Anda di halaman 1dari 18

SEMINAR KASUS COC

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN (CONTINUITY OF CARE/COC)


PADA NY. T DENGAN POSITIF COVID-19
DI PMB WIDAWATI RAHAYU KABUPATEN SLEMAN
 

Oleh:
Amanda Fery Rahmawati
NIM : P07124520010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES


KEMENKES YOGYAKARTA
2020
Latar Belakang

Virus Corona menyebar dengan pesatnya secara global dan memberikan dampak langsung kepada 33
negara di berbagai belahan dunia yang terjangkiti virus Corona. Dimana 33 negara yang terjangkit virus
Corona melaporkan terdapat 78.966 kasus kematian yang disebabkan oleh virus Corona pada awal tahun
2020 dan angka kematian bertambah sekitar 2.468 kasus kematian setiap harinya karena virus Corona .

Yogyakarta dari awal masa pandemi bulan Maret 2020 sampai dengan bulan Maret 2021, 32544 jiwa
terkonfirmasi positif Covid-19, beberapa diantaranya 5281 jiwa dirawat, 777 jiwa meninggal dunia
dan 26486 sembuh dari Covid-19.
Tujuan
Tujuan Umum

• Mahasiswa mampu melaksanaan asuhan kebidanan secara continuity of care pada Ny. T sesuai pelayanan standar asuhan kebidanan dan
didokumentasikan dalam bentuk Varney dan Subjektif, Objektif, Assesment, Penatalaksanaan (SOAP) secara fisiologis mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai pemakaian alat kontrasepsi/ Keluarga Berencana (KB).

Tujuan Khusus

Setelah melakukan pengkajian pada ibu hamil trimester III sampai penggunaan KB dan mengumpulkan data melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang diharapkan mampu melaksakan dan memberikan :

a. Mampu melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.T di PMB Widawati Rahayu yang didokumentasikan menggunakan pendekatan SOAP.

b. Mampu melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.T di PMB Widawati Rahayu yang didokumentasikan menggunakan pendekatan SOAP.

c. Mampu melakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny.T di PMB Widawati Rahayu yang didokumentasikan menggunakan pendekatan SOAP.

d. Mampu melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny.T di PMB Widawati Rahayu yang didokumentasikan menggunakan pendekatan SOAP.

e. Mampu melakukan asuhan kebidanan KB pada Ny.T di PMB Widawati Rahayu yang didokumentasikan menggunakan pendekatan SOAP
KAJIAN KASUS
Asuhan yang diberikan kepada Ny. T di PMB Widawati Rahayu
merupakan asuhan yang berkesinambungan, dimulai dari kehamilan
trimester III 37+2sampai nifas hari ke 40. Asuhan pada Ny. T dilakukan
sebanyak 7 kali, yaitu:
Hamil 2 kali (18 Januari 2021 dan 20 Januari 2021)
Persalinan 1 kali (01 Februari 2021)
Nifas 4 kali (02, 06, 28 Februari 2021 dan 02 Maret 2021)
Asuhan BBL dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 02,06 dan 28
Februari 2021
Ny.T terkonfirmasi positif COVID-19 ketika kunjungan ulang ke Puskesmas Turi untuk
cek rapid test yang wajib dilakukan pada ibu hamil dengan usia >37 minggu sesuai
dengan peraturan Pemerintah Kabupaten Sleman, kemudian dilakukan swab PCR di
RSUD Sleman dengan hasil positif. Surat isolasi mandiri Ny. T keluar pada tanggal 19
Januari 2021-02 Februari 2021. Selama 14 hari isolasi mandiri tenaga kesehatan
memantau pasien melalui telephone.
Ketika Ny.T memasuki trimester 3 akhir, Puskesmas Turi memberikan
saran kepada Ny.T jika merasakan tanda-tanda persalinan sebelum
masa habis isolasi mandiri, Ny.T dapat bersalin di faskes BPJS yaitu Klinik
SWA. Namun, Klinik SWA tidak memiliki ruang isolasi untuk bersalin dan
menyarankan bersalin di Puskesmas Turi.
Ny.T menghubungi bidan desa Wonokerto untuk menanyakan lokasi bersalin
dan meminta surat rujukan apabila harus bersalin di rumah sakit. Sampai
hari ke 13 Ny.T tidak mendapat surat rujukan dan solusi lokasi bersalin.

