Anda di halaman 1dari 9

PRAPERADILAN

Oleh :
KEOMPOK 1
ADAM SATWIKA 1911111153
AHMAD AGUNG SOLEHUDIN 1911111082
MAULANA SHAFWAN 1911111160
M.DAFFA MACHFUD 1911111189
M.FIRMAN ZULFAN 1911111069
NOMENSEN VICTOR.P 1911111184
RIO PRADANA 1911111199
OKKY ADE 1911111193
TITO
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus
tentang :
• Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan/atau penahanan
• Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentikan penuntutan
• Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi ( pasal 1 angka 10 KUHAP)
Jadi, Praperadilan pada prinsipnya adalah untuk menguji dan menilai tentang
kebenaran dan ketepatan tindakan upaya paksa yang dilakukan penyidik dan
penuntut umum dalam hal menyangkut ketepatan penangkapan, penahanan,
penghentian penyidikan dan penuntutan serta ganti kerugian dan rehabilitasi.
Mahkamah Konstitusi melalui putusan No.21/PUU-XII/2014 telah memperluas
objek praperadilan,yakni juga meliputi penetapan tersangka,penggeledahan, dan
penyitaan. Oleh Prof. Andi Hamzah disebutkan bahwa praperadilan di indonesia
mirip dengan lembaga rechter commisaris di belanda. Baik praperadilan maupun
rechter commisaris muncul sebagai wujud dari peran serta keaktifan hakim dalam
menjalankan fungsi pengawasan horizontal atas tindakan/upaya paksa ( dwang
middelen) terhadap tersangka oleh penyidik atau penuntut  umum serta untuk
memastikan agar tindakan penyidik dan penuntut umum tidak bertentangan
dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan.
Menurut pasal 1 angka 10 KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana), praperadilan adalah wewenang hakim untuk memeriksa dan memutus,
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang tentang:
• sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
• sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;
• permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau
pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
Pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan adalah sebagai berikut:

• Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan
diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan
menyebutkan alasannya (pasal 79 KUHAP). 
• Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau
penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang
berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya (PASAL 80
KUHAP).
• Permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau
penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan diajukan oleh
tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan
menyebut alasannya (pasal 81 KUHAP).
• Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan
negeri dan dibantu oleh seorang panitera (pasal 78 ayat [2] KUHAP).
 
Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan
dibantu oleh seorang panitera (pasal 78 ayat [2] KUHAP).
a) Acara pemeriksaan praperadilan dijelaskan dalam pasal 82 ayat (1) KUHAP yaitu sebagai
berikut:
b) dalam waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk menetapkan
hari sidang;
c) dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan,
sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan; permintaan ganti kerugian dan
atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan, akibat sahnya
penghentian penyidikan atau penuntutan dan ada benda yang disita yang tidak termasuk
alat pembuktian, hakim mendengar keterangan baik dan tersangka atau pemohon maupun
dan pejabat yang berwenang;
d) pemeriksaan tersebut dilakukan cara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus
sudah menjatuhkan putusannya;
e) dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri sedangkan
pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai, maka permintaan
tersebut gugur;
f) putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan untuk
mengadakan pemeriksaan praperadilan lagi pada tingkat pemeriksaan oleh penuntut
umum, jika untuk itu diajukan permintaan baru.
• Pemeriksaan sah atau tidaknya Surat Penghentian Penyidikan
Perkara atau SP3 merupakan salah satu lingkup wewenang
praperadilan. Pihak penyidik atau pihak ketiga yang berkepentingan
dapat mengajukan permintaan pemeriksaan (praperadilan) tentang
sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan. Permintaan tersebut
diajukan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan
alasannya (pasal 1 angka 10 huruf b jo. pasal 78 KUHAP).

Anda mungkin juga menyukai