Anda di halaman 1dari 26

REGULASI EKONOMI ISLAM

DR. ANIS BYARWATI


ANGGOTA KOMISI XI DPR RI - FPKS

Disampaikan pada Seminar Nasional Daring FORDEBI


Selasa 16 Juni 2020
IS U S TRATE GIS T ERKAIT M AS TERP LAN EKONOMI
SYARIAH INDONES IA
(ME KS I) 2 0 1 9-2 0 2 4

• Pemerintah meresmikan Masterplan Ekonomi Syariah


Indonesia (MEKSI) 2019-2024. Masterplan ini adalah
peta jalan pengembangan ekonomi syariah di
Indonesia guna mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi nasional.
• Visi besar yang dibangun dalam masterplan ini adalah
• “Indonesia yang Mandiri, Makmur, dan Madani
dengan Menjadi Pusat Ekonomi Syariah Terkemuka
Dunia”.
IS U S TRATE GIS T ERKAIT M AS TERP LAN EKONOMI
SYARIAH INDONES IA
(ME KS I) 2 0 1 9-2 0 2 4

• Dalam MEKSI dipaparkan besarnya potensi ekonomi syariah secara global


maupun nasional. Apabila masterplan ini dapat diimplementasikan sungguh-
sungguh oleh seluruh pihak terkait, maka ekonomi syariah di Indonesia akan
menjadi fondasi yang sangat penting dalam perekonomian nasional setelah
tahun 2024.
• Dalam Executive Summary Masterplan dijelaskan bahwa dalam dua warsa
terakhir, baik secara global maupun nasional, ekonomi dan keuangan syariah
berkembang pesat.
• Dalam The State of the Global Islamic Economy Report 2018/2019 dilaporkan
bahwa besaran pengeluaran makanan dan gaya hidup halal umat Islam di dunia
mencapai 2,1 triliun dolar AS pada 2017 dan diperkirakan terus tumbuh
mencapai 3 triliun dolar AS pada tahun 2023.
IS U S TRATE GIS T ERKAIT M AS TERP LAN EKONOMI
SYARIAH INDONES IA
(ME KS I) 2 0 1 9-2 0 2 4

• Perkiraan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh faktor


utama peningkatan jumlah penduduk Muslim di dunia pada
2017 mencapai 1,84 miliar orang dan diperkirakan akan
terus meningkat hingga mencapai 27,5 persen dari populasi
dunia pada 2030.
• Besarnya potensi pertumbuhan ekonomi syariah secara
global harusnya berbanding lurus dengan Indonesia.
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia,
seharusnya pertumbuhan di Indonesia lebih besar daripada
di negara Muslim lainnya
STRATEGI DAN DUKUNGAN REGULASI

• Diperlukan adanya dukungan regulasi yang


sistematis dan komprehensif terkait peraturan
tertulis di bidang hukum ekonomi syariah,
sehingga menjadi salah satu unsur dalam
peraturan perundang-undangan (nasional).
• “Bagaimana hukum ekonomi syariah dapat
dilaksanakan dalam kerangka sistem
perundang-undangan nasional”
REGULASI DIBIDANG HUKUM EKONOMI
SYARIAH YANG DIHASILKAN LEMBAGA
LEGISLATIF
1. RINTISAN PENERAPAN EKONOMI
(KEUANGAN) SYARIAH TINGKAT NASIONAL

• Rintisan penerapan ekonomi (keuangan) syariah tingkat nasional diawali dengan


berdirinya Bank Muamalat Indonesia, yang secara tegas memberikan pelayanan
operasional perbankan dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
• Beroperasinya sistem perbankan syariah memperoleh landasan hukum Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan.
• Kemudian diperkuat lagi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, yang memungkinkan penerapan kebijakan
moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
• Kedua undang-undang tersebut menjadi landasan hukum bagi perbankan nasional
untuk menerapkan sistem perbankan ganda (dual banking system), yaitu
penggunaan perbankan konvensional dan syariah yang berjalan secara paralel.
2. BERDIRINYA DEWAN SYARIAH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA (DSN MUI)

• Berdirinya Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama


Indonesia (DSN MUI).
• MUI sebagai lembaga yang memiliki kewenangan
dalam bidang keagamaan yang berhubungan dengan
kepentingan umat Islam Indonesia membentuk suatu
dewan syariah yang berskala nasional yang bernama
Dewan Syariah Nasional (DSN) pada tanggal 10
Februari 1999 sesuai dengan Surat Keputusan (SK)
MUI Nomor kep 754/MUI/II/1999.
3. WAKAF

• Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.


• Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004, ditambah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 4 Tahun
2009 tentang Administrasi Wakaf Uang.
4. PERLUASAN KEWENANGAN
PERADILAN AGAMA

• UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama telah


diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2006.
• Salah satu pertimbangan yuridis bagi perubahan tersebut
adalah “perluasan kewenangan Pengadilan Agama” dengan
alasan “sesuai dengan perkembangan hukum dan
kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat muslim.”
• Perluasan tersebut antara lain meliputi ekonomi syariah.
5. ARAH BARU BAGI KOMPETENSI
PERADILAN AGAMA

• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan


atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama yang telah memberikan arah baru bagi
kompetensi Peradilan Agama untuk menangani, memutus,
dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang ekonomi
syariah.
• Amandemen ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
hukum masyarakat, terutama setelah tumbuh dan
berkembangnya praktik ekonomi Islam di Indonesia.
6. DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)

• Salah satu alasan penggantian Undang-Undang Nomor 1 Tahun


1995 tentang Perseroan Terbatas dengan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007.
• Perseroan terbatas yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, selain mempunyai Dewan Komisaris wajib
mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang diangkat oleh
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas rekomendasi
Majelis Ulama Indonesia.
• DPS sendiri bertugas memberikan nasihat dan saran kepada
Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan
prinsip syariah.
7. SURAT BERHARGA SYARIAH
NEGARA (SBSN)

• Pada 7 Mei 2008, berlaku Undang-Undang Nomor


19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) sebagai dasar hukum pengembangan
instrumen keuangan syariah.
• Dengan diakuinya SBSN sebagai alternatif instrumen
pembiayaan anggaran negara, maka sistem
perundang-undang nasional telah memberikan
landasan hukum bagi upaya memobilisasi dana
publik secara luas berdasarkan prinsip syariah.
8. SURAT BERHARGA SUKUK NEGARA
(SBSN)

• SBSN (Sukuk Negara) yang merupakan surat


berharga berdasarkan prinsip syariah, sehingga
berbagai bentuk akad sukuk yang dikenal dalam
ekonomi syariah (ijarah, mudharabah,
musyarakah, istishna’, dan lain-lain) dapat
diterapkan berdasarkan UU No. 19 Tahun 2008.
9. DIREKTORAT PEMBIAYAAN
SYARIAH DI DEPARTEMEN KEUANGAN

• Didirikannya Direktorat Pembiayaan Syariah di


Departemen Keuangan (Direktorat Pembiayaan
Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Departemen Keuangan RI) merupakan direktorat
yang melaksanakan amanah Undang-Undang
Nomor 19/2008 tentang SBSN, sehingga lahir
berbagai jenis sukuk negara diantaranya sukuk ritel
dan korporasi.
10. PERBANKAN SYARIAH OLEH BUMN

• Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Perbankan Syariah, yang disahkan pada 17 Juni
2008. Pendirian Bank Syariah oleh BUMN.
• Hal tersebut dipandang sebagai bukti nyata dari
politik ekonomi syariah yang diperankan oleh
pemerintah dalam sektor industri perbankan.
• Beberapa bank BUMN mendirikan perbankan
syariah yang dikenal dengan istilah dual banking
system.
11. KOMPILASI HUKUM EKONOMI
SYARIAH (KHES)

• Terbitnya KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah).


• Penyusunan (KHES) yang dikoordinatori oleh Mahkamah
Agung (MA) RI yang kemudian dilegalkan dalam bentuk
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) 02 Tahun 2008.
• Merupakan respon terhadap perkembangan baru dalam
kajian dan praktik ekonomi Islam di Indonesia.
• Kehadiran KHES merupakan bagian upaya positivisasi
hukum perdata Islam dalam sistem hukum nasional,
mengingat praktik ekonomi syariah sudah semakin semarak
melalui berbagai Lembaga Keuangan Syariah
12. PENYELENGGARAAN USAHA
PERASURANSIAN

• Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008


tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
• Walaupun pemerintah belum mengundangkan
secara khusus tentang asuransi Syariah, akan tetapi
Peraturan Pemerintah ini merupakan sinyal bagus
untuk berkembangnya industri asuransi syariah
sebagai bagian politik ekonomi Islam.
13. PENGELOLAAN ZAKAT.
14. JAMINAN PRODUK HALAL

