Anda di halaman 1dari 85

FARMAKOLOGI

ARV

Tim Farmasi
SubDirektorat HIV dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2020
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti materi, peserta
mampu:
Setelah mengikuti
materi, peserta 1. Mengetahui & memahami jenis &
mampu penggolongan obat ARV
mengetahui & 2. Menjelaskan tentang penggunaan
memahami ARV (terapi & profilaksis)
farmakologi ARV 3. Mengetahui & memahami konsep
terapi ARV 4S (start, substitusi,
switch, stop)
4. Mengetahui efek samping &
interaksi obat
PENDAHULUAN

Source: image from CDC Glossarium


Tujuan Terapi
• ARV
Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi dan
mempertahankannya
• Memperbaiki kualitas hidup
• Mencegah infeksi oportunistik
• Mencegah progresi penyakit
• Mengurangi transmisi kepada yg lain
DEFINISI FARMAKOLOGI ARV

 Farmakologi berasal dari kata


 “pharmakon”
 “logos”

 ARV (Anti Retroviral) adalah obat yang digunakan untuk


mencegah replikasi dari retrovirus, misal HIV.
(aidsinfo.nih.gov)
Struktur HIV
2 Binding dan Fusion ( Pengikatan dan Pemaduan )
1 Virus bebas Virus mengikat CD4 pada
1 dari 2 koreseptor (CCR5 dan CXCR4),
& melebur dengan sel
S
3 Infeksi Reseptor CD4
I
K Virus menembus sel Koreseptor CCR5
L mengosongkan isinya RNA HIV
Koreseptor CXCR4
ke dalam sel DNA HIV
U
S 4 Reverse Transcription DNA man
Serat tunggal RNA virus diubah menjadi
DNA dua serat oleh enzim DNA HIV 6 Transkripsi
H reverse transcriptase ( NRTI & NNRTI bekerja disini Pembentukan protein
I DNA man
rantai panjang
D 5 Integrasi (Penyatuan )
DNA virus menyatu
U
dg DNA sel oleh 8 Budding
P enzim integrase Virus immatur
mendorong ke luar,
H
7 Assembly mengambil sel membran (
I Pembentukan rantai protein virus virus blm matang
V mendesak keluar sel )

10 Maturasi 9 Virus immatur keluar


dari sel terinfeksi
PENGELOMPOKAN OBAT ARV
1. Entry Inhibitor
2. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor
a. Abacavir
b. Emtricitabine
c. Lamivudine
d. Tenovofir
e. Zidovudin
3. Non-nucloside Rerverse Transcriptase
Inhibitor
a. Efavirenz c. Nevirapin
b. Rilpivirine
4. Integrase Inhibitor
a. Dolutegravir
b. Raltegravir
5. Protease Inhibitor
a. Atazanavir
b. Darunavir
c. Lopinavir
6. Pharmacologic Booster
a. Cobicistat
b. Ritonavir
Penggolongan ARV berdasarkan Mekanisme Kerja
Entry/Fusion Reverse Transcriptase Integrase Inhibitors Protease Inhibitors Malturation Inhibitor
Inhibitors

Nucleoside & Nukleotide Non Nucleoside (NNRTI)


(NRTI)

- Enfuvirtide 1. Nucleoside - Efavirenz - Raltegravir - Lopinavir - Bevirimat


(di gp41) analogues (EFV) - Elvitegravir (LPV) - Elvucita bine
- Maraviroc (NARTis) - Nevirapine - Dolutegravir - Ritonavir
(di CCR5) -Zidovudine (DGV)
- Vicriviroc (NVP) (RTV) 
(ZDV/AZT) - Rilpivirine - Elvitegravir - Nelfinavir
(di CCR5) - Stavudine
- Ibalizuma (RPV)  (NFV)
(di CD4) (d4T) - Delavirdine - Saquinavir
- Didanosine - Lersivirine (SQV)
(ddi) - Etravirine - Amprenavir
- Abacavir (APV)
(ABC) - Atazanavir
- Emtricitabine (ATV)
(FTC)
- Lamivudin (3TC)
2. Nucleotide
Analogues
(NtRTIs)
- Tenofovir
(TDF)
Penggunaan ARV

Penggunaan ARV terdiri dari:


1. Terapi
2. Profilaksis
- penularan dari ibu ke anak (PMTCT)
- pasca pajanan

*PMTCT (Prevention of Mother-to-Child Transmission)


Highly active antiretroviral therapy (HAART)

 Terapi kombinasi terhadap HIV dikenal dengan HAART. Prinsip pemilihan HAART
di Indonesia adalah penggunaan obat lini pertama yaitu : Lamivudine (3TC),
ditambah salah satu obat golongan NRTI, bersama dengan golongan NNRTI telah
menyebabkan penurunan angka morbiditas dan mortalitas secara dramatis.
(Depkes, 2007) Terdapat tiga golongan utama dari ARV: (Hoffmann dan Mulcahy,
2007)
 

Selalu gunakan minimal kombinasi


tiga obat antiretroviral
REJIMEN TERAPI ARV

Lini I 2 NRTI + 1NNRTI

Lini II 2 NRTI + 1 PI

Lini III 1 NNRTI + I INSTI + 1 PI

Terapi ARV diberikan seumur hidup


KOMBINASI PROFILAKSIS DENGAN ARV
Profilaksis Paduan

PPIA/PMTCT Zidovudin tunggal

PEP/PPP 2 NRTI + 1 PI atau


2 NRT + 1 NNRTI

PPIA ARV diberikan selama 6 minggu


PEP/PPP diberikan selama 28-30 hari
Paduan ARV Lini Pertama utk anak < 5 tahun

2 NRTI + 1 NNRTI
Pilihan NRTI ke-1 Pilihan NRTI ke-2 Pilihan NNRTI
Zidovudin (AZT)a Nevirapin (NVP)
Lamivudin (3TC)
Stavudin (d4T) b
Efavirenz (EFV)d
Emtricitabine (FTC)
Tenofovir (TDF)c Rilpivirine (RPV)
Catatan:
a Zidovudin (AZT) merupakan pilihan utama. Namun bila Hb anak < 7,5 g/dl maka dipertimbangkan pemberian Stavudin(d4T).
b Dengan adanya risiko efek samping pada penggunaan d4T jangka panjang, maka dipertimbangkan mengubah d4T ke AZT (bila Hb anak > 10 gr/dl) setelah
pemakaian 6 – 12 bulan. Bila terdapat efek anemia berulang maka dapat kembali ke d4T.
c Tenofovir saat ini dapat digunakan pada anak usia di atas 2 tahun. Selain itu perlu dipertimbangkan efek samping osteoporosis pada tulang anak yang
sedang bertumbuh karena penggunaan ARV diharapkan tidak mengganggu pertumbuhan tinggi badan.
d EFV dapat digunakan pada anak ≥ 3 tahun atau BB ≥ 10 kg, jangan diberikan pada anak dengan gangguan psikiatrik berat. EFV adalah pilihan pada anak
dengan TB.
Paduan ARV Lini Pertama utk
dewasa

2 NRTI + 1 NNRTI

Paduan ARV lini pertama untuk dewasa


Paduan pilihan TDFa + 3TC (atau FTC) + EFV dalam bentuk KDTc
Paduan alternatif AZTb + 3TC + EFV (atau NVP)
TDFa + 3TC (atau FTC) + NVP

Catatan:
a Jangan memulai TDF jika CCT hitung < 50 ml/menit, atau pada kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal
ginjal
b Jangan memulai dengan AZT jika Hb < 10 g/dL sebelum terapi
c Kombinasi dosis tetap (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV
AZT
NVP
ZDV

