Anda di halaman 1dari 8

BAB VIII

Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum


Next ->
Next ->
A. Peristiwa
A. Peristiwa Hukum Hukum
Peristiwa hukum adalah setiap peristiwa yang timbul dalam pergaulan masyarakat yang akibatnya diatur oleh
hukum. Dalam hukum, peristiwa hukum ini kemudian dibagi/digolongkan menjadi dua macam, yaitu peristiwa
hukum karena perbuatan subjek hukum dan peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum. Mengenai
macam-macam peristiwa hukum diatas akan dijelaskan dibawah ini:

1. Peristiwa Hukum Karena Perbuatan Subjek Hukum


  Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum adalah setiap peristiwa hukum yang lahir karena adanya
perbuatan/tindakan dari subjek hukum. Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum ini dapat dibagi lagi
menjadi dua, yaitu:
1) Perbuatan hukum ; Adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum dan akibat itu dikehendaki
oleh yang melakukannya. Perbuatan hukum ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:
a. Perbuatan hukum bersegi satu (eenzigdig), ialah setiap perbuatan yang akibat hukumnya ditimbulkan
oleh kehendak satu subjek hukum/satu pihak saja. Contoh: pembuatan surat wasiat.

b. Perbuatan hukum bersegi dua (tweezigdig) Ialah setiap perbuatan hukum yang akibatnya ditimbulkan
oleh kehendak dua atau lebih subjek hukum/pihak-pihak dalam suatu perikatan. Contoh: perjanjian
jual beli, perjanian sewa menyewa, dan bentuk-bentuk perjanjian lainnya.
2) Bukan perbuatan hukum ; Adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum namun akibat tersebut
tidak dikehendaki oleh yang melakukannya. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan hukum ini dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu :
a. Zaakwaarneming ; merupakan suatu perbuatan yang tidak dilarang oleh hukum atau dengan kata lain,
perbuatan yang diperbolehkan oleh hukum. Kendati pun perbuatan itu tidak dilarang oleh hukum, namun
akibat yang ditimbulkan dari perbuatan itu tidak selalu dikehendaki oleh pelakunya. Misalnya perbuatan
memperhatikan/mengurus kepentingan orang lain tanpa diminta atau disuruh oleh orang yang
kepentingannya diperhatikan itu.Perbuatan ini diatur dalam pasal 1354 BW yang berbunyi “Jika seorang
dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa
pengatahuan orang ini, maka ia secara diam-diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta
menyelesaikan urusan tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya itu dapat mengerjakan sendiri
urusan itu.”

b. Onrechtmatigedaad ; merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau dengan kata lain;
perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum ini termasuk peristiwa hukum karena akibatnya
diatur oleh hukum, walaupun akibat hukumnya tidak dikehendaki oleh pelakunya. Mengenai perbuatan
melawan hukum, undang-undang telah mengaturnya, yaitu termuat dalam pasal 1365 BW. Pasal tersebut
berbunyi “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
2. Peristiwa Hukum Yang Bukan Perbuatan
Subjek Hukum

Beberapa contoh dari peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum antara lain adalah kelahiran, kematian,
dan kadaluwarsa. Untuk pembahasan selanjutnya, simaklah penjelasan berikut ini:
1) Kelahiran
Kelahiran menimbulkan sejumlah akibat-akibat yang diatur oleh hukum, oleh karenanya kelahiran adalah
contoh dari peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum. Akibat-akibat hukum yang timbul dari
kelahiran diantaranya adalah hak bagi anak yang dilahirkan untuk mendapat pemeliharaan dan perawatan dari
orang tuanya. Sebaliknya, orang tua wajib memelihara dan mendidik anaknya sekalipun mereka kehilangan
kekuasaan orang tua (ouderlijk macht).

2) Kematian
Kematian seseorang merupakan peristiwa hukum karena menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu,
diantaranya adalah mengenai warisan. Hak dan kewajiban orang yang telah meninggal beralih kepada ahli
warisnya. Haknya ialah segala harta kekayaan termasuk juga piutangnya. Sedangkan kewajibannya antara lain
adalah hutang-hutang yang telah diperbuatanya. Hak dan kewajiban yang tersebut diatas itulah yang
kemudian beralih kepada ahli warisnya.
3) Kadaluwarsa
Kadaluwarsa atau lewat waktu dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah “ verjaring.” Kitab Undang-Undang
  Hukum Perdata (BW) mengatur tentang kadaluwarsa dalam buku ke IV tentang pembuktian dan daluwarsa ( van
bewijs and verjaring). Menurut pasal 1946 BW, daluwarsa adalah suatu alat untuk memeroleh sesuatu atau
untuk dibebaskan dari sesuatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang, mengatur tentang daluwarsa sebagai alat untuk memperoleh sesuatu. Kemudian
pasal 1967-1977 BW mengatur perihal daluwarsa sebagai suatu alasan untuk dibebaskan dari suatu kewajiban.
Melihat uraian diatas maka kadaluwarsa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Kadaluwarsa akuisitif adalah kadaluwarsa yang menyebabkan seseorang memperoleh sesuatu.


