Anda di halaman 1dari 101

FARMAKOTERAPI

UNTUK ODHA

Pelatihan PDP Kelas Farmasi


Manokwari , 16 -19 November 2016

Oleh

SITTI HALIJA
TUJUAN UMUM

• Diharapkan setelah sesi ini peserta:


– Memahami tujuan farmakoterapi ODHA
– Mampu mengaplikasikan materi dalam
mengatur rejimen obat untuk ODHA
– Mampu memberi informasi dan konseling
kepada ODHA
TUJUAN KHUSUS SESI

• Diharapkan setelah sesi ini peserta:


– Memahami tujuan farmakoterapi untuk ODHA
– Memahami mekanisme aksi obat ARV
– Memahami penggolongan obat ARV
– Memahami farmakokinetik, farmakodinamik,
efek samping obat
– Mengetahui obat-obat yang digunakan pada
beberapa infeksi oportunistik
Farmakoterapi

• Farmakoterapi : Terapi dengan menggunakan


obat-obatan

• ART: Anti RetroViral Therapi yaitu terapi


dengan menggunakan ARV

• ARV: Obat AntiRetroViral yang aktif melawan


HIV (Obat)
Apakah HAART?

• Highly Active AntiRetroviral Therapy:


• Kombinasi terapi dengan sedikitnya 3 obat
ARV poten :
• Lini I : 2 NRTI + 1NNRTI
• Lini II : 2 NRTI + Boosted-PI
• Kerja ARV akan lebih baik jika digunakan
dalam kombinasi 3-4 obat
• Lini II : 3 NRTI + Bossted-PI
TUJUAN TERAPI ANTIRETROVIRAL
A. Klinis:
1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
2. Memperbaiki kualitas hidup
B. Imunologi:
Memulihkan sistim dan memelihara sistim imun kekebalan,
dan mengurangi terjadinya IO.
C. Virologi:
Menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam waktu
yang lama, dengan menekan viral load.
D. Epidemologi:
Mengurangi penularan HIV→TREATMEN IS PREVENTION.
Mengurangi jumlah kasus baru
MEKANISME AKSI OBAT ARV
STRUKTUR HIV
STRUKTUR HIV
Envelop
gp 120
gp41

Enzym
Reverse transcriptase
Integrase
Protease

Inti
P17 (matrix)
P24 (kapsid)
P7/P9 (nucleocapsid)
Ada 5 fase dalam replikasi HIV
• Binding dan entry (fusion)
• Reverse transcription
• Replication
• Budding
• Maturation
Mekanisme Kerja ARV
Siklus Hidup HIV
5 fase replikasi HIV :

1. Binding and entry :


→ Interaksi envelope virus dengan
reseptor sel host
→ Fusi membran envelope
→ Capsid virus masuk ke dalam sel

2.Reverse transcription :
→ RNA ditranskripsi menjadi DNA
→ DNA akan bermigrasi ke nukleus
Siklus Hidup HIV
3. Replication :
→ Di dalam nukleus, DNA virus yang
terbentuk akan bersatu dengan DNA
sel host.

→ Enzim integrase mengkatalisis


penyatuan DNA virus dengan genom
sel host sehingga di dalam genom sel
host terdapat gen HIV

→ Provirus
Siklus Hidup HIV
4. Budding
→ virus akan membentuk struktur inti, migrasi
ke membran sel & memperoleh envelop lipid
dari sel host

5. Maturation
→ akan dilepaskan sebagai partikel virus yang
infeksius dan siap menginfeksi sel lain.
Penggolongan Obat ARV
OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)
 Reverse Transcriptase Inhibitor
(a). Analog nucleoside (NsRTI)
(b). Analog nucleotide (NtRTI)

 Non Nucleoside Reverse Transcriptase


Inhibitor (NNRTI)

 Protease Inhibitor

 Fusion Inhibitor
Obat Antiretroviral
yang tersedia di Dunia
NsRTI NNRTI PI
Zidovudine (AZT/ZDV) Efavirenz (EFV) Indinavir (IDV)
Delavirdine (DLV) Nelfinavir (NFV)
Lamivudine (3TC) Nevirapine (NVP) Saquinavir (SQV)
Didanosine (ddl) Amprenavir (APV)
Abacavir (ABC) Ritonavir (RTV)
Zalcitabine (ddC)*) Lopinavir (LPV)
Emtricitabine (FTC) Atazanavir (ATV)
Fosamprenavir (FPV)
Tipranavir (TPV)
Darunavir (DRV)

