Anda di halaman 1dari 12

HIV/AIDS

Oleh :
Anggi Oktavia Dewi
20201537
D3 Keperawatan
A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI

HIV/AIDS HIV atau human HIV/AIDS AIDS disebabkan oleh HIV yaitu
immunodeficiency virus disebut sebagai suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
retrovirus yang membawa materi genetik dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV
dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dibedakan menjadi dua, tetapi berhubungan
asam deoksibonukleat (DNA). HIV disebut secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
retrovirus karena mempunyai enzim reverce Keduanya merupakan virus yang menginfeksi sel
transcriptase yang memungkinkan virus T-CD4 yang memiliki reseptor dengan afinitas
mengubah informasi genetiknya yang tinggi untuk HIV. (Widyanto & Triwibowo,
berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA. 2013). AIDS disebabkan oleh HIV yang dikenal
(Widyanto & Triwibowo, 2013). dengan retrovirus yang di tularkan oleh darah
dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit
T. (Rendy & Margareth, 2012).
3. PATOFISIOLOGI

HIV/AIDS Menurut Widyanto & Triwibowo, (2013) HIV dapat membelah diri dengan cepat dan kadar virus
dalam darah berkembang cepat, dalam satu hari HIV dapat membelah diri menghasilkan virus baru
jumlahnya sekitar 10 miliar. Proses terjadinya defisit nutrisi pada HIV/AIDS, pasien akan mengalami 4 fase
yaitu :
A. Periode jendela Pada periode ini pemeriksaan tes antibodi HIV masih negatif walaupun virus sudah ada
dalam darah pasien. Hal itu karena antibodi yang terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan
laboratium. Biasanya Antibodi terhadap HIV muncul dalam 3-6 minggu hingga 12 minggu setelah infeksi
primer. Pada periode ini pasien mampu dan berisiko menularkan HIV kepada orang lain.

B. Fase infeksi akut Proses ini di mulai setelah HIV menginfeksi sel target kemudian terjadi proses replika
yang menghasilkan virus baru yang jumlahnya berjuta-juta virion. Virimea dari banyak virion ini memicu
munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala mirip flu. Sekitar 50-70% orang hiv yang terinfeksi mengalami
sindrom infeksi akut selama 3-6 minggu seperti influenza yaitu demam, sakit otot, berkeringat, ruam, sakit
tenggorokan, sakit kepala, keletihan, pembengkakan kelenjar limfe, mual, muntah, anoreksia, diare, dan
penurunan BB. Antigen HIV terdeteksi kira-kira 2 minggu setelah infeksi dan terus ada selama 3-5 bulan.
Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T yang dramatis kemudian terjadi kenaikan limfosit T karena
respon imun. Pada fase ini jumlah limfosit T masih di atas 500 sel/mm3 kemudian akan menurun setelah 6
minggu terinfeksi HIV.
C. Fase infeksi laten Pada fase infeksi laten terjadi
pembentukan respon imun spesifik HIV dan
terperangkapnya virus dalam sel dendritic folikuler
(SDF) di pusat germinativum kelenjar limfe. Hal
D. Fase infeksi kronis Selama fase ini, replika
tersebut menyebabkan virion dapat dikendalikan,
virus terus terjadi di dalam kelenjar limfe yang
gejala hilang dan mulai memasuki fase laten. Pada
di ikuti kematian SDF karena banyaknya virus.
fase ini jarang di temukan virion sehingga jumlahnya
Fungsi kelenjar limfe yaitu sebagai perangkap
menurun karena sebagian besar virus terakumulasi
virus akan menurun atau bahkan hilang dan
di kelenjar limfe dan terjadi replika. Jumlah limfosit
virus diluncurkan dalam darah. Pada fase ini
T-CD4 menurun sekitar 500- 200 sel/mm3. Meskipun
terjadi peningkatan jumlah virion berlebihan,
telah terjadi serokonversi positif individu pada
limfosit 10 semakin tertekan karena infeksi HIV
umumnya belum menunjukan gejala klinis
semakin banyak. Pada saat tersebut terjadi
(asimtomatis). Fase ini terjadi sekitar 8-10 tahun
penurunan, jumlah limfosit T-CD4 di bawah 200
setelah terinfeksi HIV. Pada tahun ke delapan setelah
sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan sistem imun
terinfeksi HIV gejala klinis akan muncul seperti
pasien menurun dan semakin rentan terhadap
demam , kehilangan BB < 10%, diare, lesi pada
berbagai infeksi sekunder. Perjalanan penyakit
mukosa dan infeksi kulit berulang.
semakin progresif yang mendorong ke arah
AIDS.
GEJALA HIV/AIDS