3TC / FTC DTG

TDF EVF
REKOMENDASI PANLI-2020
NRTI
NRTI

 Interfensi enzim DNA polymerase - RNA (reverse


transcriptase, RT).
 Intracellular phosphorylasi untuk mengaktifkan metabolite.
 Competitor dengan nucleosides.
 Inkorporasi dengan viral DNA yg sedang berkembang dan
mengakibatkan berhentinya rantai DNA.
Mekanisme kerja Phosporilasi

NRTIs:
NRTIs: Cellular Cellular Cellular
enzyme enzyme enzyme

P P P P P P

Rate-limiting step

NtRTIs (tenofovir): Cellular Cellular


enzyme enzyme

Ph P Ph P P Ph
Efek NRTI pada Mitokondria

 NRTI menghambat DNA polimerase ð


 ATP tidak dapat dihasilkan → mitokondria
toxicityMitokondria → penghasil energi
ZIDOVUDINE
(AZT / ZDV)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

luas, termasuk cairan serebro


liver, konjugasi
per oral spinalis (69-65% serum)
(63%)
dengan asam ginjal
T1/2 : rata-rata 1 jam, T1/2
intrasel 3-7 jam. gluconat

Mekanisme kerja
NRTI – hambat
kerja enzym
Reverse
Transcriptase
ZIDOVUDINE (AZT)
INTERAKSI OBAT / MAKANAN
DOSIS Serum level AZT meningkat bila
 Toksisitas AZT meningkat dikombinasi dengan : probenecid,
methadone, fluconazole, valproic
bila ada gangguan fungsi acid, lamivudine
liver Serum level phenytoin turun bila
 Dosis : 200 mg setiap 8 jam
diberikan bersama AZT
atau 300 mg setiap 12 jam
 Pd ibu hamil diberikan pada
EFEK SAMPING
minggu ke 14 –34
 Myelosupressi :
( 100 mg, 5 kali sehari, oral.
- anemia makrositik (1-4%)
Selama persalinan, 2
- neutropenia(kelainan hematological) (2-8%)
mg/Kg, infus dalam 1 jam).  GI intolerance, sakit kepala, insomnia
Bayinya diberi dosis 2  Jarang : -thrombocytopeni, miopati,
mg/KgBB, tiap 6 jam, hiperpigmentasi,
selama 6 minggu  Dosis besar : cemas, bingung, tremor
LAMIVUDINE
(3TC)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

per oral (>80%) luas, bisa mencapai cairan


Tidak serebro spinalis T1/2 : rata-
liver, Ginjal
terganggu rata 2,5 jam, T1/2 intrasel
makanan 10,5-15.5 jam.

Mekanisme kerja
NRTI – hambat
kerja enzym
Reverse
Transcriptase
LAMIVUDINE (3TC)
INTERAKSI OBAT
DOSIS Cotrimoksazol meningkatkan
Dewasa 300 mg perhari bioavailabilitas Lamivudine
Lamivudine-Zalcitabine saling
Anak 1,4 – 2 mg/kg BB
menurunkan potensi masing-
Juga dikenal sebagai obat masing
untuk Hepatitis B dengan
dosisi 100 mg perhari
EFEK SAMPING
sakit kepala,
 insomnia,
 fatigue,
GI discomfort
ABACAVIR
(ABC)-NRTI

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


T1/2 : 1,5
tidak Berikatan dengan
jam
dipengaruhi protein 50%
hepar Di urine
makanan
80%, feses
bioavailability
16%
83%

Mekanisme kerja
NRTI – hambat
kerja enzym
Reverse
Transcriptase
ABACAVIR
DOSIS INTERAKSI OBAT
ESO saluran nafas : sesak, batuk,
Dosis : 300 mg setiap 12 jam faringitis. Skin rash terjadi pada
sekitar 50% penderita
atau 600 mg setiap 24 jam Lab : peningkatan serum
aminotranferase,
& creatine kinase

EFEK SAMPING
 Efek samping sementara, misalnya sakit kepala,
darah tinggi, atau seluruh badan merasa tidak
enak. Efek samping ini biasanya lambat laun
membaik atau hilang.
 Efek samping abacavir yang paling umum
adalah sakit kepala, mual, dan muntah
EMTRICITABINE (FTC)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


Penetrasi di SSP: rendah
per oral (93%)
T1/2 : >24 jam
Tidak
terganggu
Dosis: 200 mg setiap 24 liver Ginjal
jam
makanan

Interaksi
* Jangan digunakan bersama dengan
lamivudin, disulfiram dan
metronidazole
Efek samping: sakit kepala, diare,
mual, skin hyperpigmentation
Sediaan diIndonesia: kombinasi
dengan Tenofovir
TENOFOVIR - NtRTI
(TDF)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

Tenofovir ada
per oral : 25%, Ekskresi
dalam bentuk
bisa T1/2 : 17 jam; : filtrasi
prodrug Tenofovir
meningkat
T1/2 intra disopoxil fumarate glomerulus
39% bila diit
mengandung sel : 60 jam Dan di & sekresi
metabolisme di tubular
banyak lemak
liver,
TENOFOVIR

Efek Samping
ginjal : gagal ginjal akut, sindrom Fanconi
GI : mual, muntah, diare, kembung
Sakit kepala, asthenia

Interaksi Obat :
Kombinasi dengan didanosine akan menurunkan
efektivitas tenofovir dan meningkatkan ketoksikan

Dosis :
Di atas umur 18 th :1 tab (245 mg) setiap 24 jam
NNRTI
NNRTI
NNRTI
 Berikatan secara
langsung dengan RT
pada kantung katalitik
sehingga proses
katalisasi terhenti
.
NEVIRAPINE (NVP)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

Berikatan 81% di
tidak
dengan protein ekskresikan di
dipengaruhi
50-60% urine sebagai
makanan.
Vd : 1.2-1.4 L/kg metabolit, <3%
bioavailabilitas liver oleh
Menembus dalam bentuk
: >90% CYP3A
sawar otak atau utuh
Kadar puncak
cerebrospinal 10% di
plasma 2-4 jam
Terpenetrasi di ekskresikan di
ASI feses
NEVIRAPINE
 ESO :
- rash terjadi pada 17% pasien (biasanya ter-
jadi pada 4-6 minggu pertama)
Peningkatan dosis bertahap pada awal terapi
(selama 14 hari), bisa mengurangi
kemungkinan timbulnya rash. Bila rash
sangat hebat, terapi harus segera dihentikan
- Toksisitas pada liver (sekitar 4%) sering
terjadi pada :
* wanita dengan CD4 pre-terapi > 250 cell/ml
* pria dengan CD4 pre-terapi > 400 cell/ml
* penderita hepatitis B/C
NEVIRAPINE
 Interaksi:
Nevirapine adalah inducer CYP3A,
akan menyebabkan menurunnya level :
* amprenavir * saquinavir
* indinavir * efavirenz
* lopinavir * methadone
EFAVIRENZ (EFV)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

Kadar Berikatan Di urine 14-


plasma dengan Di liver 34%
CYP3A4 dan
puncak protein Di feses 15-
CYP2B6
61%
2.5-4 jam 99%
EFAVIRENZ
(EFV)

Efek samping:
SSP : dizzy, drowsy,insomnia,sakit kepala, bingung,
amnesia, agitasi, delusi, depresi, mimpi buruk, euphoria.
Efek samping sentral ini bisa mencapai 50%
Kulit: rash (28%), GI : mual, muntah, diare

Lain-lain : kristaluria, peningkatan SGOT/PT, peningkatan


kolesterol
Kontra Indikasi
Efaviren tidak boleh untuk wanita hamil - teratogenik
RILPIVIRINE (RPV)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

T1/2
Dengan makanan
& minuman tinggi Protein eliminasi : 50
Di metabolisme jam Ekskresi
protein turun 50%
Dengan makanan bounding di CYP3A di feses
tinggi lemak turun
40% 99.7% 85%, urine
6,1%
Efek Samping Rilpivirine
> depresi
> insomnia
> sakit kepala
> gatal
> menaikkan nilai SGOT 2%, SGPT 19%
> percobaan bunuh diri 4-8%
Integrase Inhibitor
Integrase Inhibitor

 Kelompok obat baru yang bekerja dengan


menghambat enzim integrase
 Raltegravir, Elvitegravir, Dolutegravir, Bictegravir
DOLUTEGRAVIR (DTG)

Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi

Dimetabolisme di 53% di feses


Cepat diserap –
 glucuronidation vi dalam keadaan
dalam waktu 0,5 –
tidak berubah
2 jam mencapai Berikatan dengan a uridine
31% di urine
peak protein ≥98.9% diphosphate (UDP) sebagai ether
Konsentrasi dalam Vd : 17.4 L; 4-232 glucuronosyl- glucuronide,
darah bertahan 30 ng/mL menembus transferase (UGT) benzylic carbon,
jam sawar otak 1A1 dengan atau N-
kontribusi dari dealkylation
CYP3A product
DOLUTEGRAVIR

 Dolutegravir
 Tidak memerlukan penyesuaian dosis pada gangguan ginjal
 Interaksi sangat kecil dengan makanan walau dilaporkan penyerapan membaik
dengan lemak
 Mempunyai barier resisten yang tinggi dan dapat digunakan pada experienced
patient
 Tidak memerlukan booster
 Kontra indikasi: ibu hamil, berencana hamil dan ibu menyusui
Efek Samping Dolutegravir

 Hipersensitifitas
 Gangguan fungsi hati (hepatotoksik)
 Neuropsikiatri ( cemas & depresi) - < 2%
 Sistem saluran cerna
 Meningkatkan kadar kolesterol & trigleserida lebih 10 – 17%
 Hiperglikemia (1-7%)
 Dilaporkan terjadi peningkatan kasus Obesitas – wanita
 Insomnia
 Pusing
 Fatigue
Protease inhibitor
Protease Inhibitor

 Dengan menghambat langsung enzim protease yang


diperlukan untuk mengumpulkan informasi genetik dan
maturasi
LOPINAVIR/RITONAVIR
(LPV/r)

Absorbsi Distribusi Metabolisme

per oral & setelah makan


Absorpsi Lopinavir &
Ditemukan di plasma dan liver, di
darah perifer serta bisa CYP3A4 &
Ritonavir meningkat dengan
adanya makanan menembus SSP (bisa utk CYP3A5
pengobatan neurocognitive)

Efek Samping Obat


Ritonavir: Gangguan GI, Ekskresi
paresthesia, peningkatan serum
transaminase perubahan indra
83% lewat feces,
pengecap, hipertrigliseridemia
10% lewat urine
Liponavir : mual, muntah, diare,
nyeri perut, asthenia
LOPINAVIR-RITONAVIR
(Protease Inhibitor)
 Di Indonesia Sediaan yang ada FDC Lopinavir dan
Ritonavir.
 Ritonavir menghambat CYP3A4 – enzym metabolisme
Lopinavir, sehingga meningkatkan efektivitas lopinavir
Interaksi obat

 Carbamazepin,Rifampisin, Efavirenz mengurangi efektivitas


dolutegravir
 Obat maag, pencahar, mineral (Al, Ca, Fe, Mg and Zn pada
suplemen) menggangu absorbsi dan mengurangi
efektivitas dolutegavir diminum 2 jam sebelum atau 6
jam sesudah
Jenis ARV Dosis Dewasa Dosis Anak

Zidovudine (AZT) 300 mg setiap 12 jam 160 mg/m²/8 jam


Bayi: 2 mg/kg BB/6 jam

Lamivudine (3TC) 150 mg setiap 12 jam 4 mg/kgBB/12 jam


Bayi: 2 mg/kg BB/6 jam

Stavudine (d4T) < 60 kg: 30 mg setiap 12 jam < 30 kg: 1 mg/kg setiap 12 jam
> 60 kg: 40 mg setiap 12 jam