NtRTI FI
Tenofovir (TDF) Enfuvirtide (ENF)
• *)=Tidak diproduksi lagi

Bagaimana memilihnya?
Penggolongan ARV berdasarkan Mekanisme
kerja/ Lokasi kerja
Reverse Transcriptase
Inhibitors (RTIs)
Protease Inhibitors Integrase Maturation
Entry /Fusion Inhibitors Nucleoside & Non
(PI) Inhibitors Inhibitors
Nucleotide Nucleoside
(NRTI) (NNRTI)
Nucleoside
* Efavirenz * Lopinavir/v
* Enfuvirtide (di gp41) analogues * Raltegravir * Bevirimat
(EFV) (LPV/r)
(NARTIs)
• Elvitegrav
* Ritonavir *
* Maraviroc,Vicriviroc (di * Zidovudine * Nevirapine ir
(RTV) Elvucitabin
CCR5) (ZDV/AZT) (NVP • Dolutegra
• Darunavir (DRV) e
vir
• Rilpivirin
* Nelfinavir
* Ibalizumab (di CD4) * Stavudine (d4T) e
(NFV)
(RPV)
* Lamivudine * Saquinavir
* Lersivirine
(3TC) (SQV)
* Amprenavir
* Didanosine (ddi) * Etravirine
(APV)
• Delavirdi * Atazanavir
* Abacavir (ABC)
ne (ATV)
* Emtricitabine
(FTC)
Nucleotide
Target Terapi Antiretroviral

Attachment
Inhibitor,
Coreceptor
Antagonist
Fusion NRTI,
Inhibitor
Entry NNRTI
Inhibitor
Reverse PI
Transcriptase
Inhibitor
Integrase Protease Maturation
19 Inhibitor Inhibitor Inhibitor
Mekanisme aksi Reverse Transcriptase
Inhibitor
• NRTI mengintervensi replikasi
HIV-1 secara kompetitif dengan
menghambat reverse
transcriptase, sehingga
menghasilkan terminasi rantai
proviral DNA HIV-1.

• NNRTI merupakan kelompok


agen anti retroviral yang secara
struktur berbeda, yang mengikat
pada posisi yang jauh dari active
site, menghasilkan perubahan
konformasi pada active site yang
dihasilkan oleh terhambatnya
enzim reverse transcriptase.
a. NRTI (Nucs) b. NNRTI (Non Nucs)
Mekanisme Kerja NRTI (1)

• NRTI adalah obat ARV yang bekerja melalui inhibisi


reverse transcriptase HIV (enzim yang mengkatalisis
konversi RNA HIV menjadi DNA double stranded) 
menghentikan proses transkripsi dari RNA menjadi
DNA (HIV-RNA tidak menjadi HIV-DNA)

• Hasilnya :
– HIV tidak dapat masuk pusat ruangan pabrik
– HIV tidak dapat menjadi bagian material sel-sel
tubuh
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
(NsRTIs)

• Merupakan kelas obat ARV pertama yang


digunakan pada penyakit HIV
• Dapat dibagi menjadi 2 kategori :
• Thymidines: ZDV dan d4T ( kedua obat ini
tidak bekerja sama dengan baik)
• Nonthymidine: 3TC, ddI, ABC, ddC
Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors
(NtRTIs)

• Menghambat HIV RT tanpa tergantung pada


tahap fosforilase intrasel awal
• Dapat memiliki aktivitas yang lebih luas
dibandingkan nucleoside secara umum, tidak
ada resistensi silang antara nucleotides dan
nucleosides
• Tenofovir (TDF)
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
(NNRTIs)

•Secara struktur berbeda dari NRTIs


•Terikat pada tempat yang berbeda pada enzim
RT
•Merupakan inhibitor poten dari RT
•Jika NNRTIs digunakan sebagai monoterapi,
dapat timbul resistensi secara cepat
•obat yang tersedia: NVP dan EFV
Protease Inhibitors (PIs)

• PIs bekerja dengan mengikat enzim protease


virus, mencegah pemecahan protein virus
• Mencegah HIV merangkai diri dan
melepaskan diri dari sel yang terinfeksi
• Tidak terbentuk calon virus baru
Farmakokinetik,
Farmakodinamik,
Efek Samping Obat (ESO)
FARMAKOKIONETIK

