EDITOR :
1
VISI
MISI
MOTTO :
2
PMKP
3
Apakah ada Indikatot Mutu Nasional Yang belum mencapai
target ?
4
C. Indikator Prioritas Unit
5
• Genset Menyala Setelah Listrik PLN
Padam < 10 Detik
• Ketepatan Waktu Pembayaran Gaji
Karyawan Non ASN
• Angka Kejadian Hais : Infeksi Daerah
Operasi (IDO),Infeksi Saluran Kemih (ISK),
Infeksi Aliran Darah Perifer
(IADP)/Plebitis, Ventilator Associated
Pneumonia (VAP)
3. SENTINEL
adalah suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit pasien atau penyakit yang
mendasarinya yang terjadi pada pasien. Kejadian
sentinel merupakan salah satu jenis insiden
keselamatan pasien yang harus dilaporkan yang
menyebabkan terjadinya hal-hal berikut ini:
a) Kematian.
b) Cedera permanen.
c) Cedera berat yang bersifat sementara/reversible.
CONTOH :
• Kematian bayi cukup bulan yang tidak
diantisipasi;
• Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
• Penculikan pasien yang sedang menerima
perawatan, tata laksana, dan pelayanan;
• Kaburnya pasien
• Bunuh diri pasien
• Penculikan pasien
• Tindakan invasif, termasuk operasi yang
dilakukan pada pasien yang salah, pada sisi yang
salah, atau menggunakan prosedur yang salah
(secara tidak sengaja);
• Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien
secara tidak sengaja setelah suatu tindakan
invasif, termasuk operasi;
7
4. KEJADIAN TIDAK CEDERA (KTC) adalah insiden
keselamatan pasien yang sudah terpapar pada pasien
namun tidak menyebabkan cedera.
8
Tabel Risk Grading
9
Analisis Akar Masalah (RCA) dilakukan dalam jangka waktu
45 hari dengan membentuk tim investigasi oleh Komite
Mutu dan Keselamatan Rumah Sakit.
Identifikasi pasien:
Identifikasi pasien pada semua pelayanan atau pengobatan
menggunakan dua kriteria yaitu nama lengkap sesuai e-KTP
dan tanggal lahir.
a. Penggunaan warna gelang pasien adalah:
b. Gelang identitas warna biru muda untuk pasien laki-laki,
warna pink/merah muda untuk pasien perempuan.
10
c. Seap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang
identas pasien.
d. Ada 2 identas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL
LAHIR yang disesuaikan dengan tanda pengenal resmi.
e. Pengecualian prosedur idenfikasi dapat dilakukan pada
kondisi kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU dan kamar
operasi dengan tetap memperhakan data pada gelang
identas pasien.
2. KOMUNIKASI EFEKTIF
12
• Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan,
tusukan perkutan, atau penyisipan instrumen harus
ditandai.
• Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), struktur mulpel (jari tangan, jari kaki, lesi)
atau mulple level (tulang belakang).
• Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:
o Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung,
operasi caesar)
o Kasus intervensi seperti kateter jantung
o Kasus yang melibatkan gigi
o Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana
penandaan akan menyebabkan tato permanen
13
14
6. PENGURANGAN RESIKO JATUH
Bagaimanakah cara mengkaji pasien risiko jatuh ?
Penilaian risiko jatuh dilakukan saat pengkajian awal dengan
menggunakan metode pengkajian risiko jatuh yang telah
ditetapkan oleh RS. Penilaian risiko jatuh pada pasien anak
menggunakan scoring HUMPTY DUMPTY dan pada pasien
dewasa menggunakan scoring MORSE dan pada geriatri
menggunakan SYDNEY scoring.
15
Pengkajian untuk geriatric – Ontario
Modified Stratify-Sydney Scoring
16
• Perawat akan memenrikan klip kuning pada gelang
pasien. dan mengedukasi pasien dan atau keluarga
maksud pemasangan gelang tersebut.
• Pengkajian ulang dilakukan oleh perawat secara
berkala sesuai hasil penilaian risiko jatuh pasien dan
jika terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan.
17
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA
19
KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
Tahukah Anda tentang bagaimana kewajiban pasien di RS?
Pasien dan keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi
kewajiban menurut Permenkes No. 69 Tahun 2014 Pasal yaitu :
1. Mematuhi peraturan d yang berlaku di Rumah Sakit
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung
jawab.
3. Menghirmati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak
Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di
rumah sakit.
