Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Keperawatan Perioperatif Ny.

Y dengan
Tindakan Pembedahan Kraniotomy Evakuasi
Hematoma di OK IGD RSUP Dr Wahidin
Sudirohusodo
KELOMPOK 5
KEPERAWATAN KRITIS
Konsep Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk mengembangkan


rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta memberikan asuhan
pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur invasive (Aorn, 2016).
Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu ilmu bedah.
Dengan demikian, ilmu bedah yang semakin berkembang akan memberikan implikasi
pada perkembangan keperawatan perioperatif (Muttaqin & Sari, 2009).
Fase pelayanan perioperatif

Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif


Fase pre operatif dimulai Fase intra operatif dimulai ketika Fase post operatif dimulai
ketika ada keputusan untuk pasien masuk kamar bedah dan dengan masuknya pasien ke
dilakukan intervensi bedah berakhir saat pasien dipindahkan ruang pemulihan (recovery
dan diakhiri ketika pasien ke ruang pemulihan atau ruang room) atau ruang intensive
dikirim ke meja operasi perawatan intensif dan berakhir berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut pada
tatanan rawat inap
Konsep Pembedahan Kraniotomi Evakuasi Hematoma

Kraniotomi adalah prosedur pembedahan di mana sebagian tengkorak diangkat


sementara untuk mengekspos otak dan melakukan prosedur intrakranial. Kondisi
paling umum yang dapat diobati melalui pendekatan ini termasuk tumor otak,
aneurisma, malformasi arteri-vena, empiema subdural, hematoma subdural, dan
hematoma intraserebral, (Ricardo J et all, 2022).
PENGKAJIAN
Analisa data
Symptom Problem Etiologi

Pre Operatif

DS Pengetahuan tentang respon Rencana Operasi


• Pasien mengungkapkan psikososial
kerisauannya
• Pasien selalu menanyakan
terkait tindakan operasi yang
akan dilakukan
DO
• Pasien tampak tegang
• TD: 135/89 mmHg
• N: 89x/menit
• Skala cemas 1
(mengungkapkan kerisauan)
Analisa data

Symptom Problem Etiologi

Pre Operatif

Faktor resiko Resiko cedera transportasi Transfer pasien dari IGD ke OK


 Pemindahan pasien dari   IGD
tempat tidur IGD ke tempat
tidur OK IGD
 BB : 60 kg
Analisa data

Symptom Problem Etiologi

Intra Operatif
Transfer pasien
Faktor resiko Risiko Cedera Transportasi
 Pemindahan pasien dari
tempat tidur OK IGD ke
tempat tidur operasi
 BB : 60 kg
 
Analisa data

Symptom Problem Etiologi

Intra Operatif
Faktor Risiko : Risiko Cedera Elektrikal Penggunaan alat ESU
• Penggunaan alat instrumen
bedah
• Penggunaan peralatn listrik
Electro Surgical Unit (ESU)
• Penggunaan diatermy di
tangan kanan

 
Analisa data
Symptom Problem Etologi

Post Operatif

Faktor resiko Risiko Cedera Transportasi Transfer pasien


• Pemindahan pasien dari
tempat tidur operasi ke OK
IGD
• BB : 60 kg

DS: - Nyeri Akut Tindakan pembedahan


DO:
• Pasien tampak mengerang
• Skala nyeri 4 (skala sedang)
VAS
• TD: 135/96 mmHg
• N: 87x/menit
Analisa data
Symptom Problem Etologi