Adapun tanda dan gejala yang tampak


pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini:
 Saluran pernafasan. Penderita
mengalami nafas pendek, henti
Gejala AIDS meliputi infeksi serius seperti:
nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan
demam seprti terserang infeksi virus
 diare berkepanjangan
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang
 mual dan muntah
diagnosa pada stadium awal
 keringat dingin pada malam hari
penyakit HIV AIDS diduga sebagai
 demam
TBC.
 batuk persisten
 Saluran Pencernaan. Penderita
 masalah kulit dan mulut seperti infeksi
penyakit AIDS menampakkan tanda
jamur
dan gejala seperti hilangnya nafsu
 infeksi berulang dan sering
makan, mual dan muntah, kerap
 terkena penyakit serius
mengalami penyakit jamur pada
 kelemahan dan kelelahan berlebihan
rongga mulut dan kerongkongan,
 penurunan berat badan
serta mengalami diarhea yang
kronik.
PENATALAKSANAAN
HIV/AIDS

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan,


perawatan/rehabilitasi dan edukasi. • Didanosine ( ddl ), Videx
Pengobatan Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV terhadap AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan
antara lain: AZT bila ternyata ada kemungkinan respon terhadap
1). Obat Retrovirus AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik
• Zidovudine (AZT)
respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda
Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. infeksi oportunistik pada ARC dan asimtomatik
Pemakaian obat ini dapat menguntungkan diantaranya hasilnya lebih baik daripada AZT.
yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2 tahun),
mengurangi frekuensi dan berat infeksi oportunistik, 2. Obat-obat untuk infeksi oportunistik
menunda progresivitas penyakit, memperbaiki kualitas  Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila
hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal, cCD4, 250 mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua
mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal. kali/minggu. Dosis 2 tablet, atau dengan aerosol
pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar.
Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan
pasien anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan
vit.b6, atau rifampisin 600mg po qd bila intolerans
INH.
Kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan
penularan HIV, pemeriksaan diagnosis HIV, pengobatan, perawatan dan dukungan;
serta rehabilitasi. 

Pelayanan konseling yang dikenal dengan voluntary counseling and testing (VCT), suatu
layanan konseling dan tes HIV yang dibutuhkan oleh klien secara aktif dan individual
menekankan pada pengkajian dan penanganan faktor risiko, diskusi keinginan untuk
menjalani tes HIV dan penularan, risiko, pemeriksaan, pengobatan dan pencegahan,
penjelasan manfaat mengetahui status HIV.

PITC merupakan tes HIV dan konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang
mengajak klien untuk melakukan konseling. Konseling dan menawarkan testing oleh
petugas kesehatan dapat mencegah kecepatan penularan.
Ini merupakan bagian standar pelayanan medis, dengan tujuan membuat keputusan
klinis dan atau menentukan pelayanan medis secara khusus yang tidak mungkin
dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang, dan dapat menghindari
keterlambatan diagnosis.

Promosi kesehatan juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan
komprehensif mengenai pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta
diskriminasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1).Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes
diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan
laboratorium digunakan untuk
 Sel T limfosit
mendiagnosis Human Immunodeficiency
Penurunan jumlah total
Virus (HIV) dan memantau perkembangan
 Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200)
penyakit serta responnya terhadap terapi
 T8 ( sel supresor sitopatik ) Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi
A. Serologis
 Tes antibody serum Skrining Human imun.
 P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )
Immunodeficiency Virus (HIV) dan
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
ELISA. Hasiltes positif, tapi bukan
18
merupakan diagnosa Tes blot western
 Kadar Ig Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
Mengkonfirmasi diagnosa
 Test Blood Westren mendekati normal
 Reaksi rantai polimerase Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit
Skrining Human Immunodeficiency Virus
pada infeksi sel perifer monoseluler.
(HIV)
 Tes PHS Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
B. KONSEP KEPERAWATAN  Riwayat kesehatan sekarang.
Dapat ditemukan keluhan yang baisanuya
disampaikan pasien HIV AIDS adalah: pasien akan
mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang
1. Pengkajian memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyreri
 Identitas Klien dada, dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan
Meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, jenis diare serta penurunan berat badan drastis.
kelamin, status kawin, agama, pendidikan,  Riwayat kesehatan dahulu
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR. Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang
 Keluhan utama. sama. Adanya riwayat penggunaan narkoba suntik,
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan
manifestasi respiratori ditemui keluahn utama penderita HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita
sesak nafas. Keluahn utama lainnya dirtemui pada HIV/AIDS.
pasien penyakit HIV AIDS, yaitu demam yang  Riwayat kesehatan keluarga
berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga
lebih dari 1 bulan berulang maupun terus yang menderita penyakit HIV/ AIDS. Kemungkinan
menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV.
batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi mulut dan Pengakajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat
tenggorokan disebabkan oleh jamur candida pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja ditempat
albikans,pembekakan kelenjar getah bening hiburan malam, bekerja sebagai PSK (pekerja seks
diseluruh tubuh, munculnya herpes zooster komersial).
berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh
tubuh.
Pola aktifitas sehari-hari (ADL) meliputi :  Pola aktifitas dan latihan
 Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat. Biasanya pada pasien HIV/ AIDS aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien HIV/ AIDS akan mengalami perubahan mengalami perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat
atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan
mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh mereka menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun
yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya
pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat. ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
 Pola Nutrisi  Pola prespsi dan kosep diri
Biasanya pasien dengan HIV / AIDS mengalami penurunan nafsu Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan mara,
makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan cemas, depresi dan stres.
mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis dalam  Pola sensori kognitif
jangka waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB). Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
 Pola eliminasi pengecapan dan gangguan penglihatan. Pasien juga
Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mucus biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan
berdarah berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan
 Pola istrihat dan tidur kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami
Biasanya pasien dengan HIV/ AIDS pola istrirahat dan tidur halusinasi.
mengalami gangguan karena adanya gejala seperti demam  Pola hubungan peran
daan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan
didukung oleh perasaan cemas dan depresi terhadap penyakit. peran yang dapat mengganggu hubungan interpesonal
Pola aktifitas dan latihan yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.
.
 Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan
mengalami cemas, gelisa dan depresi karena
penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu
perawtan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat Diagnosa Keperawatan
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan Menurut SDKI,2017, Diagnosa Keperawatan yang
mekanisme koping yang konstruktif dan adaptif. mungkin muncul pada pasien HIV adalah
 Pola reproduksi skesual 1. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna
Pada pasien HIV AIDS pola reproduksi seksualitasnya makanan
terganggu karean penyebab utama penularan 2. Risiko Gangguan Intregitas Kulit/Jaringan b.d
penyakit adalah melalui hubungan seksual. kekurangan volume cairan
 Pola tata nilai dan kepercayaan 3. Hipertemia b.d proses penyakit
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien 4. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d hipersekresi
awalnya akan berubah, karena mereka menganggap jalan napas
hal yang menimpa mereka sebagai balasan perbuatan 5. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan
mereka. Adanya status perubahan kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai
kepercayaan pasien dalam kehidupan mereka dan
agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.
SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai