tersebut sudah tidak terdapat
dalam makanan.
Kondisi Paparan, Sifat Fisika Kimia Bab
Masing Masing Racuk I
Kondisi Sifat
Bab Bakteri Gejala
Paparan Fisiokimia
II Berbahaya bagi Bakteri gram Sakit perut,
orang yang positif yang demam dan
Bab Listeria terinfeksi HIV, hidup di tanah muntah.
monocytogene kemoterapi, dan air.
III s orang tua,
wanita hamil
Bab dan anakanak.
IV Orang yang
terkena
Tumbuh
optimum pada
Timbul 2-5 hari
setelah
Campylobacter
diare,yang suhu 42 °C. konsumsi
jejuni
Bab berasal dari makanan, yaitu
bakterinya sakit perut,
V sendiri. demam, diare
Kondisi Paparan, Sifat Fisika Kimia Bab
Masing Masing Racuk I
Bab
II
Bab
III
Bab
IV
Bab
V
Kondisi Paparan, Sifat Fisika Kimia Bab
Masing Masing Racuk I
Bab
II
Bab
III
Bab
IV
Bab
V
Mekanisme terjadinya
toksisitas dalam sel
Mekanisme terjadinya keracunan makanan yang mengandung toksin masuk ke dalam saluran
pencernaan mencapai usus. Toksin diabsorbsi masuk ke dalam sel-sel epitel dinding usus dapat
menyebar luas melalui aliran darah, saluran getah bening dan cairan jaringan sehingga
menyebabkan keracunan makanan.
Toxin yang diproduksi di dalam tubuh atau terbentuk setelah tertelan memiliki masa inkubasi
yang lebih lama yaitu 24 jam atau lebih. Manifestasi yang dihasilkan dapat berupa diare, baik
berdarah maupun tidak. Contoh patogen yang menghasilkan toksin dalam tubuh adalah
Escherichia coli. Patogen yang tidak memproduksi toksin akan merusak sel epitel saluran
pencernaan dan dapat menginvasi melewati sawar di intestinal. Hal ini dapat menyebabkan
diare terus menerus, diare inflamatori, atau infeksi sistemik. Contoh patogen yang tidak
memproduksi toksin adalah Cryptosporidium, Shigella, Salmonella, Listeria monocytogenes
dan virus.
Mekanisme Terjadinya Keracunan dalam Bab
sel Tubuh I
Bab
II
Pada
keracunan
1 Pada keracunan Bab
makanan tipe III
makanan
toksin
tipe infeksi
2 Bab
IV
Bab
V
Jenis-jenis Racun dari Makanan dan
Minuman tertentu
Infeksi Intoksikasi
Salmonellosis infeksi dari bakteri Salmonella Enterotoxin dihasilkan oleh bakteri Bacillus
spp. cereus
Clostridium perfringens : enterotoksin Toxic shock syndrome (TSST-1), panton-
diproduksi selama sporulasi C.perfringens tipe valentine leukocidin toxin (PVL), hemolysin,
A dalam saluran pencernaan dan enterotoxin dihasilkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus
Bacillus cereus : enterotoksin diproduksi Neurotoxin juga disebut botulinum toxin
selama sel lisis dalam saluran pencernaan (botox) dihasilkan oleh bakteri Clostridium
botulinum
Lanjutan…
Infeksi Intoksikasi
Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) Shiga toksin dihasilkan oleh bakteri
Escherichia coli 0157:H7
Campylobacter jejuni, Campylobacter coli Shiga toksin 1 dihasilkan oleh bakteri Shigella
dysentriase serotype 1
Listeria monocytogenes
Vibrio parahaemolyticus
Mekanisme Terjadinya Toksisitas
1. Staphylococcus aureus
Enterotoksin
• Interaksi secara
Ketika masuk aliran darah toksin berikatan dengan
langsung
reseptor MHC II pada sel imun (antigen presenting cell)
• Intoksikasi
• Interaksi secara
Sub unit utama shiga toksin adalah A dan B yang saling
langsung
terikat dengan ikatan disulfida.
• Intoksikasi
• Interaksi secara
langsung dan tidak Bakteri menginfeksi sel inang di sel usus dengan
langsung menyuntikan protein bakteri untuk berkembang biak
• Infeksi
• Interaksi secara
Botulinum toxin masuk ke neuron presinaptik melalui
langsung
endositosis
• Intoksikasi
Penyakit ini berasal dari hewan, ditularkan kepada manusia melalui ternak yang terkontaminasi, seperti
daging, susu, telur dan salad. Terdapat lebih dari 50 species salmonella yang menyebabkan foodborne
diseases, seperti salmonella typhimurium, S. cholerasuis dan S. sonnei
Mikroorganisme ini berkembang biak di dalam usus dan menimbulkan gejala penyakit gastroenteritis
akut seperti mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri perut dan demam. Lama inkubasi 12-36 jam.
Tingkat kematian 1% dan berkembang biak pada suhu 5-450C.
Wujud Toksisitas Dalam Tubuh
Bakteri Toksin Wujud toksisitas
Staphylococcus aureus Enterotoksin Fungsional : hipotensi, demam, diare.
Struktural : inflamasi
E.coli 0157:H7 Shiga toxin 2 Biokimia : hambatan sintesis protein.
(Stx2) Fungsional. Struktural : inflamasi
Shigella Fungsional : diare. Struktural : inflamasi
I
Menangani racun
Bab
penyebabnya
oMengurangi absorbsi 1 II
racun dari saluran cerna
oMemberikan antidot Bab
Mengatasi efek / gejala
(penawar racun) klinik akibat keracunan III
oMeningkatkan eliminasi oMengontrol keseimbangan
racun dari tubuh cairan tubuh dan nutrisi Bab
Diagnosis • Pemeriksaan fisik khas yaitu timbul lluka bakar pada kulit
• Dilakukan engambilan sampel jaringan dan tinja/feses Juga dapat
dilakukan tes pencitraan.
Diagnosis
• Dilakukan pengambilan sampel tinja/feses kemudian dikultur
Diagnosis
• Dilakukan pengambilan sampel tinja/feses kemudian dikultur
• Melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR)
Diagnosis
• Dilakukan pengambilan sampel urine dan tinja/feses
Treatment
• Jaga agar tubuh tetap terhidrasi, istirahat cukup
• Dengan pengobatan antibiotik : ampisilin, kloramfenikol,
kortrimoksazol
• Hindari mengonsumsi obat antidiare
5. Clostridium botulinum