Post Operatif

Faktor Risiko : Risiko Hipotermia Perioperatif Efek anastesi dan pajangan lingkungan
yang dingin
• S: 36,4C
• Kondisi kulit pasien : teraba
dingin
• Jenis anastesi: GA
Faktor Risiko : Risiko Infeksi Ketidakadekuatan pertahanan
• Pasien terpasang : IV line di tubuh
tangan kanan, terpasang
kateter
• Luka post craniotomy
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Pre Operatif
Pengetahuan tentang respon Setelah dilakukan tindakan • Mengevaluasi respons
psikosoial keperawatan ±15 menit, maka psikososial terhadap rencana
DS pasien atau orang pendukung perawatan
• Pasien mengungkapkan yang ditunjuk menunjukkan • Menerapkan langkah-
kerisauannya pengetahuan tentang respon langkah untuk memberikan
• Pasien selalu menanyakan psikososial yang diharapkan dukungan psikologis kepada
terkait tindakan operasi terhadap prosedur dengan pasien maupun keluarga
yang akan dilakukan kriteria hasil : pasien
1 DO • Pasien tampak tenang dan • Menjelaskan urutan kejadian
• Pasien tampak tegang tidak tegang yang diharapkan
• TD: 135/89 mmHg • Pasien menyampaikan • Memberikan instruksi
• N: 89x/menit secara lisan, rasa berdasarkan usia dan
• Skala cemas 1 cemas/deg-degannya kebutuhan yang
(mengungkapkan berkurang teridentifikasi.
kerisauan)
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Pre Operatif
Risiko cedera transportasi Setelah dilakukan tindakan • Konfirmasi identitas
Faktor resiko keperawatan diharapkan pasien
• Pemindahan pasien pasien terbebas dari tanda • Menilai kondisi kulit dasar
dari tempat tidur IGD atau gejala cedera yang • Transportasi sesuai
ke OK IGD berhubungan dengan dengan kebutuhan
• BB : 60 kg transportasi individu
• Mengevaluasi tanda dan
gejala cedera fisik pada
2 kulit dan jaringan
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Intra Operatif
Risiko cedera transportasi Setelah dilakukan tindakan • Konfirmasi identitas pasien
Faktor resiko keperawatan diharapkan • Menilai kondisi kulit dasar
• Pemindahan pasien dari pasien terbebas dari tanda
tempat tidur RR ke atau gejala cedera yang • Transportasi sesuai dengan
tempat tidur berhubungan dengan kebutuhan individu
pembedahan transportasi • Mengevaluasi tanda dan gejala
• BB : 60 kg cedera fisik pada kulit dan
1 jaringan
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Intra Operatif
Risiko Injury Setelah dilakukan tindakan • Menerapkan langkah-langkah
operasi 1x60 menit, cedera perlindungan untuk
Faktor Risiko : tidak terjadi dengan kriteria mencegah cedera karena
• Penggunaan alat hasil: sumber listrik
instrumen bedah • Kondisi kulit pasien, • Menggunakan persediaan dan
• Penggunaan peralatn selain sayatan bedah peralatan dalam parameter
listrik Electro Surgical tidak berubah antara yang aman
Unit (ESU) masuk dan keluar dari • Mengevaluasi tanda dan
2
• Penggunaan diatermy ruang operasi gejala cedera pada kulit dan
di paha kanan • Pasien bebas dari jaringan
benda-benda tertinggal • Menghitung jumlah kasa,
yang tidak direncanakan benda tajam, instrumen atau
setelah tindakan invasif alat-alat sebelum menutup
luka dan sesudah prosedur
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Post Operatif
Resiko cedera Setelah dilakukan • Konfirmasi identitas pasien
transportasi tindakan keperawatan • Menilai kondisi kulit dasar
Faktor resiko diharapkan pasien • Transportasi sesuai
• Pemindahan pasien terbebas dari tanda atau dengan kebutuhan individu
dari tempat tidur RR gejala cedera yang • Mengevaluasi tanda dan
ke tempat tidur berhubungan dengan gejala cedera fisik pada
pembedahan transportasi kulit dan jaringan
1 • BB : 60 kg
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Post Operatif
Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi • Monitor intensitas nyeri
DS: - 1x60 menit, nyeri akut dengan menggunakan
DO: teratasi dengan kriteria hasil skala
• Pasien tampak : • monitor durasi
mengerang  Ekspresi wajah tampak danfrekuensi nyeri
• Skala nyeri 4 (skala rileks • atur interval pemantauan
sedang) VAS  Skala nyeri 1-0 VAS sesuai kondisi pasien
2 • TD: 135/96 mmHg  Tanda-tanda vital • Dokumentasikan hasil
• N: 87x/menit dalam batas normal pemantauan
TD: 120/80 mmHg
N: 60-100x/menit
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Post Operatif
Risiko Hipotermia Setelah dilakukan intervensi • Monitor TTV
Perioperatif 1x60 menit, hipotermi tidak • Identifikasi pasien
terjadi dengan kriteria hasil: terhadap adanya faktor