• Farnakokinetik : Memplajari kinetika absorbsi,


distribusi,metabolisme dan eliminasi. (Sistim
ADME)
• Farmakodinamik : Hubungan antara
konsentrasi obat pada tempat kerja dan efek
obat serta faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan tsb.
Absorbsi
 Prinsip:
- Ada obat yang tidak diabsorbsi disaluran
cerna untuk efek lokal, dikelurkan bersama tinja
- Ada obat yang diabsorbsi di saluran cerna
tujuannya untuk melalui membran saluran cerna
masuk ke peredaran darah/sistim sirkulasi
memberikan efek sistemik, dikelurakan lewat urin,
tinja, keringat,ASI, saliva atau melalui paru.
Absorbsi : merupakan langkah pertama obat
memberikan efek terapetik
Istilah :
Minimum Effective Concentration (MEC) : menentukan mula kerja
obat (onset of action)

Lama kerja obat ( Long of action) : waktu antara mula kerja obat dan
waktu yang diperlukan untuk kadar obat turun kembali ke MEC.

C.Max : Konsentrasi maksimum obat dalam darah.

Bioavaibilitas : Jumlah relatif obat atau zat aktif obat yang diabsorbsi.
Absorbsi
• Absorbsi:
– Faktor –faktor obat
– Faktor-Faktor Penderita
– Faktor lingkungan
Dosis
 Dosis terapeutik: dosis yang diberikan
menyebabkan efek terapeutik
 Dosis minimal: dosis yang paling kecil yang masih
mempunyai efek terapeutik.
 Dosis maksimal: dosis yang paling besar yang
masih mempunyai efek terapeutik.
 Dosis toksik: dosis yang diberikan menyebabkan
efek toksik (keracunan)
 Dosis letal: dosis yang diberikan menyebabkan
efek letal (kematian)
Kurva kadar obat dalam darah
vs waktu
Kadar bat dalam darah

Konsentrasi MSC/MTC
maksimum

MEC

Waktu

Acute HIV infection Symptom


Distribusi Obat:Setelah obat bercampur dengan
darah obat didistribusikan ke jaringan/tempat dimana obat itu
bekerja dan berinteraksi dengan reseptor

 Distribusi :Merupakan mula kerja obat


 Distribusi obat dalam tubuh:
 Cara pemberian obat: Intravaskuler,
ekstrtavaskuler
 Ikatan obat dalam plasma protein
 Ikatan pada jaringan dll
Distribusi
 Volume Distribusi ( Vd): Adalah volume
dalam tubuh dimana obat terlarut.
 Vd digunakan untuk menghitung jumlah
total obat dalam darah (DB). DB= Vd x Cp.
 Distribusi koefisien : Vd/BB= l/kg.
 Mis: Dalam literatur dinyatakan Vd = 0,3,
BB 60 kg, maka Vd nya = 0,3 x 60 = 18
liter.
Distribusi
 Vd sebanding dengan BB.
Volume Obat dlm Keterangan
distribusi peredaran darah
5 liter 4,3 % BB Hanya dlm
sistemik
10-20 liter 15-27% BB Sampai cairan
ekstra seluler
25-30 liter 35-42% BB Sampai cairan
intra seluler
40 liter 60% BB Sampia seluruh
caitan tubuh
Hubungan Vd dengan Obat dalam plasma

 Asumsi Volume plasma = 4 % BB


Vd (liter/kg BB) % obat dalam plasma dari
jumlah total obat
0,045 89
0,10 40
0,15 27
0,6 6,7
1.0 4
10 0,40
Metabolisme/Biotransformasi
• Menunjukkan proses biotransformasi obat
dalam lingkungan biologis.
• Terjadi bila ada enzim-enzim yang berfungsi
sebagai katalisator.
• Tujuan utama: Mendeaktifkan dan
meningkatkan eliminasi obat, yaitu dengan
mengubah obat yang relatif mudah larut
dalam lemak menjadi relatif mudah larut
dalam air, sehingga mudah diekresi lewat
ginjal.
Tempat Metabolisme Obat

• 1. Hati (sebagian besar)


• 2. Ginjal
• 3. Jaringan otot
• 4. Dinding usus.
Ekskresi : menunjukkan berakhirnya aktivitas
serta kehadiran obat dalam tubuh

• Eliminasi Obat dari Tubuh:


– Lewat ginjal ke dalam urine
– Lewat empedu ke saluran cerna
– Lewat saluran cerna ke dalam feses
– Lewat paru
– Eliminasi lainnya : Lewat kulit, ASI, Saliva
– Clearence: menggambarkan banyaknya darah
persatuan waktuyang dibersihkan darti obat tsb.
– Kecepatan eliminasi obat dinyatakan sbg T1/2
Parameter Farmakokinetik ARV
Gol obat Kepekaan F% Vd T1/2 Cl/F C max/C
IV l/kg eliminasi Ml/mnt min
(jam) (mg/x)

NRTI
ABC 0,07-5,8 83 0,86 1,5 jam 48,9 10,7/0,04

ddi 0,01-10 40 0,83 1,4 26.9 4,0/0,2


3TC 0,002-15 86 1,3 5 23,1 7,5/0,22

ZDV 0,001-0,48 64 1,6 1,1 112 2/0.2

d4T 0.009-4 86 0,53 1,4 34 4/0.004


TDV 0.004-8.5 40 1,2 17 35,7 1.13/0,2
Parameter Farmakokinetik ARV
Gol obat Kepekaan F% Vd T1/2 Cl/F C max
IV,kisaran l/kg eliminasi Ml/mnt /C min
IC. 50 G (jam)
uM mg(x)

NNRTI
NVP 0.010-0,1 50 1.21 25 2,6 5,5/3.0
EFV 0.0017- 43 10.2 48 10.3 12.9/5.6
0.0025

PI
lpr 0.004-0.07 9 0.74 5.5 6.5 15.4/8.8

Rtr 0.0036- 60 0.41 3.5 8,8 16/5


0.154
Efek Samping Obat
 Definisi:
 setiap efek yang tidak dikehendaki yang
merugikan atau membahayakan pasien
(adverse reactions) dari suatu pengobatan.
 Tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama
sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah
seminimal mungkin dengan menghindari
faktor-faktor risiko.
PEMBAGIAN EFEK SAMPING OBAT
 Efek samping yang dapat diperkirakan:
 efek farmakologik yang berlebihan
 respons karena penghentian obat
 efek samping yang tidak berupa efek
farmakologik utama

 Efek samping yang tidak dapat diperkirakan:


 reaksi alergi
 reaksi karena faktor genetik
 reaksi idiosinkratik
Efek Samping Yang Dapat
Diperkirakan
1. Efek farmakologik yang berlebihan (= efek toksik)
disebabkan disebabkan karena dosis relatif yang
terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan
 Dosis yang memang besar karena adanya
perbedaan respons kinetik atau dinamik pada
kelompok-kelompok tertentu (ggg ginjal, ggg.
jantung, usia dll)
 Interaksi farmakokinetik maupun farmakodinamik
antar obat yang diberikan bersamaan sehingga
efek obat menjadi lebih besar
Efek Samping Yang Dapat
Diperkirakan (lanjutan)

 Contoh:
 Depresi respirasi pada pasien-pasien
bronkitis berat yang menerima pengobatan
dengan morfin atau benzodiazepin.
 Bradikardia pada pasien-pasien yang
menerima digoksin dalam dosis terlalu tinggi.
 Palpitasi pada pasien asma karena dosis
teofilin yang terlalu tinggi.
 Hipoglikemia karena dosis antidiabetika
terlalu tinggi.
Efek Samping Yang Dapat
Diperkirakan (lanjutan)
2. Gejala penghentian obat = gejala putus obat,
withdrawal syndrome) adalah munculnya
kembali gejala penyakit semula atau reaksi
pembalikan terhadap efek farmakologik
obat, karena penghentian pengobatan.
 Contoh:
◦ hipertensi berat dan gejala aktivitas simpatetik
yang berlebihan karena penghentian terapi
klonidin,
◦ gejala putus obat karena narkotika
Efek Samping Yang Dapat
Diperkirakan (lanjutan)

3. Efek samping yang tidak berupa efek


farmakologik utama.
 Contoh:
 Rasa ngantuk setelah pemakaian
antihistaminika.
 Kenaikan enzim-enzim transferase hepar
karena pemberian rifampisin
Efek Samping Yang Tidak Dapat
Diperkirakan

1. Reaksi Alergi
= reaksi hipersensitivitas merupakan efek
samping yang sering terjadi, dan terjadi akibat
reaksi imunologik.
- Contoh: reaksi anafilaktik akibat penisilin iv
Efek Samping Yang Tidak Dapat
Diperkirakan (Lanjutan)

2. Reaksi karena faktor genetik


 Pada orang-orang tertentu dengan variasi
atau kelainan genetik, suatu obat mungkin
dapat memberikan efek farmakologik yang
berlebihan.
Efek Samping Yang Tidak Dapat
Diperkirakan (Lanjutan)

3. Reaksi Idiosinkrasi
 = kejadian efek samping yang tidak lazim,
tidak diharapkan atau aneh, yang tidak
dapat diterangkan atau diperkirakan
mengapa bisa terjadi
 Contoh:
 Kanker uterus yang dapat terjadi karena
pemakaian estrogen jangka lama tanpa
pemberian progestogen sama sekali
Daftar Obat ARV, Dosis dan ESO
ARV

Pedoman Nesional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi


Antiretroviral padaOrang Dewasa, 2011, Lampiran 5, Hal : 76 - 79
EFEK SAMPING UMUM
EFEK SAMPING
NRTI Laktat asidosis dan hepatotoksid
NtRTI Toksisitas ginjal
NNRTI GOLONGAN
PI Gangguan metabolik ganda (insulin
resistensi, hiperlipedemia,lipodistropi),
hepatotoksisitas, gangguan tulang,
peningkatan perdarahan pada penderita
hemofilia.
EFEK SAMPING ARV
Nama Jangka pendek (<3 bln) Jangka Jan gka panjang
Obat menenga > 6 bln
h(3-6 bln)
NVP Ruam (minggu I-12)
Hepatotoksis (↑SGOT/SGPT dan
keluhan hepatitis:ikterus,
anaroksia,urin spt teh tua)

EFV Ruam (2-3) hari, Dislipedimi


GangguanSSP(insomnia,pusing,bingu
ng, mimpi buruk
Teratogenik,
Gangguan GI (mual, muntah,

ABC Ruam
ZDV Anemia (minggu pertama sampai bbrp
bulan,
Gangguan GI,
EFEK SAMPING ARV
Nama Jangka pendek Jangka menengah(3- Jan gka panjang
Obat (<3 bln) 6 bln) > 6 bln
ddI Gangguan GI Sidosis laktat
Neuropati perifer
Pancreatitis
d4T Asidosis laktat, Dislipedemi
Neuropati perifer Lipodistropi(hilangnya lemak
Pancreatitis perifer pada wajah,
muka,lengan/paha)Akumulasi
lemak pd perut,
Punggung
atas,payudara,ginekomesti,
serta kuku kaki masuk otot..

Lpr ↑ kadar trigliserida> 5- Dislipidemia (↑kadar kolesterol


10 kali→ dan trigliserida serum)
↑ Penkreatitis Hiperglikemia dan resistensi
insulin
Lipodistropi

TDV Gangguan ginjal


Prinsip penanganan toksisitas obat
 Tentukan beratnya toksisitas
 Evaluasi obat2 yg sedang dipergunakan (ARV
atau non-ARV)
 Pertimbangkan proses penyakit (mis, hepatitis
yg menimbulkan ikterus)
 Tangani efek samping sesuai beratnya
 Derajat 4 (mengancam jiwa): hentikan obat ARV
 Derajat 3 (berat): substitusi obat
 Derajat 2 (sedang): Lanjutkan ARV atau substitusi
 Derajat 1 (ringan): Tdk perlu ganti terapi
 Tekankan adherence pd kasus ringansus ringan
Derajat anemi

 Derajat 1: 8 – 9,4 g/dL


 Derajat 2: 7 – 7,9 g/dL
 Derajat 3: 6,5 – 6,9 g/dL
 Derajat 4: < 6,5 g/dL
Derajat mual
 Derajat 1: ringan atau kadang2
 Derajat 2: kurang nyaman, intake kurang
selama < 3 hari
 Derajat 3: sangat tidak nyaman, intake
minimal selama > 3 hari
 Derajat 4: Perlu MRS
Derajat muntah
 Derajat 1: ringan atau kadang2 2-3x/hari
atau muntah ringan < 1 minggu
 Derajat 2: sedang atau persisten atau 4-
5x/hari atau muntah > 1 minggu
 Derajat 3: muntah berat makanan/minuman
dalam 24 jam atau hipotensi ortostatik atau
perlu cairan iv
 Derajat 4: shock hipotensi atau perlu MRS
Derajat diare
 Derajat 1: ringan atau kadang2 3-4x/hari
atau diare ringan < 1 minggu
 Derajat 2: sedang atau persisten 5-7x/hari
atau diare > minggu
 Derajat 3: diare berdarah atau hipotensi
ortostatik atau > 7x/hari atau perlu cairan iv
 Derajat 4: shock hipotensi atau perlu MRS
Derajat ruam kulit