Berdasarkan pasal 1963 BW tersebut, seorang yang beritikad baik dapat memperoleh suatu benda yang
telah dikuasainya selama 20 Tahun. Bahkan setelah lewatnya waktu 30 Tahun sejak penguasaannya atas
benda tersebut, orang itu memperoleh hak milik atas benda yang dikuasainya itu tanpa harus menunjukan
alas haknya (bukti kepemilikannya).

b. Kadaluwarsa ekstintif adalah kadaluwarsa yang menyebabkan hapus/lenyapnya kewajiban seseorang.


Kadaluwarsa sebagai peristiwa hukum yang menimbulkan akibat-akibat hukum tidak hanya terdapat dan
berlaku pada hukum perdata (privat), melainkan terdapat juga dalam hukum pidana (publik).
B. Hubungan Hukum
 

Hubungan hukum adalah hubungan antara dua subjek hukum Hubungan hukum pun memiliki syarat-syarat
atau lebih, dimana hak dan kewajiban pada satu pihak tertentu. Syarat mana menentukan ada atau tidaknya
berhadapan dengan hak dan kewajiban pada pihak yang lain. suatu hubungan hukum. Syarat-syarat tersebut
terdapat dua segi dalam suatu hubungan hukum, yaitu hak adalah:
(bevoegdheid) dan kewajiban (plicht). Berkenaan dengan
pembahasan tentang hubungan hukum ini, Logemann 1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan hukum
mengemukakan pendapatnya bahwa dalam suatu hubungan yang mendasari/mengatur suatu hubungan
hukum terdapat pihak yang berwenang meminta prestasi hukum.
(prestatie subject) dan terdapat pula pihak yang wajib 2. Adanya peristiwa hukum, yaitu terjadinya
memenuhi prestasi (plicht subject). peristiwa yang akibatnya diatur oleh hukum.
Contoh: Terjadi perjanjian sewa menyewa rumah
Dapat dikatakan bahwa hubungan hukum memiliki tiga unsur, antara A dan B. Perjanjian sewa menyewa rumah
yaitu: tersebut diatur dalam bab ketujuh buku ketiga
BW (pasal 1548-1600 BW).
1. Adanya hubungan hukum antara pemilik hak dan Jadi dari contoh diatas dapat ditegaskan bahwa bab
pemikul kewajiban. ketujuh buku ketiga BW (pasal 1548-1600 BW)
2. Adanya pihak-pihak yang hak dan kewajibannya saling merupakan dasar hukum dari hubungan hukum antara
berhadapan. A dan B. Sedangkan perjanjian sewa menyewa yang
3. Adanya objek yang menjadi inti/pokok dari suatu terjadi antara A dan B merupakan peristiwa
hubungan hukum. hukumnya.
C. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah hasil atau akibat yang timbul dari suatu peristiwa hukum. Sedangkan sebagaimana yang telah
diketahui bahwa peristiwa hukum terbagi/terjadi karena dua hal, yaitu karena perbuatan subjek hukum dan karena
peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum. Oleh sebab itulah akibat hukum pun tidak hanya timbul
karena perbuatan subjek hukum, melainkan juga dapat timbul karena peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek
hukum. Dalam hukum, akibat hukum itu dapat berupa :

1. Lahir, berubah, atau lenyapnya suatu keadaan hukum.


Contoh:
Seorang yang telah mencapai usia 21 tahun dianggap telah dewasa dan oleh karenanya juga telah cakap
hukum. Keadaan hukum menjadi berubah karena sebelum mencapai usia 21 tahun seorang subjek hukum belum
memiliki kecakapan hukum.
2. Lahir, berubah, atau lenyapnya suatu hubungan hukum.
Contoh:
A dan B melakukan perjanjian jual beli motor. A sebagai pemilik motor dan B sebagai pembeli. Kemudian
lahirlah hubungan hukum antara A dan B. Hubungan itu kemudian dituangkan menjadi perbuatan hukum
dengan disepakati dan berlakunya perjanjian tersebut. Setelah mobil diterima oleh B dan A telah menerima
pembayaran dari B maka lenyaplah hubungan hukum itu karena hak dan kewajiban yang terdapat di dalamnya
telah ditunaikan/dipenuhi.
3. Lahirnya sanksi apabila dilakukan suatu perbuatan yang melawan hukum.
Contoh: A membunuh B. Membunuh merupakan perbuatan yang melawan hukum/bertentangan
dengan hukum karena dilarang dan diancam dengan pasal 338 KUHP.
Terimakasih
By : Istiqomatul Maulidah
NIM : 1111210015

Anda mungkin juga menyukai