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Zakat.
14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal dimana amanat dari Undang-Undang
tersebut baru dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober 2019,
• Jaminan Produk Halal akan mulai diselenggarakan oleh
pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal (BPJPH) Kementerian Agama.
• 
FAKTA DAN PERMASALAHAN PENTING
YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Fakta munculnya peraturan dan perundang-undangan tersebut merupakan


tanda bahwa perbankan syariah yang sudah memiliki payung hukum jelas,
sehingga landasan hukum perbankan syariah dapat setara dengan landasan
hukum bank konvensional.
2. Langkah konkret, komitmen dan usaha untuk mendukung pertumbuhan
perbankan dan keuangan syariah harus direalisasikan. Harus ada tujuan
nasional yang bisa dijadikan sebagai acuan bersama.
3. Pemerintah harus turun tangan untuk membantu perkembangan bank syariah,
seperti membuat pelonggaran kebijakan. Sebagai contoh, di Pemerintah
Malaysia bisa mengeluarkan kebijakan yang mendukung seperti insentif
pajak, bantuan riset, kemudian dana APBN-nya ditempatkan sebagian ke bank
syariah
FAKTA DAN PERMASALAHAN PENTING
YANG PERLU DIPERHATIKAN

4. Faktanya bahwa Industri keuangan syariah baru menjangkau 11% dari total
penduduk Indonesia. Sampai saat ini, baru ada 23 juta nasabah bank syariah,
padahal penduduk beragama Islam di Indonesia lebih dari 200 juta orang.
Artinya, Indonesia masih sebatas bicara potensi tetapi belum bisa
memanfaatkan peluang ini.
5. Masih banyak perbankan syariah yang belum memiliki modal memadai. Ini
tentu saja berdampak terhadap skala industri dan individual bank yang masih
kecil. Kondisi permodalan yang terbatas pasti akan sangat berpengaruh
terhadap rendahnya ekspansi aset perbankan syariah.
6. Biaya yang mahal juga sangat berdampak kepada keterbatasan di segmen
pembiayaan.
FAKTA DAN PERMASALAHAN PENTING
YANG PERLU DIPERHATIKAN

7. Produk yang tidak variatif dan pelayanan yang belum


sesuai dengan ekspektasi masyarakat.
8. Kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
belum memadai serta teknologi informasi kurang
mendukung pengembangan produk serta layanan. Karena
secara umum, kualitas SDM dan teknologi informasi
perbankan syariah masih di bawah kualitas yang dimiliki
perbankan konvensional.
9. Rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
bank syariah juga masih menjadi kendala di Indonesia.
FAKTA DAN PERMASALAHAN PENTING
YANG PERLU DIPERHATIKAN

10. pengaturan dan pengawasan yang belum optimal menjadi kendala lain
terhadap perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia
11. Pernyataan dari Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) tentang
keuangan syariah di Indonesia yang sulit berkembang karena berbagai
hambatan. Dimana salah satu yang menjadi faktor penting adalah masih
kurangnya dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan keuangan syariah.
12. Fakta selanjutnya yang sebenarnya bisa dijadikan landasan kuat untuk
meningkatkan keuangan syariah di Indonesia adalah karena sudah tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019. Bahkan pembentukan KNKS itu sudah dicanangkan di 2015, tetapi
pada kenyataannya, Direktur KNKS sendiri baru dilantik Januari 2019. Ini
sangat terlambat karena seharusnya KNKS bisa bekerja lebih awal.
FAKTA DAN PERMASALAHAN PENTING
YANG PERLU DIPERHATIKAN

13.Efek keterlambatan ini juga yang menjadikan terhambatnya


pembentukan bank investasi syariah dan juga penempatan dana-dana
pemerintah di lembaga keuangan syariah yang belum terealisasi.
14.Sebagai upaya untuk mengembangkan lembaga keuangan syariah yang
harus didorong adalah penempatan dana pemerintah dan BUMN di
lembaga keuangan syariah. Penting juga memberikan kesempatan bagi
pegawai pemerintah dan BUMN untuk menerima gaji di bank syariah.
15.Strategi untuk meningkatkan kesadaran terhadap layanan keuangan
syariah, baik di level makro maupun di level mikro salah satunya adalah
dengan sosialisasi yang komprehensif. Dorongan inovasi produk seperti
penerbitan instrumen baru di pasar modal juga sangat dibutuhkan.
FAKTA DAN PERMASALAHAN PENTING
YANG PERLU DIPERHATIKAN

16.Selain itu, penting juga untuk memperhatikan regulasi dan


supervisi di sektor keuangan mikro syariah dan memperbaiki
kurikulum pendidikan tinggi di bidang keuangan dan ekonomi
syariah.
17.Jangan sampai Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-
2024 hanya sekedar wacana potensi tanpa diimbangi dengan
dukungan penuh pemerintah untuk mewujudkannya.
18.Sangat penting peran Pemerintah untuk membangun ekonomi
syariah dalam rangka mewujudkan Indonesia yang mandiri,
makmur, dan madani dengan menjadi pusat ekonomi syariah
terkemuka dunia.
ALLAHU A’LAM BISH SHAWWAB

Anda mungkin juga menyukai