 Derajat 1: eritema, pruritus


 Derajat 2: ruam makulopapular difus atau
deskwamasi kering
 Derajat 3: vesikulasi atau deskwamasi
basah atau ulserasi
 Derajat 4: mengenai membran mukosa
atau Steven-Johnson, TEN, eritema
multiforme, dermatitis exfoliativa
Derajat gangguan enzim hati

 Derajat 1: 1,5 – 2,5 x nilai normal tertinggi


 Derajat 2: > 2,5 – 5 x nilai normal tertinggi
 Derajat 3: >5 – 10 x nilai normal tertinggi
 Derajat 4: > 10 x nilai normal tertinggi
Derajat gangguan trigliserida

 Derajat 1: 200 – 399 mg/dL


 Derajat 2: 400 – 750 mg/dL
 Derajat 3: 751 – 1200 mg/dL
 Derajat 4: > 1200 mg/dL
Derajat hiperglikemi

 Derajat 1: 116 – 160 mg/dL


 Derajat 2: 161 – 250 mg/dL
 Derajat 3: 251 – 500 mg/dL
 Derajat 4: > 500 mg/dL
Derajat gangguan lipase dan amylase

 Derajat 1: > 1 – 1,5 x nilai normal tertinggi


 Derajat 2: > 1,5 – 2 x nilai normal tertinggi
 Derajat 3: > 2 – 5 x nilai normal tertinggi
 Derajat 4: > 5 x nilai normal tertinggi
Obat-obat yang digunakan pada
beberapa infeksi oportunistik

Pedoman Nesional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi


Antiretroviral padaOrang Dewasa, 2011, Tabel 25, Hal : 58-60
DAFTAR INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT
 Definisi: Interaksi obat adalah perubahan (dalam
kadar atau lamanya) aksi satu obat oleh karena adanya
zat lain (termasuk obat, makanan, alkohol) sebelum atau
bersamaan dengan obat tersebut.
 Interaksi obat dibagi 3 kelompok:
 Farmasetik : waktu obat dicampurkan (in vitro)
 Farmakokinetik : ADME (in vivo)
 Farmakodinamik : efek farmakologiknya(in vivo)
Akibat interaksi Obat
 1. Potensiasi/sinergisme
 2. Antagonisme
 3.Efek obat berkurang
 4. Inhibisi
ZIDOVUDINE (AZT/ZDV)-NRTI
 ARV pertama yang disetujui
 Absorpsi pada pemberian po baik (63%)
 Distribusi luas, termasuk cairan serebral
spinalis (60-65% serum)
 T1/2: rata2x 1 jam. T1/2 intrasel : 3-7 jam
 Metabolisme : liver, konjugasi dengan
asam glucoronat
 Ekskresi : ginjal
ZIDOVUDINE
 Ketoksikan AZT meningkat bila ada gangguan
fungsi liver
 Menurunkan laju progresivitas serta meningkatkan
umur harapan hidup penderita HIV
 Pd PMTCT. Bayinya diberi sirup 2 mg/KgBB, tiap
6 jam, selama 6 minggu atau 4 mg/kgBB , tiap 12
jam,selama 6 minggu.
ZIDOVUDINE
EFEK SAMPING :
 Myelosupressi : - anemia makrositik (1-4%)

- neutropenia (2-8%)
 GI intolerance, sakit kepala, insomnia

 Jarang : -thrombocytopeni, hiperpigmentasi,

miopati
 Dosis besar : cemas, bingung, tremor
ZIDOVUDINE
 Serum level AZT meningkat bila
dikombinasi dengan : probenecid,
methadone, fluconazole, valproic acid,
lamivudine
 Serum level phenytoin turun bila diberikan
bersama AZT
 Dosis : 200 mg setiap 8 jam atau 300 mg
setiap 12 jam
STAVUDINE (d4T) - NRTI
 Absorpsi : baik (bioavailability 86%), tidak
dipengaruhi makanan
 Distribusi luas, termasuk cair serebro
spinalis (55% dibanding konsentrasinya
dalam plasma}
 T1/2 plasma : 1,2 jam. T1/2 intrasel : 3,5 jam
STAVUDINE (d4T) - NRTI
 Ekskresi : - sekresi tubular
- filtrasi glomerular
 Dosis : - 30 mg, setiap 12 jam
- extended release 75-100 mg/hr
- kurangi dosis pada :
- insufisiensi ginjal
- penderita kurus
 ESO : -peripheral neuropathy,dislipidemia,
pankreatitis, lipodistrophy, arthralgia,
peningkatan serum transaminase
STAVUDINE
 INTERAKSI :
Hindari pemberian bersama :
- Zidovudine (lactic acidosis,pankreatitis)
- Didanosine
- Zalcitabine neuropathy
- INH
LAMIVUDINE (3TC)-NRTI
 Absorpsi : bioavailabilitas >80%, tidak
dipengaruhi makanan
 Distribusi : bisa mencapai cairan serebro
spinalis (ratio css/plasma 0,2)
 T1/2 plasma : 2,5. T1/2 intrasel : 10,5-15,5 jam
 Ekskresi : ginjal, dalam bentuk intak
LAMIVUDINE
 ESO : - sakit kepala, insomnia, fatigue, GI
discomfort
 INTERAKSI :
Cotrimoksazol meningkatkan bioavailabilitas
Lamivudine
Lamivudine-Zalcitabine saling menurunkan
potensi masing-masing
ABACAVIR (ABC)-NRTI
 Absorpsi baik, tidak dipengaruhi makanan
Bioavailability 83%
 Konsentrasi pada CSS sepertiganya
plasma
 T1/2 : 1,5 jam; intra sel : 12-26 jam
 ESO : reaksi hipersensitif, kadang fatal.
ESO yang muncul pada 6 minggu pertama
: lesu, mual, muntah, diare, anorexia
ABACAVIR (ABC)
 ESO saluran nafas : sesak, batuk,
faringitis. Skin rash terjadi pada sekitar
50% penderita
Lab : peningkatan serum aminotranferase,
& creatine kinase
 Dosis : 300 mg setiap 12 jam atau 600 mg
setiap 24 jam
DIDANOSINE (ddI)-NRTI
 Absorpsi tidak begitu baik. Bioav : 30-40%/
Buffer pada bentuk larutan atau tablet
kunyah, bentuk salut enterik dapat
meningkatkan absorpsi
 Konsentrasi pada CSS hanya 20% plasma
 T1/2 eliminasi : 1,5 jam; intra sel : 20-24 jam
 Ekskresi : filtrasi glomerulus & sekresi
tubular
DIDANOSINE (ddI)
 Kontra indikasi :
1. Hiper trigliserid ddI dapat menyebabkan
peminum alkohol pankreatitis
2. Phenylketonuria
3. Restriksi garam
 ESO : nyeri neuropathy, hepatitis, ulkus
esofagus, cardiomyopathy, nyeri kepala,
irritable, insomnia
DIDANOSINE (ddI)
 ESO
- Serangan Gout pada penderita hiperurisemia
- Optic neuritis
 Interaksi
- Fluoroquinolone & tetracyclin, konsentrasinya
menurun bila diberikan bersama ddI
- Tenofovir, ganciclovir meningkatkan
konsentrasi ddI
DIDANOSINE (ddI)
 Interaksi
Konsentrasi ddI menurun bila diberikan bersama :
atazanavir, delavirdine, ritonavir, tipranavir &
methadone
 Dosis:
- kapsul 250-400 mg setiap 24 jam, tergantung BB
- tablet/powder 125-259 mg setiap 12 jam
tergantung BB
- sesuaikan dosis pada penderita insufisiensi ginjal
TENOFOVIR - NtRTI

 Tenofovir ada dalam bentuk prodrug Tenofovir


disopoxil fumarate
 Absorpsi : 25%, bisa meningkat 39% bila diit
mengandung banyak lemak
 T1/2 : 17 jam; intra sel : 60 jam
 Ekskresi : filtrasi glomerulus & sekresi tubular
 ESO : GI : mual, muntah, diare, kembung
Sakit kepala, asthenia
TENOFOVIR
 ESO : - ginjal : gagal ginjal akut, sindroma
Fanconi
 Interaksi : kombinasi tenofovir dengan
didanosine : - efektivitasnya menurun
- ketoksikan meningkat
 Dosis : Di atas umur 18 th :1 tab (245 mg)
setiap 24 jam
NEVIRAPINE – Non NRTI
 Absorpsi : sangat baik, tidak dipengaruhi
makanan. Bioavailabilitas : 90%
 Level pd CSS 45%-nya plasma
 Metabolisme : liver, oleh CYP 3A
 Ekskresi : lewat ginjal
 Dosis tunggal 1 tab (200 mg), saat
melahirkan, diikuti 2 mg/Kg BB pada
bayinya dapat mencegah penularan HIV
dari ibu ke bayi
NEVIRAPINE
 ESO :
- rash terjadi pada 17% pasien (biasanya ter-
jadi pada 4-6 minggu pertama)
Peningkatan dosis bertahap pada awal terapi
(selama 14 hari), bisa mengurangi
kemungkinan timbulnya rash. Bila rash
sangat hebat, terapi harus segera dihentikan
NEVIRAPINE
 ESO :
- Ketoksikan pada liver (sekitar 4%) sering
terjadi pada :
* wanita dengan CD4 pre-terapi > 250 cell/ml
* pria dengan CD4 pre-terapi > 400 cell/ml
* penderita hepatitis B / C
 Dosis : 200 mg setiap 12 jam
NEVIRAPINE
 Interaksi :
Nevirapine adalah inducer CYP3A, akan
menyebabkan menurunnya level :
* amprenavir * saquinavir
* indinavir * efavirenz
* lopinavir * methadone
NEVIRAPINE
 Interaksi
Level nevirapine akan menurun bila
dikombinasikan obat yang bersifat inducer
terhadap CYP3A : tipranavir, rifampin, rifabutin
Level nevirapine akan meningkat bila
dikombinasikan dengan obat yang bersifat
inhibitor terhadap CYP3A : fluconazole,
ketoconazol, clarithromycin
EFAVIRENZ – Non NRTI
 Absorpsi : sedang (45%). Makanan berlemak
akan meningkatkan absorpsinya
Level obat meningkat ketoksikan meningkat
Efavirenz harus diminum dalam keadaan perut
kosong
 Level CSS : 0,3-1,2% plasma
 Peak : 3-5 jam setelah pemberian
 Steady state : 6-10 hari
EFAVIRENZ
 Metabolisme : lewat CYP3A4 & CYP2B6
 Protein binding : hampir 99%
 ESO :
* SSP : dizzy, drowsy,insomnia,sakit
kepala, bingung, amnesia, agitasi, delusi,
depresi, mimpi buruk, euphoria. Efek
samping sentral ini bisa mencapai 50%
EFAVIRENZ
 ESO :- Kulit : rash (28%)
- GI : mual, muntah, diare
Lain-lain : kristaluria, peningkatan SGOT/PT,
peningkatan kolesterol
Dosis : 600 mg / hari

 Kontraindikasi : hamil trim. I (teratogenik)


 Efavirens dapat menginduksi metabolisme
dirinya sendiri
RITONAVIR – Protease Inhibitor
 Absorpsi : baik (bioav. 75%). Absorpsi
meningkat bila diminum sesudah makan
 Metab : CYP3A & CYP2D6
 Ekskresi : terutama lewat feses
 ESO : Gangguan GI, paresthesia,
peningkatan serum transaminase
perubahan indra pengecap,
hipertrigliseridemia
RITONAVIR
 Interaksi :
Ritonavir adalah inhibitor dari CYP3A4
 Dosis : 600 mg, setiap 12 jam
LOPINAVIR-RITONAVIR
(Protease Inhibitor)
 Lopinavir 100 / Ritonavir 400
Ritonavir 400 adalah subdose,
menghambat metabolisme Lopinavir,
sehingga efektivitas lopinavir
meningkat (lopinavir : pharmacokinetic
enhancer)
 Absorpsi lopinavir meningkat dengan
adanya makanan
LOPINAVIR-RITONAVIR
 ESO :
Efek samping liponavir : mual, muntah,
diare, nyeri perut, asthenia
EMTRICITABINE (NRTI)
 Dosis: 200 mg setiap 24 jam
 T1/2: > 24 jam
 Absorbsi: oral, baik 93%, tidak
dipengaruhi makanan
 Penetrasi di SSP: rendah
 Efek samping: sakit kepala, diare, mual,
astenia, skin hyperpigmentation
EMTRICITABINE (NRTI)
 Perhatian: jangan digunakan bersama
dengan lamivudin, disulfiram dan
metronidazole
 Sediaan diIndonesia: kombinasi dengan
Tenofovir
1. Farmakoterapi untuk ODHA : ARV, ART, HAART,
Tujuan Terapi ARV
2. Mekanisme aksi obat ARV : Struktur HIV,
Replikasi HIV, Mekanisme HIV
3. Penggolongan obat ARV : NRTI, NNRTI, PI, FI
4. Farmakokinetik (ADME), farmakodinamik (T1/2,
C.max, Vd), efek samping obat (ESO)
TERIMA KASIH
101

Anda mungkin juga menyukai