Ketika masa isolasi mandiri hari ke-13 Ny. T mengatakan ingin bersalin dengan keluhan
kenceng-kenceng teratur dan keluar air ketuban dari jalan lahir sehingga perlu
pertolongan persalinan di rumah dengan fasilitas kesehatan terdekat yang memenuhi
peraturan pertolongan persalinan pada saat pandemi.
Ny.T kebingungan mencari lokasi untuk bersalin hingga bersalin
dirumah dengan ditolong oleh tenaga kesehatan terdekat yang sudah
dipercaya oleh pihak Puskesmas dan memiliki alat yang memadai yaitu
PMB Widawati Rahayu. Selama persalinan dan nifas yang dialami oleh
Ny. T termasuk dalam kategori normal, begitupun bayi Ny. T.

Bayi Ny. T mendapatkan ASI eksklusif dari sang ibu. Namun ibu dan keluarga
tetap menggunakan masker untuk menghindari penularan virus COVID-19
kepada bayi.

Ny. T dan suami memutuskan untuk memakai KB IUD TCU 380A masa berlaku 8 tahun
karena Ny. T dan suami sedang tidak menginginkan anak dalam waktu dekat
(menjarangkan kehamilan).
PEMBAHASAN
Asuhan Kebidanan Kehamilan Ny. T di PMB Widawati Rahayu
Pada kasus Ny. T dilakukan pemeriksaan sebanyak 14 kali selama kehamilan. Trimester pertama melakukan
pemeriksaan sebanyak 4 kali, pada trimester kedua melakukan pemeriksaan sebanyak 6 kali dan pada trimester ketiga
sebanyak 4 kali. Peneliti dalam melakukan pemeriksaan dan pengamatan kehamilan Ny. T sebanyak 2x pada trimester
III pada usia kehamilan 37+2 minggu di PMB Widawati Rahayu dan usia kehamilan 37+3 minggu di Puskesmas Turi.

Pelayanan antenatal harus dilakukan kunjungan minimal 4 kali, 1


kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali
pada trimester ketiga (JNPK-KR, 2014)
Standar Pelayanan Minimal yang terdiri dari 10T, diantaranya: hasil dari penimbangan berat badan Ny. T yaitu 77
kg pada umur kehamilan 37+2 minggu dan berat badan sebelum hamil yaitu 80 kg, serta tinggi badan ibu yaitu 153
cm IMT: 34,1 kg/m2 termasuk dalam kategori obesitas, pada pengukuran LILA pada Ny. T yaitu 33 cm termasuk
kategori non KEK, pengukuran tekanan darah pada Ny. T selama kehamilan rata-rata 120/80 mmHg, pengukuran
tinggi fundus uteri (TFU) pada Ny. T yaitu pertengahan pusat-PX (Prosesus Xipaudeus), Mc donald : 28 cm
pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, menentukan presentasi janin dan DJJ, presentasi janin kepala dan DJJ
dalam batas normal yaitu rata-rata 140 kali permenit, pemeriksaan imunisasi TT, status imunisasi TT pada Ny. T
yaitu T4 dimana ibu pada balita mendapatkan imunisasi dasar lengkap, pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90
tablet, pada Ny. T mendapatkan tablet Fe, vitamin dan ibu rutin menkonsumsinya secara teratur, tes laboratorium
dilakukan pada tanggal 19 Januari 2021 di Puskesmas Turi dengan hasil Hb 11,3 gr/dl, HbSAg non rekatif, PITC
non reaktif, protein urin negatif, Rapid Test reaktif, tata laksana kasus, temu wicara(konseling).

Pada Ny. T terdapat kesenjangan antara teori mengenai kenaikan berat badan
Ny.T selama kehamilan tidak mengalami kenaikan berat badan, namun
mengalami penurunan berat badan sebanyak 4,5 kg.

Normalnya setiap bulan bertambah 1 kg/ selama hamil berat badan naik 9
kg (IBI, 2016)

Obesitas pada wanita hamil dengan COVID-19 berpotensi


menyebabkan emboli paru (pulmonary embolism).(Rohmah,
2020)
Ketika Ny.T memasuki trimester 3 akhir, Puskesmas Turi memberikan saran kepada Ny.T dapat bersalin di
faskes BPJS yaitu Klinik SWA. Namun, Klinik SWA tidak memiliki ruang isolasi untuk bersalin dan
menyarankan bersalin di Puskesmas Turi. Ny.T menghubungi bidan desa Wonokerto untuk menanyakan lokasi
bersalin dan meminta surat rujukan apabila harus bersalin di rumah sakit. Sampai hari ke-13 Ny.T tidak
mendapat surat rujukan dan solusi lokasi bersalin.