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat
sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya.
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan kesehatan yang dimilikinya.
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan di rumah sakit dan disetuju oleh Pasien
yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya
untuk menolak rencana terapi yang direkomendaikan oleh
Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
21
Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah
mendapatkan informasi adalah.
a. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau
telah menikah.
b. Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed
consent) atau Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh
mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah/ Ibu Kandung
2) Saudara – saudara kandung
c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan dak mempunyai
orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir,
persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan Tindakan
medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut
1) Ayah/Ibu Adopsi
2) Saudara – saudara Kandung
23
▪ Ada dokumen pemberian edukasi berupa formulir
pemberian edukasi yang ditandatangani oleh pemberi
edukasi dan penerima edukasi.
PROGNAS
24
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
25
Bagaimana alur pelaporan insiden apabila terjadi medication
error ?
Baik dokter maupun perawat yang menemukan terjadinya
medication error boleh melaporkan kejadian tersebut. Melalui
link google form Komite Mutu Dan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
https://sites.google.com/view/indikatormutunasional/home
26
tindakan khusus dalam keadaan darurat, cara pengelolaan
limbah B3 dan sebagainya.
4. Terdapat safety shower, eye washer/alternatif eyewasher,
5. APD sesuai resiko bahaya
6. Spill Kit untuk menangani tumpahan B3
7. Terdapat rambu dan simbol B3 untuk menunjukkan
klasifikasi B3.
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat
tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas,
kecepatan reaksi, peningkatan suhu, dan tekanan
meningkat pesat dan dapat menimbulkan ledakan. Bahan
mudah meledak apabila terkena panas, gesekan, atau
27
bantingan dapat menimbulkan ledakan. Adapun simbol
untuk jenis B3 ini adalah sebagai berikut:
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasi kan
sehingga terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi
keluar panas (eksothermis).
28
e. Racun
Bahan yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan
yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit
atau mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun dengan temperatur uji 55ᵒC, mempunyai pH
sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari
12,5 (basa).
29
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker yakni sel luar yang dapat
merusak jaringan tubuh.
h. Iritasi
Bahan dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan
selaput lendir.
30
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merusak genetika.
31
a. Penanganan untuk personil
1) Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan
digunakan atau disimpan.
2) Baca petunjuk yang tertera dalam kemasan.
3) Letakkan bahan sesuai ketentuan.
4) Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang
sesuai dengan petunjuk.
5) Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang
disimpan.
6) Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di
lokasi yang sama.
7) Jangan menyimpan bahan yang melebihi pandangan
mata.
8) Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam
pengambilan dan penempatan bahan, hindari
terjadinya tumpahan/kebocoran.
9) Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia
atau gas.
10) Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian
yang menimbulkan bahaya/kecelakaan atau nyaris
celaka (accident atau near miss) melalui formulir
atau alur yang telah ditetapkan.
32
c. Penanganan administratif
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan
pengelolaan B3 harus di beri tanda sesuai potensi bahaya
yang ada , dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk
menangani B3 antara lain:
1) Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
2) Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan
Bila terjadi tumpahan B3, maka kita harus siap untuk menangani
tumpahan tersebut secara khusus tidak langsung membuang ke
lingkungan. Adapun yang harus disiapkan antara lain:
1. Alat Pelindung Diri (APD) antara lain: masker, handscun,
celemek, kacamata goggle.
2. Peralatan pembersih antara lain: sapu dan sekop.
3. Bahan penyerap disesuaikan dengan jenis tumpahan.
Bahan penyerap terbagi menjadi 2 diantaranya yaitu:
❖ Bahan penyerap organik dapat berupa serbuk
gergaji, pasir kali, butiran arang kayu.
❖ Bahan penyerap anorganik dapat berupa silikat
❖ Bahan penyerap sintetik berupa copolimer inert
4. Kotak P3K
34
▪ Bila terhirup dan terasa sesak, segera bawa ke daerah yang
mengandung udara segar, jika perlu beri pernafasan
dengan oksigen.
35
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
Siapkanlah alat-alat :
1. Untuk handwash/cuci tangan dengan sabun : Wastafel
dengan kran siku (panjang), air mengalir, sabun cair yang
mengandung bahan anti septik.
2. Untuk handrub/cucitangan dengan alkohol : Antiseptik
berbasis alkohol /Alcohol-based Hand rubs dalam
tempatnya.
37
38
Langkah 9. Bilaslah kedua tangan dengan air
Langkah 10. Keringkanlah dengan tisu sampai benar-benar
kering
Langkah 11. Tutuplah kran air dengan menggunakan siku
atau tisu
39
40
41
42
APA ITU LIMBAH INFEKSIUS? Dan apa saja ?
Limbah Padat Infeksius adalah barang atau bahan sisa hasil
kegiatan medis yang tidak digunakan kembali yang
berpotensi terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius
atau kontak dengan pasien dan atau petugas di Fasyankes,
dan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan
infeksi/menularkan penyakit
43
d. Limbah tajam dimasukan ke dalam safety box/wadah
khusus tanpa menutup kembali jarum suntik bekas pakai
(no recapping)
44
45
AKSES DAN KEBERLANGSUNGAN PELAYANAN (AKP)
47
ruang rawat sebelumnya ke ruang rawat yang
dituju.
f Asuhan pasien yang diberikan di tempat
sementara/transit/intermediate sama seperti
perawatan kepada pasien yang dirawat di ruang
rawat inap tempat pasien seharusnya di rawat.
g Akses pelayanan yang bersifat mendukung seperti
pekerja sosial, keagamaan atau bantuan spiritual
di berikan atau di sediakan oleh rumah sakit jika
sewaktu-waktu pasien membutuhkan.
48
49
50
51
52
Bagaimana tatalaksana secara integrasi pasien di RS ?
53
9. Setiap pasien tanpa terkecuali berhak mendapatkan
asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan gizi
sesuai prosedur
10. Rencana asuhan pasien dicatat dalam rekam medis
pasien dalam CPPT (catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi) dalam bentuk kemajuan terukur oleh
pemberi pelayanan sesuai format SOAP (Subyektif
Obyektif Assesment Planning)
11. Setiap pemberian asuhan oleh PPA (Profesional
Pemberi Asuhan) harus tertulis atau ada validasi dalam
rekam medis jika perintah diberikan melalui telfon
12. Jika DPJP tidak ada di tempat/berhalangan maka
wewenangnya bisa didelegasikan ke dokter jaga
13. Semua permintaan pemeriksaan diagnostik imaging
(Radiologi) dan pemeriksaan laboratorium klinik harus
tertulis dalam formulir yang sudah ada termasuk
indikasi klinisnya oleh dokter
14. Semua tindakan yang sudah dilakukan kepada pasien
harus tercatat dalam rekam medis dan dientrykan
dalam SIMRS
15. Setiap pasien dan keluarga berhak mendapatkan
informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan baik
yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan sesuai
dengan prosedur.
16. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
17. DPJP sebagai ketua tim PPA ( Clinical Team Leader)
18. PPA bekerja sebagai timinterdisiplin dengan kolaborasi
interprofesional, antara lain memakai panduan praktik
klinis (PPK), panduan Asuhan PPA lainnya disertai alur
klinis terintegrasi/Clinical pathway, dan Catatan
perkembangan pasien Terintegrasi/CPPT.
54
19. Perencanaan pemulangan pasien/ Discharge Planning
terintegrasi
20. Asuhan Gizi terintegrasi, manajer pelayanan
pasien/case manager. Pendokumentasian di rekam
medis medis merupakan alat untuk memfasilitasi dan
menggambarkan integrasi serta koordinasi asuhan.
Secara khusus, setiap PPA mencatat observasi dan
pengobatan di rekam medis pasien. Demikian juga,
setiap hasil atau simpulan dari rapat tim atau diskusi
pasien dicatat dalam CPPT.
21. Ada regulasi asuhan untuk setiap pasien direncanakan
oleh dokter penanggung jawab pelayanan DPJP,
perawat, dan PPA lainnya sesudah pasien masuk rawat
inap.
22. Rencana asuhan dibuat untuk setiap pasien dan dicatat
oleh PPA yang memberikan asuhan di rekam medis
pasien.
23. Rencana asuhan pasien terintegrasi dibuat denagn
sasaran berdasar atas data asesmen awal dan
kebutuhan pasien.
24. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai
dengan kondisi pasien, dimuthakirkan, atau direvisi
oleh tim PPA berdasar atas asesmen ulang.
25. Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan
dibuat notasi pada CPPT oleh DPJP sesuai dengan
kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP.
57
d. Pasien Level 3: Peralatan yang disertakan pada level
2 ditambah dengan alat bantu pernafasan bila
diperlukan Isi formulir pemindahan antar ruangan
dengan lengkap