Indonesia
Zaman Prasejarah
Manusia pada tingkat pertama masih
sangat bersahaja, namun usaha untuk
memperlengkapi dirinya guna
mempertahankan hidup sudah berarti
hasil kebudayaan.
Prasejarah sebagai ilmu mempelajari
manusia serta peradabannya sejak
zaman permulaan sampai kepada zaman
sejarah.
Batas-batas Prasejarah
Keterangan tertua dari dan tentang bangsa
Indonesia berupa prasasti-prasasti di atas batu
ditemukan di Kutai berasal dari raja Mulawarman
dan di Jawa Barat berasal dari raja Purnawarman.
Prasasti dari Mulawarman dan prasasti dari
Purnawarman diperkirakan ditulis pada abad ke-5
Masehi, sehingga disimpulkan bahwa bangsa
Indonesia mengakhiri zaman prasejarah sekitar
abad ke-5 Masehi
Sebelum abad ke-5 Masehi terdapat informasi
tertulis dari bangsa asing tentang bangsa Indonesia,
tetapi tidak jelas dan tidak lengkap.
Informasi dari bangsa asing menandai zaman
peralihan dari prasejarah ke zaman sejarah yang
disebut zaman proto sejarah.
Akhir Prasejarah Indonesia
Zaman prasejarah dimulai sejak
permulaan adanya kebudayaan,
bersamaan dengan permulaan zaman
geologi quartair atau lebih tepat
permulaan diluvium.
Zaman prasejarah berakhir apabila dari
atau tentang suatu bangsa sudah ada
keterangan tertulis yang ditemukan,
yang berasal dari zaman itu.
Zaman Glasial
Dalam kala diluvium/pleistosen yang berlangsung
sekitar setengah juta tahun, terdapat empat zaman
glasial, yaitu: gunz, mindel, riss, dan wurm, yang
masing-masing dipisahkan oleh tiga zaman antar glasial.
Daerah es di kutub utara dan selatan jauh lebih luas,
sementara permukaan laut di daerah lain jauh lebih
rendah daripada sekarang.
Kepulauan di antara benua Asia dan Australia kala itu
merupakan dua dataran luas, yaitu dataran Sunda yang
merupakan eksistensi dari benua Asia, dan dataran
Sahul yang merupakan eksistensi dari benua Ausralia.
Kepulauan Indonesia mendapatkan bentuknya seperti
sekarang terjadi pada kala glasial wurm.
Iklim
Indonesia sebagai daerah kepulauan yang terapit benua
Asia dan Australia, iklimnya sangat ditentukan oleh
angin musim
November s.d. Maret angin berhembus dari barat, dan
membawa hujan dari lautan India ke Indonesia.
Juni s.d. September angin berhembus dari tenggara
membawa udara kering dari Australia ke bagian
kepulauan yang terletak di selatan khatulistiwa
menyebabkan kemarau di daerah-daerah tersebut.
Angin tenggara setelah melampaui khatulistiwa
berubah menjadi angin barat-daya yang basah, dan
menurunkan hujan di daerah yang terletak di utara
khatulistiwa, sehingga daerah-daerah tersebut hampir
tidak mengenal musim kemarau.
Curah Hujan
Di utara khatulistiwa dan hampir seluruh Klimantan
melebihi 80 inci; Sumatera Selatan, Jawa, dan
Sulawesi 60-80 inci; Nusatenggara 40-60 inci.
Kecuali karena hubungannya dengan angin musim,
curah hujan ditentukan pula oleh tingginya daerah
yang bersangkutan, serta letaknya di lereng-lereng
pegunungan yang dilampaui oleh angin naik dan
angin turun.
Daerah yang tinggi lebih banyak menerima hujan
daripada daerah yang rendah, sementara lereng-lereng
yang dilampaui angin naik lebih banyak menerima
hujan daripada lereng-lereng yang dilampaui angin
turun.
Kesuburan Tanah
Terlampau banyak hujan memberi dampak yang
kurang baik bagi keseburan tanah, karena zat yang
penting untuk pertanian akan tercuci bersih oleh air
hujan.
Tanah yang paling subur di Indonesia adalah tanah
yang diliputi sedimentasi bahan vulkanis yang muda
di sekeliling gunung berapi.
Tanah yang kurang subur di Indonesia kepadatan
peduduknya sangat rendah, sementara tanah yang
subur merupakan daerah yang paling padat
penduduknya.
Penduduk Indonesa Tertua
Penduduk Indonesia tertua diperkirakan berasal dari
masa sekitar satu juta tahun yang lalu ketika dataran
Sunda masih merupakan daratan yang bersambung
menjadi satu dengan daratan benua Asia.
Berdasarkan beberapa fosil yang ditemukan di
beberapa desa di lembah bengawan Solo, ciri fisik
penduduk dataran Sunda waktu itu berbeda dari
manusia sekarang.
Para ahli antropologi menamakan makhluk-
makhluk itu anthropus
Tubuh Kekar
Rahang Dan Geraham Yang Besar
Tidak Berdagu
Homo artinya manusia. Jenis manusia purba yang
paling maju dibandingkan dengan yang lainnya. Penemuan
fosil jenis Homo diawali pada tahun 1889, ketika Von
Rietschoten menemukan beberapa bagian dari tengkorak
dan rangka manusia di daerah dekat Tulungagung,Jawa
Timur. Temuan tersebut selanjutnya diselidiki oleh Dr.
Eugene Dubois dan menamainya Homo Wajakensis
termasuk ras asli Australia.
Ciri-Ciri Homo :
Berbadan Tegap
Tingginya Sekitar 180 Cm
Memiliki Volume Otak Kecil, Yaitu Sekitar 1.000-
1.300 Cc
Tengkoraknya Lebih Besar Dibanding
Pithecanthropus
Para ilmuwan telah menemukan fosil-fosil tengkorak dari
suatu spesies manusia yang tumbuh tidak lebih besar dari
kanak-kanak berusia lima tahun. Manusia kerdil yang memiliki
tengkorak seukuran buah jeruk ini diduga hidup 13.000 tahun
lalu, bersama gajah-gajah pigmi dan kadal-kadal raksasa
seperti Komodo. Indonesia.
Tengkorak pertama dari spesies yang kemudian disebut
sebagai Homo floresiensis atau Manusia Fores itu ditemukan
September 2003. Ia berjenis kelamin perempuan, tingginya
saat berdiri tegak kira-kira satu meter, dan beratnya hanya
25 kilogram. Ia diduga berumur sekitar 30 tahun saat
meninggal 13.000 tahun lalu.
IHTISAR PRASEJARAH
INDONESIA
No. Jaman Hasil –hasil kebudayaan Jenis
Manusia/Bangsa
4 Logam barang-barang
perhiasan
manik-manik menhir
bejana dolmen Austronesia
candrasa keranda (Indonesia)
nekara kubur batu
kapak corong punden berundak
arca-arca
3 Neolithikum barang-barang manik-manik
Megalithikum
perhiasan
tembikar
kapak persegi
Maman A. Malik Sy
24