Perihal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai tindak lanjut penanganan
ibu hamil dengan Covid-19. Poin 10-14 pada Surat Edaran Dinas Kesehatan Pemerintah
Kabupaten Sleman No. 444/5991 tentang Alur Pelayanan Rapid Test Covid-19 Pada Ibu
Hamil dan Tindak Lanjutnya di Kabupaten Sleman
Ketika masa isolasi mandiri hari ke-13 Ny. T mengatakan ingin bersalin dengan keluhan kenceng-kenceng
teratur dan keluar air ketuban dari jalan lahir sehingga perlu pertolongan persalinan di rumah dengan fasilitas
kesehatan terdekat yang memenuhi peraturan pertolongan persalinan pada saat pandemi. Ny.T kebingungan
mencari lokasi untuk bersalin hingga bersalin dirumah dengan ditolong oleh tenaga kesehatan terdekat yang
sudah dipercaya oleh pihak Puskesmas dan memiliki alat yang memadai.

Berdasarkan Pedoman Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru pada penanganan ibu bersalin datang dalam keadaan inpartu fasilitas pelayanan
Kesehatan harus tetap melayani dengan menggunakan APD sesuai standar. Ketika melakukan
pertolongan persalinan terhadap Ny.T 2 orang bidan di PMB Widawati Rahayu menggunakan
APD tingakt 3 meliputi pelindung mata, penutup kepala, coverall&apron, boots dengan
pelindung sepatu, sarung tangan bedah karet steril sekali pakai dan masker N95. APD tersebut
sesuai Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia.
KALA I
Hasil dari studi kasus Ny. T G2P1A0 usia kehamilan 38+6 minggu masa isolasi mandiri hari ke-13 menghubungi
PMB Widawati Rahayu pukul 19.00 WIB (01 Februari 2021) dengan keluhan perut kencang-kencang dan
keluar lendir darah. Kami telah mempersiapkan perlengkapan untuk partus set dirumah Ny. T dan menggunakan
APD lengkap untuk melindungi diri dari COVID-19 sembari memantau pasien melalui telephone. Selanjutnya
pada pukul 21.00WIB pasien kembali menghubungi PMB Widawati Rahayu dengan keluhan ketuban sudah
pecah dan merasa ingin mengejan, kemudian kami datang ke rumah Ny. T dan dilakukan pemeriksaan dalam.
Hasil pemeriksaan dalam Vaginal Touch (VT): vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba,
pembukaan lengkap, selaput ketuban (-), presentasi kepala, H IV, AK (-), STLD (+).

Sesuai hasil pemeriksaan pada Ny. T tidak melewati batas normal karena
pada multigravida kala I berlangsung dalam 8 jam sedangkan pada kasus Ny.
T kala I berlangsung 2 jam
KALA II
Pada pukul 21.00WIB (01 Februari 2021) setelah kami datang ke rumah Ny.T dilakukan VT dengan indikasi
ketuban pecah spontan dan ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran dengan hasil pemeriksaan yaitu v/v
tenang, d/v licin, portio tidak teraba, selaput ketuban (-), presentasi kepala, H IV, STLD (+), AK (+) jernih pada
Ny. T terdapat tanda gejala pada kala II yang meliputi dorongan yang semakin kuat untuk meneran, perineum
tampak menonjol, tekanan pada rectum, vulva dan sfingter ani membuka. Dengan adanya his yang semakin
adekuat pada Ny. T maka dilanjutkan dengan melakukan pertolongan sesuai prosedur dengan standart 58
langkah APN. Ibu didampingi suami dan keluarga serta mereka memberi dukungan dan semangat pada ibu.
Pada pukul 21.17 WIB (01 Februari 2021) bayi lahir spontan, langsung menangis, hidup, tonus otot aktif, warna
kulit kemerahan, berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada temuan yang abnormal pada bayi serta dilakukan
asuhan pada bayi baru lahir dan TIDAK dilakukan IMD

Secara keseluruhan selama kala II pada Ny. T tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus karena selama kala II menurut JNPK-KR (2014) lamanya kala II untuk
multigravida 1 jam sedangkan pada Ny. T berlangsung selama 17 menit.
KALA III
Pada Ny. T kala III berlangsung selama 5 menit dari lahirnya bayi sampai plasenta lahir ditandai dengan adanya
perubahan TFU dan adanya tanda lepas plasenta yaitu fundus setinggi pusat dengan bentuk bulat, dan adanya
semburan darah serta tali pusat bertambah panjang, plasenta lahir lengkap jam 21.22 WIB serta tidak ada
temuan abnormal pada ibu.
Ny. T semua asuhan pada kala III berjalan dengan lancar dan baik serta tidak ada
temuan yang abnormal baik dari tanda lepasnya plasenta sampai terlepasnya
plasenta
Pada Ny. T kala IV dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum yaitu dilakukan observasi Tanda Tanda Vital
(tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan) setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
melalui komunikasi telephone, perdarahan post partum pada Ny. T yaitu kurang lebih 100 cc, kontraksi uterus
baik (teraba keras) dan ibu termasuk kondisi dalam batas normal dan tidak ada temuan yang abnormal pada ibu