Nevirapine (NVP) 200 mg (14 hari) setiap 24 jam, 120 mg/m²/24 jam (14 hr),
ditingkatkan 200 mg setiap 12 jam ditingkatkan 120-200 mg/m²/12 jam

Evafirenz (EVP) 600 mg setiap 24 jam 10-15 kg: 200 mg setiap 24 jam
20-25 kg: 250 mg setiap 24 jam
25-30 kg: 300 mg setiap 24 jam

Rilpivirine (RPV) 25 mg setiap 24 jam Usia 12 – 17 tahun dengan BB ≥35


kg 25 mg sehari setiap 24 jam
dengan makanan
Farmakologi obat yang direkomendasikan untuk
IO ODHA
Farmakologi obat yang
direkomendasikan untuk PIMS
Obat-obatan yang digunakan untuk penanganan IMS adalah obat-obatan
yang termasuk dalam daftar Obat esensial nasional (DOEN) yang dipilih
dengan kriteria pemilihan obat sebagai berikut:
• Angka kesembuhan/kemanjuran tinggi (sekurang-kurangnya 95% di wilayah
tersebut).
• Harga murah
• Toksisitas dan toleransi masih dapat diterima
• Pemberian dalam dosis tunggal
• Cara pemberian peroral
• Tidak menjadi kontra indikasi untuk ibu hami atau menyusui
DAFTAR OBAT
PIMS GONOKOKUS
PENGOBATAN URETRITIS PENGOBATAN URETRITIS NON-
GONOKOKUS

Cefixim 400 mg, Azitromicin 1 g, dosis tunggal, per oral


dosis tunggal, per oral ATAU

Doksisiklin* 2 x 100 mg,


per oral, 7 hari

Pilihan pengobatan lain


Kanamisin 2 g, injeksi IM,
dosis tunggal ATAU

Cetriaxon 250 mg, Injeksi IM,


dosis Tunggal

*tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 12 tahun


IM = intramuskular
PENGOBATAN PEMBENGKAKAN SKROTUM

PENYEBAB PENGOBATAN

Gonore dan klamidia Sefiksim 400 mg/hari per oral selama 5 hari ATAU
Seftriakson 250 mg/hari, injeksi intramuskular selama 3 hari
DITAMBAH
Doksisiklin* 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari

Gonore, klamidia dan Sefiksim 400 mg/hari per oral selama 5 hari ATAU
organisme enterik Seftriakson 250 mg/hari, injeksi intramuskular selama 3 hari
DITAMBAH
Levofloksasin* 500 mg per oral sekali sehari selama 10 hari

Organisme enterik Levofloksasin* 500 mg per oral sekali sehari selama 10 hari

*tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 12 tahun


Chancroid (ulkus Herpes genitalis Herpes genitalis Limfogranuloma
Sifilis stadium 1 & 2 mole) episode pertama rekurens venereum

Obat yang Benzatin - Siprofloksasin*, Asiklovir, 5x200 Asiklovir, 5x200 Doksisiklin *,


dianjurkan benzilpenisilin 2,4 juta IU, 2x500 mg/hari, per mg/hari, per oral, mg/hari, per oral, 2x100 mg/hari,
dosis tunggal, injeksi oral, selama 3 hari selama 7 hari, ATAU selama 5 hari, ATAU per oral, selama
intramuskular ATAU Asiklovir 3x400 mg/hari Asiklovir 3x400 14 hari,
Eritromisin base, selama 7 hari ATAU mg/hari selama 5 ATAU
4x500 mg/hari, per Valasiklovir, 2x500 hari Eritromisin base
oral, selama 7 hari mg/hari, per oral, ATAU 4x500 mg/hari,
ATAU Valasiklovir, 2x500 per oral, selama
Azitromisin 1 g, per selama 7 hari,
mg/hari, per oral, 14 hari
oral, dosis tunggal
selama 5 hari,
ATAU

