Anda di halaman 1dari 14

Al-nafs

(nafsu)
A/KP/VI KELOMPOK 2
1. FATEHAH 04194789
2. HARTETI WELENSI 04194790
PENGERTIAN
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, nafsu adalah kecenderungan tabiat kepada sesuatu yang dirasa cocok. Kecenderungan
ini merupakan satu bentuk ciptaan yang ada dalam diri manusia, sebagai urgensi kelangsungan hidupnya. Nafsu mendorong
manusia kepada sesuatu yang dikehendakinya.

Syaikh Syihabuddi Umar Suhrawardi mengungkapkan bahwa Nafs memiliki dua makna, yaitu:

1. Nafs-i-syay’ (nafs dari sesuatu) yang berupa esensi (dzat) dan hakikat sesuatu. Dengan demikian, dinyatakan bahwa dengan
nafsnya sendiri sesuatu bisa berdiri.

2. Nafs-i-nathiqa-i-insani (nafsu rasional manusia) yang merupakan abstrak dari berbagai anugerah dalam tubuh, yang disebut
fitrah manusia dan suatu kecemerlangan yang dianugerahkan kepadanya dari kemuliaan jiwa manusia yang dengan
kecemerlangannya tubuh menjadi tempat menjadi tempat pengungkapan kedekatan dan kesalihan
Macam macam al -nafs
01 02
Nafsu al-
Nafsu al-ammarah
lawwamah
QS. Yusuf {12}:53 QS. Al-Qiyamah:2

03
Nafsu al-
muthma’innah
QS. Al-Fajr {89}:(27-28)
Macam macam al -nafs

1. Nafsu al-‘ammarah, yaitu jiwa yang tidak mampu membedakan hal-hal yang baik dengan
hal-hal yang buruk. Ia selalu mendorong kepada hal-hal yang buruk, dan selalu
menganggap bahwa nasehat itu merupakan penghalang belaka, yang tidak perlu
ditanggapinya.Ini nafsu pendorong kejahatan. Ini adalah tingkat nafs paling rendah yang
melahirkan sifat-sifat seperti takabbur, kerakusan, kecemburuan, nafsu syahwat, ghibah,
bakhil dsb. Nafsu ini harus diperangi.Nafsu amarah merupakan dimensi hewani yang ada
pada diri seorang manusia yang juga dinamakan dengan gharizah dan kecenderungan.
2. Nafsu al-Lawwamah, yaitu jiwa yang telah mempunyai rassa insaf  dan menyesal sesudah
melakukan perbuatan buruk. Ia tidak berani malakukan yang keji secara terang-terangan,
karena sudah menyadari bahwa perbuatan  itu tidak baik, tetapi belum bisa mengekang
keinginan nafsunya.Ini adalah jiwa yang memiliki tingkat kesadaran awal melawan nafs
yang pertama. Dengan adanya bisikan dari hatinya, jiwa menyadari kelemahannya dan
kembali kepada kemurniannya. Jika ini berhasil maka ia akan dapat meningkatkan diri
kepada tingkat diatasnya.
3. Nafsu al-Muthma’innah, yaitu jiwa yang telah mendapat tuntunan yang baik, sehingga
dapat melakukan sikap dan perilaku yang benar, dapat menghindarkan diri dari kejahatan,
serta selalu melahirkan ketenangan lahir dan bathin.Jiwa ini telah mantap imannya dan
tidak mendorong perilaku buruk. Jiwa yang tenang yang telah menomor duakan nikmat
materi.
Nafsu ammarah

“nafsu ammarah”, nafsu yang tak diterbayang akan kembali kepada Allah, kecuali
nafsu yang dirahmati-Nya, sebagaimana dalam Al-Qur’an. Fٌ‫لن َّ ْف َسَأَل َّما َرة‬FF‫نا‬Fَّ‫يِإ‬F‫ ْف ِس‬F َ‫ا ُأبَرُِّئن‬F‫م‬F‫َو‬
F‫ َربِّيِإ َّن َربِّيغَ فُو ٌر َر ِحي ٌم‬F‫لسُّو ِء ِإ َّال َما َر ِح َم‬FF‫ا‬FFF‫“ ِب‬
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku,” (QS Yusuf [12]: 53).

Nafsu amarahlah yang selalu memerintah keburukan, nafsu yang menghimpun


kuatnya rasa marah, selalu diikuti sifat-sifat tercela, jauh dari Allah, dan termasuk
bala tentara atau langkah setan untuk mengarahkan manusia kepada penyesalan dan
kebinasaan. Karenanya, nafsu ini wajib diperangi, ditentang keinginannya, dan
dikendalikan sebagaimana yang dipesan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
di atas.
Lanjutan. . .

Sebagian dari sifat-sifat orang yang mempunyai nafsu ammarah ini adalah :
 Bakhil atau kikir
 Tamak dan lobak kepada harta benda
 Berlagak sombong dan takabur (membanggakan diri)
 Suka mermegah-megahan dan bermewah-mewahan
 Ingin namanya terkenal dan popular
 Hasad dengki
 Beniat jahat dan khianat
 Lupa kepada Allah SWT
 Nafsu ammaroh tempatnya adalah “ash-shadru” artinya dada.
Nafsu lawwamah

Orang pada martabat nafsu ini suka mengritik atau mencela kejahatan dan membencinya. Apabila ia
terlanjur berbuat kejahatan, ia lekas menyadari dan menyesali dirinya. Memang dia menyukai
perbuatan baik, tapi kebaikan ini tidak dapat dipertahankan secara terus menerus karena dalam
hatinya masih bersarang maksiat-maksiat batin. Meskipun hal ini diketahuinya tercela dan tidak
disukainya, namun selalu saja maksiat batin itu menyerangnya. Sehingga apabila kuat serangan
maksiat batin itu, maka sekali-kali dia berbuat maksiat dzohir karena tidak mampu melawannya.
Meskipun demikian dia tetap berusaha menuju keridhoan Allah sambil mengucap istighfar
memohon ampun dan menyesal atas kemaksiatan yang diperbuatnya.“dan aku bersumpah dengan
jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”(Qs. Al  Qiyamah : 2 )
Lanjutan…

Di antara sifat nafsu lauwamah ini ialah :


 Menyadari kesalahan diri atau menyesal berbuat kejahatan
 Timbul perasaan takut kalau bersalah
 Kritis terhadap apa saja yang di namakan kejahatan 
 Heran kepada diri sendiri, mengira dirinya lebih baik dari orang lain (ujub) 
 Memperbuat suatu kebaikan agar dilihat dan dikagumi orang (riya’) 
 Menceritakan kebaikan yang telah diperbuatnya supaya mendapat pujian orang (sum’ah) Dan
lain-lain sifat tercela di dalam hati.
 Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah susu
kiri
Nafsu muthmainnah

Dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas, nafsu muthmaninnah adalah nafsu yang membenarkan ketuhanan Allah. Sedangkan
menurut Qatadah, nafsu muthmaninnah adalah nafsu seorang mukmin yang yakin terhadap janji-janji Allah, tenang
berada di pintu makrifat kepada asma dan sifat-sifat-Nya, yakin terhadap segala yang dikabarkan rasul-Nya,
percaya atas apa yang terjadi di alam barzakh dan hari akhir. Karena yakinnya, ia melihat semua perkara yang
dijanjikan Allah seakan-akan nyata dan berada di depan matanya.

Apabila orang pada martabat nafsu mulhamah tetap dalam proses mencapai maqam hakikat dan ma’rifat, maka
akan melekatlah di lubuk hatinya sifat-sifat terpuji itu, dan terkikis habislah sifat-sifat yang tercela. Maka pada
waktu itulah dia masuk ke dalam martabat nafsu muthmainnah. Nafsu ini adalah sebagai permulaan mencapai
darjat sufi atau wali.Orang yang telah mencapai martabat nafsu ini senantiasa merasa hatinya 
Lanjutan...
Orang yang telah mencapai martabat nafsu ini senantiasa merasa hatinya seolah-olah
berada bersama Allah (Ma’allah).Diantara sifat-sifat keruhanian yang timbul dari nafsu
muthmainnah adalah:
 Pemurah dan suka bersedekah
 Menyerahkan diri kepada Allah (Tawakkal)
 Bersifat arif dan bijaksana
 Kuat beramal dan kekal mengerjakan sholat
 Mensyukuri nikmat yang diperoleh dengan membesarkan Allah
 Menerima dengan rasa puas apa yang dianugerahkan Allah (redha) menerima
qada' dan qadar
 Takwa kepada Allah (Taqwallah)
 Dan lain-lain sifat yang mulia.

Inilah nafsu muthmainnah, nafsu yang tenang, yang diseru Allah masuk ke dalam Surga-
Nya.Orang yang telah berada pada martabat nafsu ini dzikirnya tetap hidup dalam rahasia
(sir) yaitu batin bagi ruh.
Untuk mencintai, kamu harus memiliki
kekuatan. Kekuatan melawan amarah
dengan kesabaran dan kekuatan
memaafkan dengan ketulusan.” – Mario
Teguh
Orang positif akan saling mendoakan. Sementara
Orang negatif akan saling menjatuhkan. Orang sukses
paham tentang proses. Sementara Orang gagal
biasanya lebih banyak protes. - Widi Gomulya
Teruslah berbuat baik meski
melelahkan karena lelahnya akan
hilang, tapi pahalanya akan terus ada
Jazakallah khairan“
 (‫ك هَّللا ُ َخ ْي ًرا‬F
َ ‫ َزا‬F‫) َج‬

Anda mungkin juga menyukai