Berdasarkan studi kasus menyebutkan bahwa bayi yang dilahirkan


secara normal dari ibu yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan
hasil yang negatif pada tes swabnya. Suatu tindakan persalinan
yang baik dapat mencegah terjadinya paparan virus SARS-CoV-2
dari Ibu ke bayi maupun petugas medis. Jika dibandingkan antara
persalinan ibu hamil normal dengan COVID-19, risiko gagal napas
pada wanita hamil dengan COVID-19 lebih berat dibandingkan
dengan kondisi normal. Pada ibu hamil dengan COVID-19
diupayakan agar kadar oksigen ibu normal (PaO2> 70 mmHg atau
sebanding dengan oksigen saturasi >95%). Selain itu faktor
iatrogenik seperti kesalahan diagnosis, komplikasi, dan kekeliruan
tenaga medis diminimalisir.22 Ny.T memiliki saturasi oksigen 98%.
Nifas & KB
Pemeriksaan nifas Ny. T dilakukan sebanyak 4 kali yaitu hari I post partum, hari ke-6, hari ke 27 dan hari ke 40.
Pada keempat pertemuan tanda-tanda vital dalam batas normal, involusio uteri berjalan sesuai teori yaitu, pada
pertemuan pertama tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, pertemuan kedua pertengahan pusat simpisis,
pertemuan ketiga dan keempat tidak teraba. Pengeluaran lochea juga sesuai dengan teori yaitu pertemuan
pertama lochea rubra, pertemuan kedua lochea sanguilenta, pertemuan ketiga dan keempat lochea sanguilenta.
Secara keseluruhan proses nifas Ny. T berlangsung normal dan sesuai dengan teori.
Ny. T dan suami memutuskan untuk memakai KB IUD TCU 380A masa berlaku 8
tahun karena Ny. T dan suami sedang tidak menginginkan anak dalam waktu dekat
(menjarangkan kehamilan).

AKDR atau IUD merupakan salah satu metode KB yang banyak digunakan. Tingkat
kepuasan yang tertinggi terhadap metode ini diantaranya karena metode jangka panjang,
efekivitas kontraseptif dan kembalinya kesuburan yang sangat tinggi. Efektifitas IUD
sangat efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama
penggunaan.
Bayi
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. T sudah sesuai dengan teori yaitu bayi baru lahir, tidak dilakukan
IMD, bayi mendapat suntikan vitamin K1 dan salep mata

Berdasarkan Pedoman Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era
Adaptasi Kebiasaan Baru penularan COVID-19 secara vertikal melalui plasenta belum
terbukti sampai saat ini. Oleh karena itu, prinsip pertolongan bayi baru lahir diutamakan
untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2 melalui droplet atau udara (aerosol
generated). Bayi baru lahir dari ibu suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19 dianggap
sebagai bayi COVID-19 sampai hasil pemeriksaan RT-PCR negatif. Tindakan yang dilakukan
pada bayi baru lahir tersebut disesuaikan dengan periode continuum of care pada neonatus.

Sejak hari pertama kelahiran sampai hari ke-14, tidak ditemukan adanya asam nukleat virus SARS-
CoV-2 pada sampel ASI dari 21 ibu terkonfirmasi positif. Begitu juga dengan penelitian lain
menyebutkan bahwa tidak ditemukan adanya materi genetik virus SARS-CoV-2 pada sampel ASI dari
ibu yang terkonfirmasi positif COVID-19.20 Pada penelitian lain telah dilakukan uji asam nukleat virus
SARS-CoV-2 antara tanggal 1 Februari sejak persalinan 5 orang pasien hamil positif COVID-19 hingga
20 Februari 2020. Dilakukan sebanyak 3 kali tes yaitu pada tanggal 4, 5 dan 20 Februari 2020. Dari
ketiga tes tersebut, 4 dari 5 sampel ASI menunjukkan 32 hasil negatif.( Zhu C, 2020)

Anda mungkin juga menyukai