Obat Penisilin-prokain injeksi Seftriakson 250


pilihan lain IM 600.000 U/hari mg, injeksi intra
selama 10 hari muskuler, dosis
tunggal
Alergi Doksisiklin* 2X100
penisilin mg/hari per oral,
dan tidak selama 30 hari ATAU
hamil Eritromisin 4 x 500

mg/hari selama 30 hari


*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil/menyusui atau anak berumur kurang dari 12 tahun
Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol

Usia Kriteria Dosis Kriteria Monitoring


inisiasi Pemberhen
Tian

Bayi Semua bayi, Dosis Sampai risiko Dilihat


terpajan dimulai usia trimetoprim transmisi HIV klinis
HIV 6 minggu 4-6 mg/kgBB berakhir atau dengan
setelah lahir sekali sehari infeksi HIV interval tiap
(sesuai IDAI) sudah 3 bulan
Disingkirkan
Pemberian Pengobatan Pencegahan INH
(PP INH)
Dosis Lama Terapi

semua ODHA tidak INH 300 mg/hari 6 bulan (total 180 dosis)
menderita TB aktif, dan
ODHA yang memiliki
kontak erat dengan
pasien TB Vitamin B6 25 mg Selama terapi dg INH untuk
/hari mengurangi efek samping INH.
atau 50 mg/ 2 hari
sekali
   

PEP/PPP

Yaitu : pemberian ARV dalam waktu singkat untuk


HIV
CARE
mengurangi kemungkinan didapatnya infeksi
ART HIV setelah terpapar ketika bekerja atau
setelah kekerasan seksual.
HIV
ORT
SUPP Resiko Penularan < 1 %
 Perlu dilakukan tes HIV sebelum memulai PPP
CARE
ART
HIV
NT
 Waktu terbaik diberikan kurang dari 4 jam, maksimal
TME dalam 48-72 jam setelah kejadian.
TREA
AND  Diberikan selama 1(satu) bulan (28-30 hari)
ORT  Perlu dilakukan pemantauan efek samping
 Perlu dilakukan tes ulang pada bulan ke 3 dan 6 setelah pemberian
SUPP
CARE
ART
HIV
Pemberian ARV pencegahan pada bayi
Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV, baik yang diberi ASI eksklusif maupun susu
formula, diberi Zidovudin dalam 12 jam pertama selama enam minggu.

Kondisi Bayi Dosis Zidovudin


Bayi cukup bulan Zidovudin 4 mg/kg BB/12 jam selama 6 minggu, atau dengan dosis disederhanakan:
 Berat lahir 2000-2499 g = 10 mg 2x sehari
 Berat lahir ≥ 2500 g = 15 mg 2x sehari
bayi dengan berat < 2000 g harus mendapat dosis mg/kg, disarankan dengan dosis
awal 2 mg/kg sekali sehari

Bayi prematur < 30 minggu Zidovudin 2 mg/kg BB/12 jam selama 4 minggu pertama, kemudian 2 mg/kg BB/8 jam
selama 2 minggu

Bayi prematur 30-35 minggu Zidovudin 2 mg/kg BB/12 jam selama 2 minggu pertama, kemudian 2 mg/kg BB/8 jam
selama 2 minggu, lalu 4 mg/kg BB/12 jam selama 2 minggu
KONSEP TERAPI 4S
- Indikasi memulai ARV : Semua ODHA dewasa termasuk ODHA hamil,
remaja dna anak <10 thn
START tanpa melihat stadium dan nilai CD4
- Pasien koinfeksi TB
- Penggantian salah satu atau seluruh komponen rejimen ARV
SUBSTITUSI dalam lini yang sama
- Alasan substitusi : ESO, interaksi, kehamilan
- Apabila pasien mengalami kegagalan terapi dan atau terjadi
SWITCH resistensi, maka dilakukan Switch obat ke Lini 2
- Kegagalan terapi: gagal secara klinis, imunologis dan virologis

- Menghentikan/penghentian sementara terapi ARV


STOP - Alasan STOP : toksisitas /ESO berat, gagal pengobatan,
adherence yang buruk, kurang biaya etc
start
Sebelum mulai
• Yakinkan bahwa status klien adalah HIV positif
• Lakukan evaluasi Klinis:
– Tentukan stadium klinis (1,2,3 atau 4)
– Diagnosis dan pengobatan IO
– Profilaksis IO dan adherence terhadap pengobatan IO
– Pertimbangkan apakah perlu ARV
• Bahas dengan Odha mengenai kemungkinan
adherence terhadap ARV
• Edukasi mengenai tujuan terapi ARV
substitusi
Alasan Substitusi

Toksisitas/efek samping
Hamil
Risiko hamil
TB baru
Ada obat baru
Stok obat habis
switch
Alasan Switch

• Gagal Pengobatan secara Klinis

• Gagal Pengobatan secara Imunologis

• Gagal Pengobatan secara Virologis


stop
Alasan Stop

 Toksisitas/Efek samping
 Gagal Pengobatan
 Adherence buruk
 Stok obat habis
 Kekurangan Biaya
 Keputusan pasien
Strategi menghentikan ARV

 Khususnya jenis NNRTI karena mempunyai waktu paruh yang


panjang
 1. Hentikan NNRTI dulu, lanjutkan 2 NRTI, setelah 7 hari untuk
Nevirapin, atau 14 hari untuk Efavirenz,
 2. Hentikan 2NRTI sekaliguss.
PENUT
UPARV dibedakan berdasarkan mekanisme dan lokasi kerja ARV dalam siklus replikasi
1. Obat
virus HIV.
2. Minum obat ARV dosis yang benar dan tepat waktu setiap hari untuk menjaga dan
mempertahankan kadar obat ARV di dalam darah adalah essensial untuk menekan
jumlah virus dalam tubuh dan mencegah terjadinya resistensi obat ARV.
3. Terapi ARV tidak boleh dihentikan tanpa berkonsultasi dengan dokter HIV, kecuali dalam
situasi gawat darurat.
4. Proses Switch dan Stop terapi ARV dapat menyebabkan terhadap
farmakokinetika permasalahan ARV dalam tubuh, oleh karena
obat
pengawasan pakar HIV itu perlu
untuk dilakukan
mengurangi dampak terjadinya resistensi. dengan
5. Memulai terapi ARV dini lebih baik daripada terlambat. Pengobatan ARV bisa
menurunkan resiko menularkan, mencegah timbulnya penyakit penyerta dan
memperpanjang masa hidup.
Reference
1. sKementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 87 tahun 2014 tentang
Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Kementerian Kesehatan, Jakarta Indonesia; 2015.
2. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/90/2019
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. Kementerian Kesehatan,
Jakarta Indonesia; 2019.
3. WHO. 2016. The Use of ARV Drug For Treating and Preventing HIV Infection. WHO. Geneva.
4. Matthew P, Stephen T., 2018. Medicine; Sexually Transmitted Infections and HIV & AIDS, part 1
of 2, Volume 46;5 May 2018. Elsevier Ltd. , London UK. ISSN: 1367-3039.
5. Dirjen PPPL RI. Pedoman nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual, 2015, Jakarta,
Indonesia,616.951.Ind.p.
6. BHIVA Treatment Guidelines Writing Group. British HIV Association guidelines for the
treatment of HIV-1-positive adults with antiretroviral therapy 2015 (2016 interim update).
Available at: Treatment/ 2016/treatmentguidelines-2016-interim-update.pdf.
7. Corbett AH, Sheffield CI. Key pharmacologic principles and drug-drug interactions in HIV
patient care. inPractice_ HIV. Available at: http://www.clinicaloptions.com/
inPractice/Index/HIV.aspx.
8. PSA. 2015. Community Pharmacy and HIV. Pharmaceutical Society of Australia Ltd. Deakin
West, Australia.

Anda mungkin juga menyukai