Faktor Risiko : • Suhu tubuh pasien risiko mengalami suhu
• S: 36,4C dalam rentang normal tubuh abnormal
• Kondisi kulit pasien : (36,5-37,5C). • Selimuti pasien
teraba dingin • Akral hangat • Berikan dan atur
3 • Jenis anastesi: GA penggunaan penghangat
Rencana Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Post Operatif
Risiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi • Menerapkan teknik aseptic
Faktor Risiko : 1x60 menit, infeksi tidak • Melindungi dari
• Pasien terpasang : IV terjadi dengan kriteria hasil: kontaminasi silang
line di tangan kanan,  Tidak terdapat tanda- • Monitor tanda dan gejala
terpasang kateter tanda infeksi infeksi
• Luka post craniotomy Tumor (membengkak) • Menjaga pengawasan
yang sudah dibalut Kalor (panas) terus menerus
4 Dolor (nyeri) • Mengevaluasi faktor yang
Rubor (merah) terkait dengan
Fungsiolaesa (fungsinya peningkatan risiko pasca
terganggu) operasi
Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu/ 19 Januari 2022 Pengetahuan tentang respon psikososial 16:40
16.00 S : Pasien mengatakan merasa sedikit
• Mengevaluasi respons psikososial terhadap tenang
rencana perawatan O:
Hasil : pasien mengatakan pernah mendengar • Pasien tampak mulai tenang
sebelumnya terkait operasi otak dan • TD: 127/75 mmHg
menanyakan apakah pasien akan sembuh • N: 87x.menit
• RR: 23x/menit
• Menerapkan langkah-langkah untuk memberikan A : Pengetahuan tentang respon
dukungan psikologis kepada pasien maupun psikososial teratasi sebagian
keluarga pasien P:
Hasil : mengajarkan tekhnik relaksasi seperti
berzikir dan berdoa agar operasinya dilancarkan
• Menjelaskan urutan kejadian yang diharapkan
Hasil : pasien mengatakan ikhlas dan bersedia
dilakukan tindakan pembedahan
• Memberikan instruksi berdasarkan usia dan
kebutuhan yang teridentifikasi
Hasil : pasien mengerti terkait penjelasan yang
diberikan
Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu/ 19 Januari 2022 Risiko cedera transportasi 16.13
16.08 S:
Konfirmasi identitas pasien • Pasien mengatakan baik-baik saja
Hasil : sesuai dengan gelang dan status pasien O:
Menilai kondisi kulit dasar • Tidak tampak tanda cedera
Hasil : Kulit utuh setelah pemindahan pasien
Transportasi sesuai dengan kebutuhan individu A:
Hasil : menggunakan jumlah petugas yang Risiko cedera transportasi teratasi
cukup untuk memindahkan dan menyokong P: -
ekstremitas.
Mengevaluasi tanda dan gejala cedera fisik pada
kulit dan jaringan
Hasil : Tidak ada tanda dan gejala cedera fisik
pada kulit maupun jaringan
Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu/ 19 Januari 2022 Risiko cedera transportasi 16.40
16.30 S:-
Mengatur meja operasi sesuai kebutuhan O:
Hasil : posisi meja operasi horizontal • Pasien telah dipindahkan di meja
Menstabilkan baik brankar pasien maupun meja operasi
operasi saat memindahkan pasien ke dan dari meja • Infus, kateter, dan alat bantu napas
operasi dengan menggunakan jumlah petugas yang paten
cukup untuk memindahkan dan menyokong • Posisi pasien supine
ekstremitas. A:
Hasil : mendekatkan brankar dan menguncinya ke Risiko cedera akibat posisi perioperative
meja operasi dengan posisi sejajar. teratasi
Melakukan imobilisasi atau topang bagian tubuh P: -
dengan tepat
Hasil : beberapa tim memindahkan pasien dengan
bersamaan mengangkat linennya
Memperhatikan kesejajaran tubuh
Hasil : pasien berbaring dengan posisi sejajar
Memberikan posisi operasi yang sesuai
Hasil : Pasien dalam posisi supine
Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu/ 19 Januari 2022 Risiko cedera elektrikal Jam 21.10
16.50 S:-
• Menerapkan langkah-langkah perlindungan untuk O:
mencegah cedera karena sumber listrik • Tidak tampak cedera pada kulit akibat
Hasil : Memasang flat diathermy di dekat area operasi pemakaian ESU
• Menggunakan persediaan dan peralatan dalam
parameter yang aman • Penghitungan kedua penggunaan
Hasil : tidak menggulung kabel ESU tetapi mebiarkannya kasa/alat tambahan
terbentang  Kasa kecil: 40 buah
• Mengevaluasi tanda dan gejala cedera pada kulit dan  Scapel blade 3 buah
jaringan  Needle atraumatik 4 buah
Hasil : tidak ada tanda dan gejala cedera pada kulit dan  Arteri klem 2 buah
jaringan A:
• Menghitung jumlah kasa, benda tajam, instrumen Risiko cedera elektrikal teratasi
atau alat-alat sebelum menutup luka dan sesudah  
prosedur P:-
Hasil:
Kasa kecil: 40 buah
Scapel blade 3 buah
Needle atraumatik 4 buah
Arteri klem 2 buah
Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu/ 19 Januari 2022 Nyeri akut 22:00
• Memonitor skala nyeri S:
O:
Hasil: skala nyeri 4 (nyeri sedang) VAS
- Skala nyeri 4 (nyeri sedang) VAS
• Monitor tanda-tanda vital - Tanda-tanda vital
TD: 135/89 mmHg TD: 131/86 mmHg
N: 87x/menit N: 85x/menit
RR: 18x/menit R: 18x/menit
• Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien - Terpasang cairan infus NaCl 14
tetes/menit
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P: Kolaborasi pemberian analgesik di ruang
rawat jika nyeri masih dirasakan
Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu/ 19 Januari 2022 Risiko Hipertermia Perioperatif 22.00
21.20 S:
• Memonitor TTV O:
Hasil : Suhu 36,3 C, TD 120/71 mmHg, Nadi • Terpasang warmer yang dimasukkan
130x/menit, RR 20x/menit, SaO2 100% dalam selimut pasien
• Mengidentifikasi pasien terhadap adanya faktor • Suhu 36,5 C, TD 147/75 mmHg,
risiko mengalami suhu tubuh abnormal Nadi 93x/menit, RR 19x/menit,
Hasil : jenis anastesi yang digunakan General SaO2 100%
Anastesi A : Risiko Hipotermia Perioperatif
• Memberi selimuti pasien teratasi
Hasil : pasien telah diselimuti P: -
Jam 22.45
• Memberikan dan atur penggunaan penghangat
Hasil : telah diberikan warmer pada pasien
Implementasi dan Evaluasi
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu/ 19 Januari 2022 Risiko Infeksi Jam 22.00
• Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan S:-
sistemik. O:
Hasil : tidak ada tanda infeksi, S: 36,5C • Tidak ada tanda dan gejala infeksi
• Membatasi jumlah pengunjung • S: 36,5C
Hasil : perawat dan mahasiswa yang memantau pasien A : Risiko Infeksi belum teratasi
• Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan P : Kolaborasi pemberian antibiotic jika
pasien dan lingkungannya sudah berada di ruang rawat
Hasil : perawat dan mahasiswa mencuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan serta menggunakan handscoen saat
kontak dengan pasien
Pembahasan
Melakukan prosedur kraniotomi penting untuk memperhatikan beberapa hal agar operasi yang
dilakukan dapat berjalan lancer dari sebelum dilakukannya operasi hingga selesai (pre-operasi,
intra-operasi hingga post-operasi). Persiapan yang dilakukan pada tahap pre-operasi seperti
persiapan pasien terkait riwayat medis; hasil pemeriksaan fisik dan penunjang seperti laboratorium,
EKG, MRI; memastikan pasien dalam kondisi yang optimal untuk menoleransi prosedur; pasien
dalam perut kosong (nil per os); memberikan anastesi kepada pasien sebelum tindakan operasi.
Berdasarkan kasus, tindakan yang dilakukan perawat sebelum dilakukannya tindakan kraniotomi
pada tahap pre-operasi sesuai dengan teori sebab melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
seperti mengecek status pasien secara berulang untuk memastikan keoptimalan kondisi pasien baik
fisik maupun psikologisnya; mengecek kelengkapan dokumen pasien; menjelaskan terkait
prosedur operasi yang akan dilakukan kepada pasien dan juga keluarga agar keluarga paham
tentang prosedur yang akan dilakukan, durasi operasi, hingga kejadian yang mungkin saja terjadi
saat operasi berlangsung serta pemberian general anastesi
Next…
Pada intra-operasi dilakukan dengan memposisikan kepala yang benar, hindari titik tekanan pada
area tubuh yang rentan dengan memberikan bantalan yang memadai diseluruh tubuh, lokasi
sayatan tergantung pada bagian otak yang akan dioperasi, kulit kepala dibedah untuk
memperlihatkan tengkorak dan menggunakan retraktor ditepi sayatan untuk memiliki eksposur
yang memadai kearea yang akan difokuskan. Berdasarkan kasus, tindakan yang dilakukan pada
tahap intra-operasi sudah sesuai dengan teori yang bertujuan untuk melindungi keselamatan dan
memenuhi kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa
kondisi didalam ruang operasi seperti memastikan kebersihan ruangan operasi, suhu ruangan
yang sesuai, kelembapan, pencahayaan yang sesuai, peralatan tetap berfungsi dengan baik
meskipun saat operasi berlangsung alat suction sempat tidak berfungsi dengan baik namun, dapat
diatasi dengan baik, memantau kondisi pasien saat operasi dilakukan, membantu dokter bedah
selama prosedur pembedahan dengan melakukan tindakan mengantisipasi instrumen yang
dibutuhkan, mengawasi kondisi pasien yang dibawah pengaruh anastesi, saat luka ditutup
mengeck semua peralatan dan material yang digunakan dan dipastikan lengkap.
Next…

Tindakan yang dilakukan diruang pemulihan hingga pasien sadar optimal meliputi
status respiratori, hemodinamik, alderete score; memonitor suhu tubuh dan suhu lingkungan
pasien, mengidentifikasi perilaku dan faktor yang bisa menyebabkan pasien jatuh,
memposisikan pasien head up 300, memantau pemberian oksigen, memantau tanda vital
serta memberikan dukungan kepada keluarga pasien.
Evidence Based Practice
Menurut penelitian oleh Florman, Cushing, Keller, & Rughani (2017), pemantauan pasien posca operasi terutama setelah tindakan
kraniotomi memerlukan perhatian khusus dan melibatkan kolaborasi antar petugas kesehatan. Perawat khususnya, setelah pasien
dipindahkan ke unit perawatan pasca anestesi (PACU) bertugas memeriksa tanda-tanda vital dan neurologis pasien pasca operasi setiap 15
menit sekali.

PNDS dibuat untuk tujuan memfokuskan perawatan pada pasien perioperatif. Karena sebagian besar mahasiswa keperawatan tidak
diberikan kesempatan rotasi klinis di ruang operasi, penggunaan PNDS dengan pasien yang menjalani CABG tepat waktu dan mungkin
terbukti menjadi alat pengajaran yang efektif untuk digunakan oleh perawat praktik lanjutan perioperatif atau perawat operasi. pendidik
ruangan. Perawat klinisi baru dan lama dapat menggunakan PNDS untuk memandu praktik mereka, membantu dokumentasi, sebagai alat
untuk mengukur kompetensi, dan untuk memberikan perawatan pasien yang konsisten.

Di mata seorang pemula, penerapan penggunaan PNDS tampaknya akan menghadirkan banyak tantangan. PNDS adalah perubahan dalam
praktik perawat ruang operasi yang memaksa fokus berpusat pada pasien yang terkadang terganggu oleh tantangan berorientasi tugas.
Daftar Pustaka
Alford J, Derderian CA, Smartt JM. Surgical Treatment of Unicoronal Nonsyndromic Craniosynostosis. J Craniofac
Surg. 2018 July; 29(5):1199-1207
AORN. (2011). Perioperative Nursing Data Set (3rd ed.). Debver: AORN Publications
Fang S, Li Y, Wang Y, Zhang Z, Jiang T. Construct a craniotomy for gliomas involving motor-related areas:
classification and restoration of function. J Neurooncol. 2020 June; 148(2):317-325.
Florman, J. E., Cushing, D., Keller, L. A., & Rughani, A. I. (2017). A protocol for postoperative admission of elective
craniotomy patients to a non-ICU or step-down setting. J Neurosurg, 1392-1397.
Gonzalez-Darder JM. [History of craniotomy]. Neurocirugia (Astur). 2016 Sep-Oct; 27(5):245-57.
Greuter L, Ullmann M, Mariani L, Guzman R, Soleman J. Effect of preoperative antiplatelet or anticoagulation
therapy on hemorrhagic complications in patients with traumatic brain injury undergoing craniotomy or
craniectomy. Neurosurgery Focus. 2019 November 01; 47(5): E3
O'Neill M, Henderson M, Duffy OM, Kernohan WG. Emerging contributions of speech and language therapists in
awake craniotomy: a national survey of their roles, practices and perceptions. Int J Lang Community
Disturbance. 2020 Jan; 55(1):149-162
Subbarao BS, Fernández-de Thomas RJ, Eapen BC. StatPearls [Internet]. StatPearls publishing; Treasure Island (FL):
August 6, 2021. Post Craniotomy Headache.
Zhou C, Evins AI, Boschi A, Tang Y, Li S, Przepiorka L, Sadhwani S, Stieg PE, Xu T, Bernardo A. Preoperative
identification of the initial burr hole site in retrosigmoid craniotomy: Teaching and technical notes. Robots Int
J Med. 2019 June; 15(3):e1987.
 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai